1 / 51

Model Pembelajaran Kognitif :

Model Pembelajaran Kognitif :. Problem Based Learning Cognitive Strategies Drs Frans A.Rumate, Apt. Model Pembelajaran Kognitif : Problem Based Learning. Hakekat Asumsi Utama Perbedaan dengan Pembelajaran Tradisional Struktur Problem Based Learning

derron
Download Presentation

Model Pembelajaran Kognitif :

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Model Pembelajaran Kognitif : • Problem Based Learning • Cognitive Strategies Drs Frans A.Rumate, Apt

  2. Model Pembelajaran Kognitif :Problem Based Learning • Hakekat • Asumsi Utama • Perbedaan dengan Pembelajaran Tradisional • Struktur Problem Based Learning • Proses Pembelajaran menggunakan Problem Based Learning :The Problem Solving Wheel

  3. Model Pembelajaran Kognitif :Problem Based Learning • Hakekat: penyajian masalah untuk pemecahan melalui penelitian dan investigasi • Asumsi Utama: permasalahan sebagai pemandu, sebagai kesatuan dan alat evaluasi, sebagai contoh, sebagai sarana, sebagai stimulus.

  4. Model Pembelajaran Kognitif :Problem Based Learning • Perbedaan dengan Pembelajaran Tradisional

  5. Model Pembelajaran Kognitif :PBL- Struktur • Problem Based Learning sangat dipengaruhi oleh otoritas mahasiswa dan dosen dalam interaksi intelektual (Degree of Structure , lihat bagan dalam buku Modul) : • Semakin terstruktur PBL, berarti semakin berorientasi pada dosen • Semakin tidak terstruktur PBL, berarti semakin berorientasi mahasiswa

  6. PBL : Bentuk Kegiatan vs. Kebebasan mahasiswa

  7. PBL: The Problem Solving Wheel

  8. Perancangan PBL • Analisis Tugas • Penyusunan Permasalahan • Urutan Pembelajaran • Peran fasilitator • Penilaian

  9. Kekuatan PBL • Fokus pada Kebermaknaan, bukan Fakta (deep vs. surface learning) • Meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk berinisiatif • Pengembangan Keterampilan dan pengetahuan akan keterampilan tersebut • Pengembangan Keterampilan Interpersonal dan Dinamika Kelompok • Pengembangan sikap “ Self-Motivated” • Tumbuhnya hubungan Mahasiswa-Fasilitator • Jenjang pencapaian pembelajaran dapat ditingkatkan

  10. Kelemahan PBL • Pencapaian Akademik dari Individu mahasiswa • Waktu yang diperlukan untuk implementasi • Perubahan Peran Mahasiswa dalam Proses • Perubahan Peran Dosen dalam Proses • Perumusan Masalah yang Baik • Kesahihan Sistem Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar

  11. Model Pembelajaran Kognitif :Strategi Kognitif

  12. Taksonomi Tujuan Belajar Taksonomi ialah klasifikasi atau pengelompokan benda menurut ciri-ciri tertentu. Dalam bidang pendidikan, taksonomi digunakan untuk klasifikasi tujuan instruksional; ada yang menamakannya tujuan pembelajaran, tujuan penampilan, atau sasaran belajar, yang digolongkan dalam 3 klasifikasi umum atau ranah (domain), yaitu : • Ranah Kognitif berkaitan dengan tujuan belajar yang berorientasi pada kemampuan berpikir • Ranah Afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati • Ranah Psikomotor (berorientasi pada keterampilan motorik atau penggunaan otot kerangka).

  13. TAKSONOMI GAGNE • Strategi Kognitif • Keterampilan Intelektual • Informasi Verbal • PSYCHOMOTOR DOMAIN • AFFECTIVE DOMAIN • COGNITIVE DOMAIN :

  14. Taksonomi Bloom • Knowledge (mengingat, menghafal) • Comprehension (menerjemahkan) • Application (menerapkan) • Analysis (memecah konsep menjadi bagian-bagian) • Synthesis (menggabungkan bagian-bagian menjadi suatu kesatuan) • Evaluation (membandingkan dengan standar)

  15. Strategi Kognitif Merupakan kemampuan internal yang terorganisasi untuk membantu mahasiswa dalam : • proses belajar, • proses berpikir, • memecahkan masalah dan • mengambil keputusan

  16. EXECUTIVE CONTROL EXPECTANCIES EFFECTORS RESPONSE GENERATOR ENVIRONMENT LONG TERM MEMORY SENSORY REGISTER SHORT TERM MEMORY RECEPTOR MODEL DASAR BELAJAR DAN INGATAN (GAGNE)

