1 / 42

Modified Dualism

Modified Dualism.

adem
Download Presentation

Modified Dualism

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Modified Dualism • Classical Christianity, i.e, from the Apostolic Fathers to Augustine, has been characterized as "modified Dualism“: since the powers of good and evil are unequal, and the evil power is merely tolerated by the good power, who turns all the acts of the evil power into eventual good. • St.Augustine and St. Basil the Great both explicitly mention this idea. St. John of Damascus proposed that God deliberately leaves some events "in our hands". In early modern times (1714) a modified Dualism was advocated by St. John (Maximovith) of Tobolsk.

  2. Marcion Ada 2 Allah: Bapa sang Pencipta yang penuh hukuman dan murka, dan Putra Penebus yang menyelamatkan dan melindungi. Pandangan Marcion paralel dengan tendensi dualisme yang masuk dari Zoroastrian Persia di mana dunia adalah medan perang antara kebaikan dan kejahatan. Kejahatan dalam dunia diperlukan oleh Allah yang pengasih demi mengembangkan mahluknya yang berkehendak bebas, dari kemurnian semula menjadi mahluk rohani yang utuh.

  3. BAPA GEREJA Origenes Adanya kejahatan dan penderitaan adalah akibat penyalahgunaan kebebasan yang diterima dari Allah. Kesalahan itu terjadi dalam bingkai penentuan Ilahi yang mengarahkan nasib akhir manusia, namun membiarkan adanya pilihan dosa.

  4. Diciplinary view: kejahatan perlu untuk kesempurnaan kebaikan, karena menolong sebagai sarana mendisiplin kehidupan moral dan spiritual. IRENAEUS

  5. Privatio Boni Plato (Evil as privation): Ketika manusia dengan kehendak bebasnya mengabaikan kehendak Allah maka ia menjadi jahat. Jadi kejahatan ada karena dosa manusia. • Aesthetic arguments: Apa yang nampak jahat hanyalah dalam perspektif sempit di luar konteksnya yang lebih luas. Maka kejahatan dimengerti dalam hubungan dan pertentangan dengan yang baik. • De Civitate Dei: pertarungan 2 kuasa dalam sejarah. Agustinus

  6. Agustinus • Semua kejahatan dan penderitaan adalah akibat penyalahgunaan kebebasan manusia. • Adanya kejahatan dan penderitaan adalah ciptaan Allah yang maha baik. • A modern advocate of Augustine's view can be found in Alvin Plantinga (God, Freedom and Evil, 1974) who claimed that for God to have created a being who could only have performed good actions would have been logically impossible.

  7. IRENEUS DAN AGUSTINUS • Keduanya menunjuk kejahatan terkait dengan kebebasan kehendak manusia. Ketika manusia salah menggunakan kebebasannya melanggar kehendak Allah maka penderitaan terjadi. • Ireneus tidak bertolak dari kisah Kejatuhan: Allah tidak menciptakan dunia yang sempurna, dan manusia tidak diciptakan sempurna, melainkan diciptakan dengan kemampuan berbuat jahat.

  8. BAPA GEREJA Kita diciptakan sebagai hewan berakal yang dikaruniai kapasitas moral dan spiritual yang besar. Babak kedua sedang berlangsung, di mana kita secara bertahap ditransformasi melalui kebebasan kehendak dari hewan manusiawi menjadi anak-anak Allah. Pandangan disciplinary Ireneus dimunculkan kembali setelah Kant oleh Schleiermacher, dan mendapat dukungan dalam tafsir teistik evolusi abad ke-19. Ireneus IRENEUS

  9. Filsafat Yunani Plato • Privatio Boni: Kejahatan hanyalah tiadanya kebaikan, dan tidak punya status ontologis. Bentuk-bentuk kejahatan moral adalah tiadanya kebaikan yang seharusnya. • Kejahatan dalam dunia dituntut Allah yang pengasih dalam mengembangkan mahluknya yang berkehendak bebas dari kemurnian semula menjadi mahluk rohani yang utuh.

  10. Filsafat Yunani Lactantius Mungkin Allah mau melenyapkan kejahatan tapi tak mampu, atau mampu tapi tak mau, atau tak mampu dan tak mau. Jika Dia mau dan mampu, mengapa ada kejahatan?

