1 / 25

Prof. E. Aminudin Aziz Drs. ( UPI ), M.A., Ph.D. ( Monash ) Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris

Logika Tiga Dimensi Teori-teori Kesantunan Berbahasa (The Triadic Logic of Linguistic Politeness Theories). Prof. E. Aminudin Aziz Drs. ( UPI ), M.A., Ph.D. ( Monash ) Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia.

bruno-hyde
Download Presentation

Prof. E. Aminudin Aziz Drs. ( UPI ), M.A., Ph.D. ( Monash ) Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Logika Tiga Dimensi Teori-teori Kesantunan Berbahasa(The Triadic Logic of Linguistic Politeness Theories) Prof. E. Aminudin Aziz Drs. (UPI), M.A., Ph.D. (Monash) Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia

  2. Clayton, 10 Oktober 2000

  3. Kesantunan dan Ketakziman Berbahasa • Kesantunan berbahasa (politeness) terkait dengan upaya seorang penutur untuk mengurangi dampak dari sebuah tindakan yang mungkin mengancam wajah (face-threatening acts); • Ketakziman berbahasa (deference) terkait dengan upaya seorang penutur untuk menunjukkan rasa hormat terhadap mitra tuturnya (face-satisfying acts) Kesantunan dan Ketakziman terkait dengan upaya pemuliaan “wajah”.

  4. KONSEP WAJAH Sebuah atribut sosial yang dimiliki setiap jiwa, bersifat sakral, dan setiap pemiliknya akan berusaha mempertahankan kesakralannya (Goffman 1959; berdasarkan rumusan Hu [1942] yang mengacu pada konsep wajah dari K’ung Fu-tzu [+/- 2500 SM])

  5. DALAM FILOSOFI K’UNG FU-TZU (TRADISI CINA) Wajah = Mian/lian (Dimaknai lebih sebagai metafora ketimbang wujud kasar) Wajah bersifat sosial dan ia ada pada seseorang sebagai pinjaman dari masyarakat, yang sewaktu-waktu dapat dicabut

  6. Konsep Dasar Wajah • Relasional • Kepatuhan terhadap prinsip ini mutlak diperlukan untuk menjaga keharmonisan sosial dan hubungan baik seluruh warganya, sekalipun dengan pengorbanan pribadi • Sifat relasional wajah terkait dengan mekanisme yang berlaku dalam mengatur hubungan dan perilaku antarpersonal warga masyarakat dalam mewujudkan keharmonisan masyarakatnya.

  7. Komunal/Sosial • Kepatuhan terhadap prinsip ini didorong oleh rasa takut memperoleh sangsi sosial warga masyarakat akibat kesalahan yang diperbuat • Sifat komunal/sosial wajah didasarkan pada gagasan bahwa wajah adalah perisai yang dapat melindungi seseorang dari berbagai kemungkinan “serangan dan cercaan” warga masyarakat lainnya tentang perilaku pemiliknya. Kehilangan perisai tersebut akan berdampak pada hilangnya wajah seseorang di mata anggota masyarakat lainnya.

  8. Hirarkis • Menyiratkan keharusan untuk selalu berada pada tataran “wajar” dan “saling menghargai”, diwujudkan dalam bentuk “yang tua sayang terhadap yang muda, yang muda menghormati yang lebih tua”. • Wajah dikatakan bersifat hirarkis, karena realisasi penghormatan terhadap “wajah” (baca: harga diri) seseorang, seringkali didasarkan atas atribut-atribut sosial yang membeda-bedakan seseorang dengan lainnya, seperti faktor senioritas dalam usia, asal muasal keturunan, jabatan, harta kekayaan, dan sejenisnya.

  9. Moral • Ditujukan untuk menggapai derajat manusia yang memiliki integritas moral tinggi • Wajah dikatakan berbasis moral mengingat hanya orang yang memiliki integritas moral yang kuatlah yang akan peduli terhadap kesakralan wajahnya. Hanya orang yang bermoral yang akan peduli dengan wajah (baca: harga diri) yang telah diperolehnya dari masyarakat.

