1 / 54

TREMATODA DARAH Adrial

TREMATODA DARAH Adrial. TREMATODA DARAH SCHISTOSOMA. Schistosoma japonicum Schistosoma mansoni Schistosoma haematobium Schistosoma intercalatum Schistosoma mekongi Schistosoma binatang. Schistosoma. Penyakit : skistosomiasis= bilharziasis Morfologi dan Daur Hidup

azize
Download Presentation

TREMATODA DARAH Adrial

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. TREMATODA DARAHAdrial

  2. TREMATODA DARAHSCHISTOSOMA • Schistosoma japonicum • Schistosoma mansoni • Schistosoma haematobium • Schistosoma intercalatum • Schistosoma mekongi • Schistosoma binatang

  3. Schistosoma • Penyakit : skistosomiasis= bilharziasis • Morfologi dan Daur Hidup • Hidup in copula di dalam pembuluh darah vena-vena usus, vesikalis dan prostatika. • Di bagian ventral cacing jantan terdapat canalis gynaecophorus, tempat cacing betina. • Telur tidak mempunyai operkulum dan berisi mirasidium, mempunyai duri dan letaknya tergantung spesies.

  4. Telur dapat menembus keluar dari pembuluh darah, bermigrasi di jaringan dan akhirnya masuk ke lumen usus atau kandung kencing • Telur menetas di dalam air mengeluarkan mirasidium.

  5. Cacing dewasa schistosoma

  6. HP Schistosoma

  7. Serkaria Schistosoma

  8. Daur hidup Schistosoma sp.

  9. Schistosoma waktu kopulasi

  10. Patologi dan Gejala Klinis • Perubahan yang terjadi disebabkan oleh 3 stadium cacing yaitu serkaria, cacing dewasa dan telur. • Perubahan-perubahan pada skistosomiasis dibagi dalam 3 stadium: • Masa tunas biologik • Gejala kulit dan alergi : eritema, papula disertai rasa gatal dan panas hilang dalam 2-3 hari.

  11. Gejala paru : batuk, kadang-kadang pengeluaran dahak yang produktif • Gejala toksemia : timbul minggu ke-2 sampai ke-8 setelah infeksi. Berat gejala tergantung jumlah serkaria yang masuk • Gejala berupa : lemah, malaise, tidak nafsu makan, mual dan muntah. Diare disebabkan hipersensitif terhadap cacing • Hati dan limpa membesar dan nyeri raba.

  12. 2. Stadium Akut • Mulai sejak cacing bertelur • Efek patologis tergantung jumlah telur yang dikeluarkan dan jumlah cacing . • Keluhan : demam, malaise, berat badan menurun • Pada infeksi berat Sindroma disentri • Hepatomegali timbul lebih dini disusul splenomegali; terjadi 6-8 bulan setelah infeksi.

  13. 3. Stadium menahun : • Penyembuhan dengan pembentukan jaringan ikat dan fibrosis • Hepar kembali mengecil karena fibrosis. Hal ini disebut sirosis • sirosis  sirosis periportal • Gejala : splenomegali, edema tunbgai bawah dan alat kelamin, asites dan ikterus. • Stadium lanjut sekali dapat terjadi hematemesis.

  14. Diagnosis : • Menemukan telur dalam tinja, urin atau jaringan biopsi • Reaksi serologi

  15. Pengobatan • Umumnya tidak ada yang aman atau agak toksik • Semuanya mempunyai risiko • Pengaruh obat anti schistosoma dapat menyebabkan terlepasnya cacing dari p. darah dan mengakibatkan tersapunya cacing ke dalam hati oleh sirkulkasi portal disebut hepatic shift.

  16. Obat-obat anti schistosoma : • Emetin (tartras emetikus) • Fuadin stibofen, Reprodal, neo-antimosan • Astiban TW 56 • Lucanthone-HCl, Miracil D. Nilodin • Niridazol • Prazikuantel (Embay® 8440; Droncit®,Biltricide®)

  17. Epidemiologi • Penyakit skistosomiasis merupakan masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara. Di Indonesia hanya skistomiasis japonikum ditemukan endemik di Sulawesi Tengah. • Berhubungan erat dengan air dari irigasi dengan adanya fokus keong sebagai hospes perantara • Infeksi berlangsung pada orang yang bekerja di sawah. • Kelompok usia yang terkena 5 – 50 tahun.