  11. Silogisme Ateis • Kalau Allah maha baik akan Dia hancurkan kejahatan. • Kalau Allah maha kuasa Dia dapat menghancurkan kejahatan. • Tapi kejahatan tidak dihancurkan. • Kalau begitu Allah tidak ada.

  12. Filsafat Yunani Penderitaan adalah hakekat manusia yang terkurung dalam fisik. Pembebasan dicapai ketika manusia mampu menuju asal Ilahinya Bagi kaum Stoics, seperti Epictetus and Marcus Aurelius, penderitaan adalah bagian normal dari kehidupan. Stoic Gnostik

  13. BAPA GEREJA TERTULLIANUS • Paradoks: • Injil vs skeptisisme filsafat • Iman vs kemustahilan • Tertullian opposed the intrusion of Neoplatonic philosophy into Christian doctrine. His cry was "free Jerusalem from Athens and the church of Christ from the Academy of Plato."

  14. REFORMASI Martin Luther • Luther dan Calvin mengikuti doktrin Augustinus bahwa semua kejahatan timbul dari dosa dan kejatuhan manusia. • Luther secara khusus menekankan iman tidak terkait dengan akal, dan menolak semua konsepsi teodise filsafat berdasarkan keimanan. • Bukan Allah yang perlu dibenarkan, melainkan manusia, dan pertanyaan-pertanyaan spekulatif teodisi hanyalah mengungkapkan seluruh kondisi keberdosaan manusia.

  15. REFORMASI theologia crucis Sengsara Kristus dan penderitaan kita adalah aktualisasi perbuatan Allah sedemikian rupa bahwa penderitaan menghancurkan kategori-kategori dan keinginan-keinginan kita. Maka teologi salib bukanlah doktrin untuk dipelajari melainkan suatu jalan melihat dan menjalani kehidupan. Satu-satunya jawaban yang patut adalah menantikan anugerah Allah dalam penderitaan. Martin Luther

  16. REFORMASI Johanes Calvin • Juga mengikuti Agustinus: • setiap orang dapat dan memang memilih kejahatan dalam bingkai luas predestinasi Allah. • penderitaan manusia: ketakterfahaman Allah; hukuman Allah; program pendidikan Allah menyucikan manusia.

  17. MEDIEVAL Thomas Aquinas • Thomas Aquinas memakai teori privation dan aesthetic argument Agustinus. • Evil is simply a privation of something which a subject is entitled by its origin to possess and which it ought to have, . . . privation is not an essence; it is, rather, a negation in a substance. Therefore, evil is not an essence in things • God is the creator of everything. Evil is a thing. Thus, God created evil. • God is the creator of everything. Evil is not a thing, but a privation. Thus, God is not necessarily the creator of evil.

  18. the goodness of the world … karena seluruh ciptaan diciptakan sebagai gambar Ilahi maka dunia telah ada sebagai yang paling mungkin dengan semua keterbatasan dan kekurangannya. Abad 17: penemuan harmoni matematis dan organik menjadi bukti empiris keadilan Allah. MEDIEVAL Nicholas of Cusa

  19. PENCERAHAN • Penderitaan hanyalah masalah tambahan dalam dunia alami yang dapat dihadapi melalui cara-cara alami: perencanaan, rekayasa, pengobatan, dan pendidikan. • Tradisi ini menginformasi aktivis sosial liberal selama berabad-abad yang berhasil memperbaiki standar hidup banyak orang.