  17. Latar Belakang Paradigma konstruktivisme • Kepercayaan, nilai dan norma, motivasi, pengetahuan dan keterampilan, serta intuisi setiap orang akan sangat berpengaruh terhadap strategi dan kemampuan orang tersebut dalam menghadapi permasalahan yang dihadapinya. • Permasalahan yang dihadapi setiap orang tidak pernah dapat dipisahkan dari konteks situasinya. Strategi dan kemampuan seseorang dalam menghadapi masalah-masalah tersebut adalah unik. • Jika dikumpulkan strategi-strategi yang digunakan masing-masing orang dalam masalah tertentu, maka akan terlihat adanya pola dasar yang sama (generalizable pattern) dari strategi tersebut. Pola dasar teresebut diperlukan dan dapat dipelajari oleh orang (mahasiswa) lain, untuk menjadi bekal dasar dalam memecahkan masalah.

  18. Latar Belakang Teori Metacognition yang melandasi strategi kognitif merupakan keterampilan mahasiswa dalam mengatur dan mengontrol proses berpikirnya (Preisseisen, 1985), Empat jenis keterampilan metacognition (Preisseisen) : • Pemecahan Masalah (Problem Solving) • Pengambilan Keputusan (Decision Making) • Berpikir Kritis (Critical Thinking) • Berpikir Kreatif (Creative Thinking)

  19. Pemecahan Masalah (problem solving) yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih penyelesaian masalah yang efektif.

  20. Pengambilan Keputusan (decision making) yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk memilih suatu keputusan yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada melalui pengumpulan informasi, perbandingan kebaikan dan kekurangan setiap alternatif, analisis informasi, dan pengambilan keputusan yang terbaik berdasarkan alasan-alasan yang rasional.

  21. BerpikirKritis (critical thinking yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menganalisis argumen dan memberikan interpretasi berdasarkan persepsi yang sahih melalui “logical reasoning” , analisis asumsi dan bias dari argumen, dan interpretasi logis.

  22. Berpikir Kreatif (creative thinking) yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan suatu ide yang baru dan konstruktif, berdasarkan konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang rasional maupun persepsi dan intuisi individu.

  23. Keterampilan-Keterampilan tersebut tidak terpisah melainkan terintegrasi satu dengan yang lain. Jadi pada saat bersamaan ketika mahasiswa menggunakan strategi kognitifnya untuk memecahkan masalah, dia juga menggunakan keterampilannya untuk mengambil keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.

  24. Latar Belakang: Pengalaman praktis di lapangan (reflection in action) Prinsip refleksi dari pengalaman-pengalaman praktisi profesional (dikenal dengan nama reflective practitioners) dalam pemecahan masalah-masalah yang pernah dihadapi untuk memecahkan masalah baru disebut prinsip reflection in action (Schon, 1982). Hal ini merupakan salah satu prinsip yang melandasi Strategi Kognitif

  25. Pengalaman praktis di lapangan (reflection in action) • Seorang praktisi yang profesional akan berpikir tentang apa yang dilakukannya, bahkan kadang-kadang sambil melakukan aksinya. Cara tersebut akan menjadi awal baginya untuk mencoba menyadari apa yang terjadi, apa respon atau reaksinya terhadap kejadian tersebut dan bagaimana ia dapat menyimpulkan apa masalah sesungguhnya. Pada saat itu, seorang praktisi profesional terlibat dalam pengaturan dan pengontrolan kognisinya secara intensif.

  26. Pengalaman praktis di lapangan (reflection in action) • Tidak jarang ia akan terlibat dalam situasi yang meragukan, problematik, atau membingungkan. Ketika ia berusaha untuk keluar dari keraguan, problematika, dan kebingungan tersebut ia merefleksikan apa-apa yang telah pernah dilakukannya dalam aksi-aksi sebelumnya untuk kemudian dipilah, diatur, dan diorganisasikan untuk dilakukan dalam aksi-aksi berikut. Proses ini dikenal dengan nama reflection in action, yang merupakan proses operasional utama dalam seseorang menggunakan strategi kognitif.