  10. Brown&Levinson (1978; 1987) • Wajah Positif (Positive Face) • Harapan/keinginan pemilik wajah agar segala hasil jerih payah dan prestasinya dapat dihargai secara wajar oleh lingkungannya. • Wajah Negatif (Negative Face) • Harapan/keinginan pemilik wajah agar ia tidak menerima gangguan dari lingkungannya

  11. Grice (1975): Prinsip Kerjasama(Cooperative Principle) Maksim Kuantitas (Maxim of Quantity) Maksim Kualitas (Maxim of Quality) Maksim Relasi (Maxim of Relation) Maksim Cara (Maxim of Manner)

  12. Leech (1983): Prinsip Kesantunan(Principle of Politeness) Sasaran ilokusi penutur (S’s illocutionary goals) Sasaran sosial Penutur (S’s social goals) Retorika Antarpersonal (Interpersonal Rhetoric) Retorika Tekstual (Textual Rhetoric)

  13.  Maksim kebijaksanaan (Tact maxim) • Minimalkan kerugian kepada orang lain • Maksimalkan keuntungan bagi orang lain • Maksim kemurah-hatian (Generosity maxim) • Minimalkan keuntungan untuk diri sendiri • Maksimalkan kerugian untuk diri sendiri • Maksim Pujian (Approbation maxim) • Minimalkan cacian kepada orang lain • Maksimalkan cacian kepada diri sendiri

  14. Maksim Kesederhanaan (Modesty maxim) • Minimalkan pujian untuk diri sendiri • Maksimalkan cacian untuk diri sendiri • Maksim Kesepahaman (Agreement maxim) • Minimalkan ketidaksepahaman antara diri sendiri dan orang lain • Maksimalkan kesepahaman antara diri sendiri dan orang lain • Maksim Simpati (Sympathy maxim) • Minimalkan antipati antara diri sendiri dengan orang lain • Maksimalkan simpati antara diri sendiri dengan orang lain

  15. Aziz (2000): Prinsip Saling Tenggang Rasa(Principle of Mutual Consideration/PMC) TerhadapmitratuturAnda, gunakanlahtuturan yang Andasendiripastiakansenangmendengarnyaapabilatuturantersebutdigunakanorang lain kepadaAnda dan … TerhadapmitratuturAnda, jangangunakantuturan yang Andasendiripastitidakakanmenyukainyaapabilatuturantersebutdigunakanorang lain kepadaAnda

  16. Prinsip-prinsip dalam PMC • Daya Sanjung dan Daya Luka (Harm&Favour Principle) • Prinsip Berbagi Rasa (Shared Feeling Principle) • Prinsip Kesan Pertama (Prima facie Principle) • Prinsip Keberlanjutan (Continuity Principle)

  17. Keunggulan PMC • Bekerja dalam mekanisme Kausalitas (bandingkan dengan teori Leech [1983] yang sangat Tautologis) • Mengasumsikan bahkan menyaratkan adanya • Kesantunan sebelum berkomunikasi (pre-event politeness) • Kesantunan pada saat berkomunikasi (on-the-spot politeness) • Kesantunan setelah berkomunikasi (post-event politeness)

  18. TIGA DIMENSI LOGIKA KESANTUNAN BERBAHASA (2005) Kepuasan Ilahiah (Godlines Contentment) Kebebasan Individual (Individual Freedom) Ketentraman Sosial (Social Harmony)

  19. Dari Gambar di atas…Proses Komunikasi mesti memuat: • Niat • Formulasi Ujaran • Realisasi Ujaran • Keberlanjutan Interaksi Komunikasi Catatan: • Proses di atas terpancar dalam sebuah spektrum– niat menjadi intinya, dan ia berwarna lebih solid • Batas-batas dari proses di atas adalah garis-garis putus; bergantung pada context of situations (Cf. Hymes’ SPEAKING)

  20. TERIMA KASIH

More Related