1 / 84

Pelarut dan Kesehatan di Lingkungan Kerja

Pelarut dan Kesehatan di Lingkungan Kerja. Potensi Bahaya. Klasifikasi. Definisi. SOLVENT. PROSEDUR Aman. Efek. SOLVENT. PENDAHULUAN. Pelarut, terutama organik mempunyai potensi bahaya terhadap kesehatan, produktivitas, dan efisiensi di lingkungan kerja dan industri

Download Presentation

Pelarut dan Kesehatan di Lingkungan Kerja

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Pelarut dan Kesehatan di Lingkungan Kerja

  2. Potensi Bahaya Klasifikasi Definisi SOLVENT PROSEDUR Aman Efek SOLVENT

  3. PENDAHULUAN • Pelarut, terutama organik mempunyai potensi bahaya terhadap kesehatan, produktivitas, dan efisiensi di lingkungan kerja dan industri • Jumlah dan macam pelarut sangat banyak  efek berbeda-beda sesuai konsentrasi, usia, dan individu  efek kombinasi akan lebih besar lagi • Pelarut berbahaya karena: - toksikologinya - bahaya kebakaran dan ledakan • Gejala keracunan pelarut sulit dibedakan dari gejala penyakit biasa, seperti: lelah, rasa tidak nyaman, sakit kepala, dan depresi.

  4. Pelarut dalam Lingkungan Kerja Pelarut: suatu zat yang mengandung beberapa bahan (material) yang digunakan untuk melarutkan bahan (material) lainnya. • Contoh: • rumah sakit: larutan pembersih • pertanian: pestisida • pabrik: thinner, pereaksi kimia • laboratorium: larutan pengering, pelarut, pengekstraksi

  5. KLASIFIKASI PELARUT • Ada 2 sistem pelarut: 1. Pelarut aqueous: berdasar air; berisikan asam, basa, deterjen, dll. 2. Pelarut non aqueous: pelarut organik Contoh: nafta, spiritus, bensin, terpentin, benzene, alkohol, dan trikloroetilen • Klasifikasi pelarut organik: - hidrokarbon alifatik, alisiklik, aromatik - hidrokarnon terhalogenasi - keton, alkohol, eter • Penilaian thd pelarut diketahui melalui rumus molekul dan toksisitasnya • Pelarut dapat berupa campuran berbagai zat organik • Aturan: diberi label ttg nama dan komposisi

  6. CLASSIFICATION SOLVENT • Berbasis Air (Aqueous) • Berbasis Bukan Air (Non-Aqueous) Organik HC Aliphatic HC Halogenated Alcohol HC Cyclic Ketone HC Aromatic Ether

  7. Major Classes of Common Organic Solvents SOLVENT HC Aliphatic Hexane, Benzine, Mineral spirits HC Cyclic Cyclohexane, Turpentine HC Aromatic Benzene, Toluene, Xylene HC Halogenated Tetrachloromethane (CCl4), 1,1,1, trichloroethane Alcohol Methanol, Ethanol, Propanol Ketone Methyl ethyl ketone, Acetone Ether Ethyl ether, Isopropyl ether, Ethylene glycol monoethyl ether

  8. Efek • Fisiologis: sangat variatif • Bahaya potensial • Kebakaran dan eksplosi • Pencemaran udara

  9. Pengaruh terhadap kesehatan pekerja • Larutan encer: pedih dengan waktu pemaparan yang lama, infeksi kulit bila kontak langsung. • Pelarut organik (melalui uapnya): pada umumnya mudah menguap, menimbulkan gangguan pada pernafasan, keracunan yang mempengaruhi sistem syaraf, tergantung dari derajat penguapan.