  18. Schistosoma japonicum • Hospes : Manusia, kucing, anjing,rusa, tikus sawah (rattus), sapi, babi rusa dll. • Penyakit : Oriental schistosomiasis, skistosomiasis japonika, penyakit Katayama atau penyakit demam keong. • Penyebaran geografis : • Di Indonesia hanya di Sulteng daerah D. Lindu dan lembah Napu.

  19. Schistosoma japonicum TELUR BENTUK : BULAT AGAK LONJONG DNG TONJOLAN DI BAGIAN LATERAL DEKAT KUTUB UKURAN : 100 x 65 µm TELUR BERISI EMBRIO TANPA OPERKULUM SERKARIA Schistosoma sp EKOR BERCABANG

  20. Morfologi S. japonicum

  21. Telur S.japonicum

  22. Telur S.japonicum

  23. Telur S. japonicum

  24. S. japonicum jantan dan betina

  25. DAUR HIDUP Schistosoma sp

  26. Daur S. japonicum

  27. INANG ANTARA Schistosoma japonicum Oncomelania sp

  28. Patologi dan Gejala Klinis • Satdioum I : • Gatal-gatal (urtikaria) • Gejala intoksikasi : demam hepatomegali dan eosinofilia tinggi • Stadium II : • Sindroma disentri • Stadium III : • Sirosis hepatis dan splenomegali serta emasiasis

  29. Diagnosis • Menemukan telur dalam tinja atau jaringan biopsi • Reaksi serologi : • COPT (circumoral precipitin test) • IHT (Indirect haemagglutinination test) • CFT (complement fixation test) • FAT (Fluorescense antibody test) • ELISA(Enzyme linked immunosorbent assay)

  30. Schistosoma mansoni • Hospes : Manusia dan kera babon di Afrika sbg hospes reservoir. • Penyakit : skistomiasis usus • Patologi dan gejala Klinis : • Seperti pada S. japonicum, tetapi lebih ringan. • Splenomegali dapat jadi berat sekali.

  31. Morfologi S. mansoni

  32. Telur S. mansoni

  33. Telur S. mansoni

  34. Daur S. mansoni

  35. INANG ANTARA Schistosoma mansoni Biomphalaria sp

  36. Telur S. mansoni dlm usus

  37. Telur S. mansoni pada jaringan usus (pd lapisan mukosa dan submukosa)

  38. Schistosoma haematobium • Hospes : Manusia. Babon dan kera lain sbg hospes reservoir. • Penyakit : skistosmiasis vesika urinaria • Tidak ditemukan di Indonesia. • Patologi dan Gejala Klinis: • Hematuria dan disuria bila terjadi sistitis • Sindroma disentri bila terjadi kelainan di rektum. Diagnosis : Menemukan telur di dalam urin.

  39. Morfologi S. haematobium

  40. Telur S. haematobium

  41. Telur S. haematobium

  42. Daur S. haematobium

  43. INANG ANTARA Schistosoma haematobium Bulinus sp

  44. Telur S. haematobium pada jaringan kandung kencing, terlihat telur terkalsifikasi

  45. Telur S. haematobium pada jaringan kandung

  46. Lokasi S. haematobium dlm Plexus V. vesicalis

  47. Schistosoma intercalatum • Kadang-kadang menginfeksi manusia di Afrika (Kamerun, Gabon, Guyinea equator, Republik Afrika Tengah, Chad dan Zaire). • Serupa dengan S. haematobium, telur berduri terminal. • Cacing dewasanya ditemukan dalam plekxus vena-vena usus manusia • Hospes perantara : Bulinus africanus dan B. globosus

  48. Schistosoma mekongi • Serupa dengan S. japonicum • Ditemukan di daerah sekitar Sungai Mekong

  49. Schistosoma binatang • Hospes : mammalia dan burung (termasuk itik) • Penyakit : Swimmer’s itch, clam digger’s itch. • Penyebaran geografis : kosmopolit. • Hospes perantara : 25 spesies keong air tawar dan 4 spesies keong air laut.

More Related