  20. Dalam karya pembelaan terhadap Allah dari serangan ateis dan kaum libertin, Pascal menghubungkan kejahatan dengan dosa manusia, yang akan ditebus dalam penyataan mistik melalui iman. PENCERAHAN BLAISE PASCAL

  21. PENCERAHAN • Membebaskan Allah dari yang baik dan yang buruk, yang lebih berhubungan dengan yang berguna atau berbahaya bagi manusia … Spinoza

  22. Tugas teodisi menunjukkan bahwa kenyataan kejahatan cocok dan timbul dari penciptaan dan pemeliharaan Allah, yang sifat-Nya sempurna. PENCERAHAN Leibniz The best possible world CANDIDE: satire Voltaire terhadap Leibniz

  23. David Hume PENCERAHAN 1. Ilah yang maha kasih akan mencegah semua kejahatan terjadi. 2. Ilah yang maha kuasa dan maha tahu dapat mencegah kejahatan terjadi. 3. Toh Kejahatan terjadi di dalam dunia. 4. Maka entah Allah tidak maha kasih atau tidak maha tahu atau tidak maha kuasa. Reformulasi dilemma Epicurus

  24. PENCERAHAN Sejarah dunia adalah proses perkembangan dan perwujudan roh melalui berbagai drama sejarah – inilah teodisi sejati, pembenaran Allah dalam sejarah. Menekankan dasar batin- moral teodise Hegel Kant

  25. PENCERAHAN Social Darwinists • Mendukung para pemikir teistik dan idealistik dalam menghidupkan teodise Irenaeian, bahwa kejahatan dan kebebasan adalah keadaan yang dipilih Allah supaya dengannya manusia dididik menjadi warga Kerajaan Allah. Alam mendukung kemajuan dan perbaikan kehidupan

  26. Søren Kierkegaard • Karena kehendak manusia dibengkokkan Dosa Asal, maka tidak mungkin manusia hidup tanpa dosa. Sebagai akibat dosa, maut masuk ke dalam dunia. • Manusia pada saat tertentu menghadapi suatu momento mori, peringatan kematian -- semua orang harus menghadapi fakta bahwa mereka akan mati (the Thanatos desire, or death wish, to Freudians). • Namun melalui pengorbanan Kristus di kayu salib, manusia diberi kesempatan kedua pada hidupnya.

  27. Skeptisisme terhadap akal --yang menggeser teodisi dari filsafat ke penyataan dan iman-- sudah sejak Ayub, dan muncul pula dalam Neo-Ortodoksi (Karl Barth) Karl Barth • Barth mengakui adanya kuasa misterius ketiadaan (das Nichtige), yang tidak diinginkan Allah dalam ciptaan. Kuasa itu lebih kuat dari semua ciptaan namun tunduk kepada Allah. • Sebagai partisipan rahmat Allah dalam dunia, kita dipanggil dan diberdayakan melawan ketiadaan itu. Kemahakuasaan Allah tidak dapat difahami lepas dari penyataan diri dan pemilihan manusia di dalam dan melalui Yesus Kristus

  28. Since the Second World War Teodise IrenaeianJohn Hickdengan pendekatan pertumbuhan kearah potensi manusia, kini dan masa depan, dibentuk oleh penderitaan manusia menuju kegenapan yang positif. Jews Protest Theodicies (Elie Wiesel, John Roth, Arthur Cohen, dan Richard Rubenstein): mengakui kedaulatan kuasa Allah namun mempersoalkan kebaikan dan keadilannya. Liberation Theodicies (James Cone): menekankan solidaritas dan kerjasama aktif dengan allah melawan penderitaan manusia. Process Theodicies(John Cobb dan Marjorie Suchocki): penderitaan timbul dari keterbatasan-keterbatasan kuasa Allah dalam proses metaphysics

  29. Process Theology • Process theology menyatakan bahwa kenyataan Allah belumlah utuh, dan bahwa Allah sendiri masih berkembang. Allah "dwikutub" - mental dan fisik. Yang fisik adalah dunia materil yang berfungsi sebagai “tubuh” Allah. • Karena hubungan itu Allah sebagian terbedakan dan sebagian tercampur dengan dunia – sebagaimana manusia dengan tubuhnya. Akibatnya setiap penderitaan dalam ciptaan juga dialami Allah, dan penciptaan sendiri dilihat sebagai kerjasama antara Allah dengan semua mahluk lain. • Apakah kerjasama terjadi, terserah manusia – Allah tidak dapat memaksa manusia melakukan kehendak-Nya, hanya dapat mempengaruhi mereka.