  10. HEALTH EFFECT SOLVENT HC Aliphatic Hexane, Benzine, Mineral spirits Depresi susunan saraf pusat, dermatitis, Umumnya inert, paling tidak reaktif HC Cyclic HC Aromatic HC Halogenated Alcohol Ketone Ether

  11. HEALTH EFFECT SOLVENT HC Aliphatic Efek hampir sama dengan aliphatic, hanya tidak terlalu inert. Efek utama adalah dermatitis Berbagai HC cyclic yang terinhalasi dapat dimetabolisme oleh tubuh menjadi zat yang kurang toksik. HC Cyclic Cyclohexane, Turpentine HC Aromatic HC Halogenated Alcohol Ketone Ether

  12. HEALTH EFFECT SOLVENT Benzene sangat toksik terhadap jaringan pembuat sel darah, Toluena dan xylena yang tercampur metil-etil-keton dapat menyebabkan mual dan pusing. Pada hewan percobaan, kerusakan dapat terjadi pada eksposur pertama, Benzene dapat diabsorpsi lewat kulit dan inhalasi. Oleh karena itu, seringkali dilarang dipakai bila pencucian menyebabkan terjadinya kontak kulit dan inhalasi. HC Aromatic cair menyebabkan iritasi lokal dan vasodilatasi (pelebaran saluran darah). Bila terinhalasi dalam jumlah banyak akan terjadi kelainan paru-paru yang parah. Efek lain: dermatitis & SSP HC Aliphatic HC Cyclic HC Aromatic Benzene, Toluene, Xylene HC Halogenated Alcohol Ketone Ether

  13. HEALTH EFFECT SOLVENT Efek bergantung pada Halogen yang terikatnya. Yang paling toksik: CCl4 dengan efek terhadap ginjal, hati, SSP, dan pencernaan. TLV: 10 ppm, Eksposur kronis CCl4 menyebabkan kerusakan hati dan ginjal. Trifluorotrikloro-etan di lain pihak, toksisitasnya rendah (TLV: 1000 ppm). Karena sifatnya yang tidak mudah terbakar dan toksisitas rendah, maka digunakan secara umum sebagai substitute material yang lebih berbahaya. HC terklorinasi umumnya lebih toksik daripada HC terfluorinasi. Taraf toksisitas HC terklorinasi: menengah. Trikloro-etilen-> SSP, dermatitis, kerusakan hati, perubahan kepribadian pernah dideteksi. HC Aliphatic HC Cyclic HC Aromatic HC Halogenated Tetrachloromethane (CCl4), 1,1,1, trichloroethane Alcohol Ketone Ether

  14. HEALTH EFFECT SOLVENT Sangat berpengaruh thd SSP dan hati. Methanol menyebabkan gangguan ketajaman penglihatan, dimetabolisme secara lambat, dan menghasilkan metabolity yang juga toksik. Oleh karenanya, methanol >>toksik ethanol Ethanol: cepat diuraikan dan diubah menjadi CO2, mrp alcohol yang paling tidak toksik. Propanol lebih toksik, mudah termetabolisme menjadi metabolit yang >> toksik. Homolog yang lebih tinggi akan lebih iritatif dan toksik dibanding dengan homolog yang lebih rendah. HC Aliphatic HC Cyclic HC Aromatic HC Halogenated Alcohol Methanol, Ethanol, Propanol Ketone Ether

  15. HEALTH EFFECT SOLVENT HC Aliphatic HC Cyclic HC Aromatic Iritatif terhadap mata, hidung, tenggorokan. Karenanya tidak diperkenankan dalam penggunaan konsentrasi tinggi. Metil-etil-ketone bersama dengan toluena & xylena vertigo & mual Konsentrasi rendah: gangguan pada kemampuan penilaian (judgement). Keton aliphatic yang jenuh: mudah diekskresikan dan jarang menimbulkan efek sistemik. HC Halogenated Alcohol Ketone Methyl ethyl ketone, Acetone Ether

