1 / 1

Keprihatinan Bung Hatta

Keprihatinan Bung Hatta

azure
Download Presentation

Keprihatinan Bung Hatta

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Keprihatinan Bung Hatta Bung Hatta pada mulanya menaruh harapan yang besar pada Orde Baru. Tetapi ketika kemudian ternyata korupsi Orde Lama diteruskan oleh Orde Baru, keprihatinan kembali memberati perasaan dan pikirannya. Juga ketika kebebasan pers mulai dibatasi, Bung Hatta amat merasakan hal ini sebagai pembatasan kebebasan demokrasi yang menjamin dalam Undang-Undang Dasar 1945. Kemudian, karena tuntunan masyarakat yang amat kuat agar pemerintah menindak korupsi, dan Bung Hatta diangkat oleh Presiden Soeharto menjadi anggota Komisi Empat yang diketuai oleh Wilopo, kami dari Indonesia Raya menyampaikan pada Bung Hatta berbagai kasus korupsi besar-besar, antara lain mengenai kasus korupsi di Pertamina. Saya ingat benar, pada suatu hari saya membawa ke rumah Bung Hatta setumpuk fotokopi dokumen-dokumen autentik yang amat jelas membuktikan berbagai manipulasi oleh tokoh-tokoh Pertamina. Mula-mula Bung Hatta hanya dapat menggeleng-gelengkan kepala, seakan dia tidak dapat mempercayai apa yang dibacanya. Dan saya ingat bertanya pada Bung Hatta, “Bung Hatta ini, kali ini pemerintah betul-betul akan menindak dan membasmi korupsi?” Bung Hatta mengangguk, “Saya yakin,” jawabnya sederhana. Lalu kita semua tahu apa yang terjadi dengan laporan Komisi Empat yang diketuai Wilopo itu. Masih bertahun-tahun kemudian manipulasi-manipulasi di dalam Pertamina tetap dibiarkan hingga akhirnya Pertamina mengalami kebangkrutan. Lalu terbongkarlah skandal nasional yang meliputi bermilyar dolar. Dan sampai kini pun ekornya sebuah (masih banyak ekornya lain belum terbongkar) kasus rekening bank mendiang Haji Tahir di bank di Singapura masih saja menghantui masyarakat Indonesia. Dan orang yang bertanggung jawab sebagai presiden direktur Pertamina tidak diapa-apakan, kecuali diberhentikan dengan hormat saja. Dalam berbagai kesempatan dengan Bung Hatta kemudian, betapa hati Bung Hatta amat gundah melihat perkembangan yang terjadi di Pertamina, dan dengan kasus korupsi lainnya di tanah air. Dalam situasi lain dengan Bung Hatta selalu timbul dalam benak pikirannya soal koperasi di Indonesia. Bung Hatta tetap berpendirian bahwa gerakan koperasi di Indonesia harus digiatkan dengan lebih kuat lagi, karena menurut kenyakinannya, rakyat Indonesia yang serba tidak kuat modal hanya akan mampu membangun kekuatan perekonomian mereka secara bersama-sama melalui koperasi. Jika berbicara tentang koperasi, maka sering muncul rasa gemasnya melihat betapa di zaman pemerintahan Soekarno gerakan koperasi Indonesia telah disia-siakan, dan malahan telah dirusak oleh orang-orang pemerintah Soekarno sendiri. Bung Hatta juga cemas melihat betapa lemahnya kita sekarang melindungi perdagangan dalam negeri kita, yang seharusnya berada dalam tangan bangsa Indonesia sendiri. Bung Hatta tahu benar, dalam distribusi barang di dalam negeri, banyak modal-modal asing berselubung melakukan perannya. Mochtar Lubis, Pribadi Manusia Hatta, Seri 10, Yayasan Hatta, Juli 2002

More Related