  27. Experiental Learning (David Kolb)Window of the world (Pengalaman Konkrit) Refleksi Finding Out (Penemuan) Implementasi Taking Action (Penerapan) Konseptualisasi

  28. Experiental Learning • Berdasarkan teori ini proses belajar dimulai dari pengalaman konkret yang dialami seseorang. Pengalaman tersebut diteflekdikan secara individual. Dalam proses refleksi, seseorang akan berusaha memahami apa yang terjadi atau apa yang dialami. Refkesi ini menjadi dasar proses kenseptualisasi atau proses pemahaman prinsip-prinsip yang mendasari pengalaman yang dialami serta perkiraan kemungkinan aplikasinya dalam situasi dan konteks yang lain atau baru. Proses implementasi merupakan situasi dan konteks yang memungkinkan penerapan konsep yang sudah dikuasai seseorang.

  29. Experiental Learning • Proses pengalaman dan refleksi dikategorikan sebagai proses penemuan (finding out), sedangkan proses konseptualisasi dan implementasi dikategorikan dalam proses penerapan (taking action). Proses keseluruhan ini terjadi berulang-ulang sehingga setiap action yang dilakukan seseorang merupakan hasil refleksi dari pengalaman atau kejadian yang dialami.

  30. STRATEGI KOGNITIF VS. KETERAMPILAN INTELEKTUAL • Strategi kognitif berbeda dengan keterampilan intelektual yang disebut "intelectual skills” (dalam taksonomi Gagne) atau aplikasi dalam taksonomi Bloom. • Keterampilan intelektual lebih berorientasi kepada interaksi mahasiswa sebagai individu dengan lingkungan belajarnya, yaitu dengan angka, kata-kata, simbol, rumus, prinsip, prosedur, dan lain-lain. Dengan keterampilan intelektual, mahasiswa mampu mengerjakan (how to) sesuatu dengan fakta yang dimilikinya.

  31. STRATEGI KOGNITIF VS. KETERAMPILAN INTELEKTUAL Sedangkan strategi kognitif, merupakan kemampuan mahasiswa untuk mengontrol interaksinya dengan lingkungan. Contohnya, mahasiswa menggunakan strategi kognitif untuk membaca artikel di majalah ilmiah. Apa yang dipelajarinya dari artikel tersebut mungkin cuma fakta, rumus-rumus, atau penerapan teori. Namun, untuk menyeleksi informasi yang dibacanya, memberikan kode terhadap informasi yang direkam dipikirannya, dan menemukan kembali informasi tersebut untuk keperluan lain, merupakan strategi kognitif. Dalam hal tersebut, mahasiswa mempergunakan strategi kognitif untuk memahami apa yang sudah dibaca dan dipelajarinya, dan untuk memecahkan masalah

  32. STRATEGI KOGNITIF VS. KETERAMPILAN INTELEKTUAL • Strategi kognitif merupakan cara mahasiswa untuk mengorganisasikan dan mengontrol proses belajarnya, dan juga berproses berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. • Jika mahasiswa menghadapi suatu masalah baru, diharapkan mahasiswa dapat menanganinya dengan mempergunakan informasi dan fakta-fakta, serta keterampilan intelektual yang pernah dipelajarinya. Namun, belum mencukupi, karena mahasiswa perlu mempunyai strategi untuk dapat menangani masalah baru tersebut. Diharapkan, mahasiswa akan dapat memilih cara penanganan masalah yang tepat dari berbagai strategi alternatif. Keunikan dan kebenaran proses berpikir mahasiswa ditentukan oleh ketepatan pemilihan strategi untuk menangani masalah baru tersebut.

  33. Pengembangan Strategi Kognitif • Mengajarkan strategi kognitif melalui pengajaran dalam kelas • Selama perkuliahan, mengaktifkan strategi kognitif yang sudah dimiliki mahasiswa • Menggunakan strategi kognitif pada waktu mengajarkan bidang ilmu • Menjelaskan strategi pengajaran untuk mencapai keterampilan strategi kognitif

  34. (Jenis-Jenis)STRATEGI KOGNITIF Multi Purpose Chunking Spatial Bridging Concept Mapping Rehearsal Mneumonics Frames Imagery Advance Organizer Space and Time Classifi-cation Metaphor

  35. Chunking • merupakan strategi mengorganisasikan sesuatu secara sistematis melalui proses mengurutkan (order), mengklasifikasi (classify) , dan menyusun (arrange). • Chunking dapat membantu seseorang untuk mengolah data yang sangat banyak atau proses yang sangat kompleks. Melalui chunking, seseorang dapat memilah-milah materi kuliah atau masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, kemudian menyusun bagian-bagian tersebut secara berurut.