  16. HEALTH EFFECT SOLVENT HC Aliphatic HC Cyclic HC Aromatic Bersifat anestetik. Bahayanya disebabkan adanya kecenderungan berubah menjadi peroxide yang explosif. Ether terhalogenasi juga lebih toksik. Ether glycol efeknya terhadap otak, darah, jantung, mudah diserap lewat kulit dan menimbulkan efek saraf termasuk perubahan kepribadian. Etilen glikol mono-etil-eter jarang menimbulkan efek buruk. HC Halogenated Alcohol Ketone Ether Ethyl ether, Ether glycol,

  17. POTENSI ‘HAZARD’ SOLVENT TOKSISITAS TEKANAN UAP KEADAAN VENTILASI KONSENTRASI DI UDARA LOWER EXPLOSIVE LIMIT AUTO IGNITION TEMPERATURE FLASH POINT

  18. Potensi bahaya Efek racun sendiri tidak cukup memadai untuk menentukan potensi bahaya, tetapi dipengaruhi pula oleh tekanan uap dari zat tersebut. Digunakan Vapor Hazard Ratio untuk menentukan potensi bahan dari suatu zat (Rasio keseimbangan uap pada temp. 25 C terhadap TLV-Treshold Limit Value-).

  19. Organic liquids … in order of vapor hazard ? (a)Ratio (ppm/ppm) of equilibrium vapor concentration at 25oC to the TLV

  20. Organic liquids arranged in order of vapor hazard (a): Ratio (ppm/ppm) of equilibrium vapor concentration at 25oC to the TLV

  21. TOKSISITAS ? SOLVENT TLV: 500 ppm vs 350 ppm ? TEKANAN UAP VHR: 1080 vs 300 ? KEADAAN VENTILASI ? KONSENTRASI DI UDARA Tinggi vs rendah ?

  22. LOWER EXPLOSIVE LIMIT ? SOLVENT LEL / LFL ? AUTO IGNITION TEMPERATURE 800OF VS 1100OF ? FLASH POINT 109OF VS 91OF ?

  23. Kebakaran dan eksplosi Tidak terjadi bila: • Ventilasi cukup • Digunakan pelarut yang tidak mudah terbakar (FP > 140 F) dan tidak ada sumber api

  24. NonFlammable Mixtures A Upper Flammable Limit (UFL) B Flammable Mixtures Combustible vapor-air concentrations Lower Flammable Limit (LFL) C NonFlammable Mixtures Flash Point Temperature

  25. PELARUT MUDAH TERBAKAR Pelarut dengan FP < 200 F/93 C dibagi: • Kelas I : <100 F/38 C • Kelas II : >100 F/38 C dan <140 F/60 C • Kelas III: > 140 F/60 C tetapi <200 F/93 C Flash Point: temperatur terendah dimana ia menguapkan cukup banyak uap yang bercampur dengan udara menjadi campuran yang mudah terbakar apabila sumber api didekatkan pada permukaannya Peralatan mengukur FP: • Tag/taguliabue Closed Tester: FP <175 F/66 C, kecuali fuel oil • The Pensky-Martens Closed Tester: FP antara 150 F/66 C sampai 230 F/110 C, untuk fuel oil • Cleveland Open Tester • Tag open Tester

  26. Flammable/Explosive Range • Flammable range (FR): batas konsentrasi terlalu sedikit dan konsentrasi diatas FR (terlalu pekat) diantara batar ini api akan terus menyala (self sustaining) • Lower Explosive Level (LEL) dan Upper Explosive Level (UEL) • Hati-hati bila asalnya diatas UEL, dengan adanya ventilasi bisa masuk ke range yang yang akan terbakar

  27. Container • Drum penyimpan, dispenser harus: - jauh dari api - jauh dari cahaya matahari - dilengkapi spring-action cover: mengeluarkan uap yang berlebih  tekanan tidak tinggi - diberi label - dicek label vs isinya

  28. Bonding & Grounding • Transfer liquid from one to another may produce voltage potential resulting in static spark capable of igniting flamable vapors • Dispensing and receiving container shuold be bonded (metal to metal) together before pouring • Large container should be grounding