  30. John Hick: soul making theodicy • Hick's Irenaean theodicy: ciptaan tidak sempurna melainkan berlangsung dalam proses 2 tahap: • Pertama, manusia berkembang menjadi mahluk yang mampu melakukan interaksi sosial, sikap moral dan refleksi atas lingkungan termasuk kesadaran akan Yang Ilahi. • Kedua, perkembangan di mana manusia dengan kebebasan kehendaknya diciptakan ke dalam gambar Ilahi. Kesempurnaan ini ada di masa depan.

  31. The soul making theodicy memberi makna pada penderitaan: Kesulitan-kesulitan yang keras dan berat adalah kondisi yang disyaratkan bagi pengembangan karakter dan moral seseorang. Kepedihan juga mungkin perlu untuk kesenangan akhir yang dicapai.

  32. Open Theism, or Free will Theism • Open Theism adalah suatu alternatif terhadap ide klasik Allah, dengan menekankan bahwa Allah tidak tahu segala sesuatu mengenai masa depan. • Ada alasan untuk percaya adanya Allah, namun tidak ada untuk untuk sifat-sifat kemahakuasaan, kemahatahuan, atau kemahakasih-Nya, dan walaupun benar Allah maha kuasa, maha kasih, dan maha tahu, Dia tidaklah tak terbatas. Karena itu kejahatan sungguh-sungguh ada dan nyata, dan bertentangan langsung dengan kehendak Allah. • 1994, five essays were published by evangelical scholars under the title of "The Openness of God". • God of the Possible: A Biblical Introduction to the Open View of God by Gregory A. Boyd (Grand Rapids: Baker, 2000)

  33. C. S. Lewis • “Allah berbisik kepada kita dalam kesenangan, Dia berbicara melalui nurani kita, namun Dia berteriak melalui kesakitan kita: • penderitaan adalah megafon-Nya menyadarkan dunia yang tuli”.

  34. Theodicy

  35. Two images of God: Monarchial God dan Vulnerable God Allah para filsuf dengan sifat-sifat sempurna Allah Yesus yang transenden tidak dapat direduksi menjadi tokoh Ilahi yang memenuhi harapan kita Saliblah yang dengan jelas memberi kita imej yang baru: suatu imej Allah yang tersalib

  36. Alkitab: Mayoritas-Minoritas Monarchial image of God: Allah bertanggungjawab atas setiap peristiwa alam -- kekeringan, banjir, gempa bumi, badai dan kebakaran – sebagai hukuman Allah. Vulnerable image of God: menolak menghubungkan sebab akibat antara keadaan yang dihadapi seseorang dengan perbuatannya.

  37. Moltmann: Hamba yang menderita tidak memaksakan kebaikan dengan kuasa-Nya kepada dunia, melainkan Dia menderita ketidakadilan dari penguasa. SALVIFICI DOLORIS Kasih adalah sumber terlengkap jawaban terhadap makna penderitaan. Jawaban ini diberikan Allah kepada manusia dalam salib Yesus Kristus. Kitamori: 'When the pain of man becomes the symbol of the pain of God, man's pain is in turn healed. What heals our wounds is the love rooted in the pain of God.‘

  38. No God Theodicy Finite Godism Maltheism Eutheism Greater good Dystheism Soul making No evil, Limited Perspective Messianic Eschatology Free Will The best possible world Dualism Natural Order Defence Indian Karma

  39. Barth Kierkegaard Luther/Calvin Tertullianus Alkitab Filsafat Yunani Agama-agama “revelation” theodicy: fideism

  40. Open Theism Barth Hick Kierkegaard Luther/Calvin Tertullianus Process Theology Irenaeus Alkitab Filsafat Yunani Agama-agama Free will – Open Theodicy

  41. Open Theism Barth Leibniz Hick Kierkegaard Luther/Calvin Medieval: Thomisme Tertullianus Process Theol Irenaeus Filsafat Theisme Agustinus Alkitab Filsafat Yunani Agama-agama Privatio Boni Theodicy

  42. Open Theism Barth Leibniz Hick Kierkegaard Luther/Calvin Medieval: Thomisme Tertullianus Process Phil/Theol Atheism Agnostisme Irenaeus Filsafat Theisme Agustinus Alkitab Filsafat Yunani Agama-agama No God

More Related