1 / 24

Hubungan HI dan Hukjum Nasional

Hubungan HI dan Hukjum Nasional. Made Maharta Yasa. Pandangan Mengenai HI. Voluntarisme Objektivisme. Voluntarisme. Berlakunya HI terletak pada kemauan negara.

adolph
Download Presentation

Hubungan HI dan Hukjum Nasional

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Hubungan HI dan Hukjum Nasional Made Maharta Yasa

  2. Pandangan Mengenai HI • Voluntarisme • Objektivisme

  3. Voluntarisme • Berlakunya HI terletak pada kemauan negara. • Berdasarkan pandangan ini maka muncul paham dualisme yang melihat bahwa HI dan HN merupakan dua perangkat hukum yang hidup berdampingan dan terpisah. • Paham ini pelopornya adalah Triepel (Jerman) dan Anzilotti (Italia).

  4. Alasan Dualisme Hukum Nasional Hukum Internasional Kemauan bersama negara-negara Negara Tidak sempurna • Sumber: kemauan negara • Subyek : perseorangan • Struktur: sempurna • Efektifitas: tatap berlaku efektif walaupun bertentangan dengan HI

  5. Kelemahan Dualisme • Pada dasarnya baik HI maupun HN bersumber dari kemauan negara yaitu kemauan negara untuk mengatur kehidupan masyarakat. Jadi baik HI dan HN bersumber dari kebutuhan manusia untuk hidup teratur dan beradab. • Pada kenyataan dewasa ini perorangan pun dapat menjadi subyek HI. • Perkembangan HN jauh lebih tinggi daripada HI jadi, wajar saja HN memiliki bentuk organ yang lebih sempurna dari HI. • Pada kenyataannya seringkali HN tunduk pada HI, pertentangan antara keduanya bukan bukti perbedaan struktural tetapi hanyalah kurang efektifnya HI.

  6. Akibat Paham Dualisme • Tidak akan mungkin dipersoalkan mengenai hirarki antara keduanya, karena menurut paham ini HI dan HN pada hakikatnya tidak saja berlainan dan tidak tergantung satu sama lain, tetapi juga terlepas satu sama lain. • Tidak mungkin ada pertentangan diantara keduanya yang mungkin ada hanya penunjukan. • HI memerlukan transformasi terlebih dulu untuk dapat berlaku dalam lingkungan HN.

  7. Objektivisme • Berlakunya HI terlepas dari kemauan negara. • Muncullah paham monisme yang melihat HI dan HN merupakan dua bagian dari satu kesatuan yang lebih besar yaitu hukum yang mengatur kehidupan manusia.

  8. Akibat Monisme • Bahwa antara HI dan HN mungkin ada hubungan hirarki. • Paham ini melahirkan 2 teori, yaitu: • monisme dengan primat HN dan • monisme dengan primat HI.

  9. Monisme Dengan Primat HN • HI adalah lanjutan HN untuk urusan luar negeri. Jadi menurut teori ini HI adalah bersumber dari HN • Penganutnya dinamakan mazhab Bonn yang salah satu pelopornya adalah Max Wenzel)..

  10. Alasan Monisme Dengan Primat HN • Tidak terdapat satu organisasi di atas negara-negara yang mengatur kehidupan negara-negara di dunia. • Dasar HI yang mengatur hubungan internasional adalah terletak pada wewenang negara untuk mengadakan perjanjian internasional, jadi ini adalah wewenang konstitusional.

  11. Kelemahan Monisme Dengan Primat HN Hanya memandang hukum sebagai hukum tertulis dalam hal ini perjanjian internasional.

  12. Monisme Dengan Primat HI • HN bersumber dari HI yang secara hirarkis lebih tinggi. • HN tunduk pada HI dan kekuatan mengikatnya berdasarkan suatu pendelegasian wewenang dari HI. • Penganut teori ini disebut dengan Mazhab Vienna.

  13. Kelemahan Monisme Dengan Primat HI • Jika memandang bahwa HN bersumber dari HI, ini artinya HI ada terlebih dulu daripada HN, hal ini tentu saja bertentangan dengan kenyataan sejarah, yang menyebutkan bahwa HN ada lebih dulu daripada HI. • Wewenang mengadakan perjanjian internasional terletak pada HN.

  14. Primat Hi Menurut Praktik Internasional • Setiap negara saat ini saling menghormati batas wilayah negara masing-masing. • Pada umunya negara-negara mentati kewajiban-kewajiban yang bersumber dari perjanjian internasional dengan negara lain. • HI yang mengatur kekebalan dan keistimewaan diplomatik ditaati oleh negara-negara yang melakukan hubungan diplomatik dan konsuler. • Perlindungan terhadap orang asing dan hak milik asing yang diberikan oleh HI ditaati oleh negara-negara.