  29. Bonding and Grounding

  30. Waste Disposal Semua material yang sudah terendam flammable liquid harus disimpan di tempat khusus terbuat dari metal, mempunyai tutup yang self-closing, berlabel, untuk jenis buangan tertentu

  31. Wadah/container • Wadah pelarut yang flammable biasanya berukuran 55 gallon dan 5 gallon untuk pemakaian rutin • Wadah harus memenuhi standar Interstate Commerce Commission (ICC) untuk transportasi • Buangan dibuang ke tempat yang sudah ditentukan untuk di-insenerasi atau dikumpulkan oleh yang berwenang mengolah dan membuang sampah B3 • Pengusaha ini sering sama dengan supplier

  32. Pengendalian kebakaran • Tentukan UEL dan LEL serta efeknya terhadap kesehatan • Data untuk pengendalian: - sifat fisika kimia - jumlah uap yang dilepaskan - sumber api - temperatur pada berbagai operasi - laju ventilasi - konstruksi bangunan • Ahli K3 konseultasi dengan berbagai ahli: kemungkinan sumber api dari listrik, api terbuka, dll., cara handling, pemeliharaan lingkungan aman

  33. Lisensi lingkungan panas • ‘Hot work permit’: penggunaan api terbuka dan temperatur tinggi  ada program • Prosedur aman program ‘Hot work permit’: - inspeksi ruangan - pengawas kebakaran - peralatan kebakaran - komunikasi dan koordinasi berbagai departemen - isolasi berbagai sumber api - Cegah semua sumber api dan percikan/spark • Ada formulir berbentuk ‘tag’

  34. EVALUASI • Kenali sifat pelarut, karakteristik, proses  tentukan potential hazard  tentukan tempat sampling, ambil sampel udara  ukur konsentrasi • Alat ukur:  direct reading: indicator tubes, combustable gas meter, halida meter, portable ionization meter, oxidant meter, portable GC  laboratory analysis: grab sample, komposit, kontinu, adsorben • Analisis laboratorium : GC, spektro-UV, spektri-IR, polarograf

  35. PROSEDUR SEHAT & AMAN • Seleksi pelarut  subsitusi • Isolasi dan ventilasi  sistem tertutup dan LEV  cegah bocoran dan tumpahan  ventilasi selalu ada di daerah pelarut termasuk gudang • Respirator  Bukan untuk rutin  air supplied dan air purifying • Cegah kontak dengan kulit  mekanik  Pelindung

  36. PROSEDUR AMAN – FLAMMABLE SOLVENT PORTABLE SAFETY CONTAINER BONDING AND GROUNDING WASTE DISPOSAL CONTAINER PENGENDALIAN KEBAKARAN/EKSPLOSIF HOT WORK PERMIT

  37. Prosedur pemeliharaan kesehatan dan keselamatan kerja • Pemilihan pelarut • Penggantian pelarut yang efek bahaya lebih kecil (VHR), larutan pembersih xylene lebih aman daripada benzene, juga toluen (untuk hal khusus yang memerlukan daya penguapan besar), air paling baik. • Perlindungan alat, ventilasi dan alat pernafasan • Jalur utama adalah paru-paru untuk masuk ke dalam tubuh melalui darah, diperlukan ventilasi yang dipasang pada daerah pernafasan atau respirator. • Perlindungan terhadap kontak langsung • Kontak langsung yang dapat menimbulkan penyakit kulit (dermatitis), dapat terjadi akibat pencelupan, percikan tumpahan, perlindungan yang paling sesuai adalah sarung tangan/pakaian pelindung.

  38. Acids can cause severe burns

  39. Substitusi Pelarut

  40. Contoh: Mana lebih aman? Metilen klorida dengan TLV 500 ppm Vs 1,1,1 trikloroethan dengan TLV 350 ppm

  41. Contoh: Metilen klorida dengan TLV 500 ppm mungkin dapat dianggap lebih aman daripada 1,1,1 trikloroethan dengan TLV 350 ppm (bila hanya dilihat dari TLV saja).

More Related