  15. Inggris • Doktrin Inkorporasi • HI adalah hukum negara (international law is the law of the land). • Pertama kali dikemukakan oleh Blackstone (abad 18). • Daya berlaku doktrin ini dibedakan untuk dua hal yaitu: hukum kebiasaan internasional dan HI yang tertulis

  16. Inggris: Hukum Kebiasaan Internasional 3 pengecualian: • tidak bertentangan suatu undang-undang baik yang lebih tua maupun yang akan ada kemudian. • Sekali ruang lingkup suau ketentuan hukum kebiasaan internasional ditetapkan oleh keputusan mahkamah tertinggi, maka semua pengadilan di bawahnya terikat oleh keputusan itu, walaupun di kemudian hari ternyata kebiasaan tersebut bertenangan dengan HN. • Ketentuan hukum kebiasaan tersebut harus merupakan ketentuan yang umum diterima oleh masyarakat internasional.

  17. Inggris: Hukum Kebiasaan Internasional Penerapan doktrin inkorporasi meliputi dua dalil, yaitu: • Dalil konstruksi hukum, yaitu bahwa undang-undang yang dibuat oleh parlemen harus ditafsirkan sebagai tidak bertentangan dengan HI. Artinya, dalam melakukan penafsiran terhadap undang-undang ada pra-anggapan bahwa parlemen tidak berniat melakukan pelanggaran terhadap HI. • Dalil tentang pembuktian suatu ketentuan HI, yaitu bahwa HI tidak memerlukan kesaksian para ahli di pengadilan Inggris.

  18. Inggris: Perjanjian Internasional • Perjanjian yang memerlukan persetujuan parlemen, memerlukan pula pengundangan nasional, sedangkan perjanjian yang tidak memerlukan persetujuan parlemen dapat berlaku langsung setelah penandatanganan.

  19. Inggris: Perjanjian Internasional Perjanjian yang memerlukan persetujuan parlemen: • Perjanjian yang memerlukan diadakannya perubahan perundang-undangan nasional. • Perjanjian yang menyebabkan perubahan status atau garis batas wilayah negara. • Pejanjian yang mempengaruhi hak sipil WN Inggris. • Pejanjian yang akan menambah beban keuangan negara.

  20. Amerika Serikat • Juga menganut doktrin inkorporasi. • Undang-undang yang dibuat dengan persetujuan DPR (Congress) diusahakan tidak bertentangan dengan HI, namun jika kemudian suatu undang-undang baru ternyata bertentangan dengan HI, maka yang harus dimenangkan adalah undang-undang. • Membedakan penerapan antara Hukum Kebiasaan Internasional dan Perjanjian Internasional • Perbedaan AS dengan Inggris tampak jelas dalam hubungan antara perjanjian internasional dengan HN

  21. Amerika Serikat • Di AS perlu atau tidaknya pengundangan secara nasional suatu perjanjian internasional ditentukan oleh dua hal, yaitu • apakah bertentangan dengan konstitusi? • apakah perjanjian internasional tersebut merupakan golongan self executing treaties atau non self executing treaties?

  22. Amerika Serikat • Jika pengadilan AS menetapkan bahwa suatu perjanjian internasional tidak bertentangan dengan konstitusi dan termasuk golongan perjanjian internasional self executing, maka perjanjian tersebut dianggap bagian dari HN AS dan tidak memerlukan pengundangan nasional. • Sedangkan jika perjanjian internasional tersebut termasuk perjanjian non self executing maka diperlukan pengundangan nasional.

  23. Jerman Dan Perancis • Dalam UUD Jerman dan UUD Perancis disebutkan bahwa ketentuan-ketentuan HI merupakan bagian dari HN. • Ketentuan HI kedudukannya lebih tinggi daripada UU nasional dan langsung menimbulkan hak dan kewajiban bagi penduduk wilayah mereka. • Dalam sistem hukum Jerman dan Perancis tidak dipersoalkan transformasi perjanjian internasional ke dalam HN, menurut sistem hukum kedua negara tersebut, pengesahan perjanjian dan pengumuman resmi sudah mencukupi syarat suatu perjanjian internasional merupakan bagian dari HN.

  24. Indonesia Indonesia terikat dalam kewajiban melaksanakan dan menaati semua ketentuan perjanjian internasional yang telah disahkan (diratifikasi) setelah sebelumnya dikeluarkan undang-undang mengenai pengesahan perjanjian internasional tersebut.

More Related