  36. Spatial • merupakan suatu strategi untuk menunjukkan hubungan antar hal yang satu dengan yang lain. • Dalam kategori ini termasuk “frames” (tabel) dan “concept maps” (peta konsep)

  37. Bridging merupakan strategi untuk menjembatani pemahaman seseorang melalui “metafor” (perumpamaan), analogi dan advance organizer. Metafor dan analogi merupakan strategi pengandaian yang dapat menjembatani suatu konsep baru dengan menggunakan konsep yang sudah dipahami sebelumnya. Advance organizer merupakan kerangka dalam bentuk abstraksi atau ringkasan tentang konsep-konsep dasar materi yang harus dipelajari, hanya dapat dibuat oleh dosen untuk memudahkan mahasiswa belajar.

  38. Mulitpurpose merupakan strategi kognitif yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain rehearsal, imagery, dan mneumoncs (jembatan keledai). • Rehearsal merupakan cara untuk untuk mereviu materi, bertanya, mengansipasi pertanyaan dan materi, yang hanya dapat dilakukan oleh mahasiswa, dosen dapat memberikan waktu agar mahasiswa dapat melakukan rehearsal. • Imagery (membayangkan) merupakan proses visualisasi suatu konsep, kejadian, ataupun prinsip. • Mneumonics merupakan alat bantu untuk mengingat, misalnya singkatan.

  39. Peta Kognitif “Concept mapping” ialah cara yang dapat digunakan dosen untuk membantu mahasiswa mengorganisasikan materi perkuliahan berdasarkan arti dan hubungan antar komponennya. Pakar-Pakar internasional menyebutnya juga “pattern noting” . Concept mapping dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Peta Kognitif

  40. Peta Kognitif • Menurut Jonassen (1987), peta kognitif merupakan teknik yang dikembangkan oleh Buzan (1974) untuk mengorganisasikan dan menyusun informasi yang menunjukkan keterkaitan antara satu informasi dan informasi lain. • Hubungan antara satu konsep ’atau informasi’ dengan konsep yang disebut proposisi (Novak & Gowin, 1984). • Peta kognitif dapat memperlihatkan arti suatu konsep berdasarkan proposisi konsep tersebut dengan konsep-konsep lainnya.

  41. Peta Kognitif Dengan demikian, peta kognitif dapat didefinisikan sebagai alat yang skematis untuk menunjukkan arti suatu konsep berdasarkan proposisi. Peta kognitif juga dapat berfungsi menjadi peta visual yang menggambarkan berbagai cara untuk mengartikan suatu konsep berdasarkan preposisinya.

  42. Peta Kognitif • Jonassen (1987) mengartikan peta kognitif sebagai teknik untuk menggambarkan susunan dan hubungan antar ide atau konsep dalam pikiran seorang individu. Dalam perkuliahan, peta kognitif dapat digunakan untuk menggambarkan susunan dan hubungan antarkonsep yang sudah dimiliki mahasiswa dan yang baru dipelajarinya. • Peta kognitif merupakan refleksi dari konsep-konsep dan preposisinya yang sudah dikuasai oleh mahasiswa. Peta kognitif hanya berlaku pada saat peta tersebut dibuat oleh seorang mahasiswa, karena pada saat yang lain, ketika mahasiswa sudah mempelajari konsep-konsep lain, maka akan mempunyai peta kognitif yang berbeda.

  43. Penyusunan Peta Kognitif • Peta kognitif biasanya dimulai dengan satu konsep utama. Konsep utama tersebut mungkin merupakan topik yang terpenting dalam satu mata kuliah, atau hal yang terpenting dalam satu masalah. Selain konsep utama, ada lagi konsep-konsep lain yang berhubungan dengan konsep utama. Proposisi antarkonsep tidak sama, oleh sebab itu peta kognitif juga memperlihatkan beraneka ragam proposisi antar konsep.

  44. Definisi Proses mahasiswa menyusun proposisi satu konsep dengan konsep lainnya dalam membuat peta kognitif merupakan pengaturan proses berpikir, dan merupakan strategi kognitif mahasiswa

  45. Kegunaan Peta Kognitif • Menyusun alur konsep atau ide dalam sebuah perkuliahan menjadi suatu “concept map” atau peta sajian • Menginventarisasi ide-ide yang berhubungan dengan analisis tugas • Merangkum suatu laporan atau bacaan • Mengorganisasikan berbagai kegiatan • Mengorganisasikan materi perkuliahan untuk ujian • Menemukan kembali informasi dalam pikiran individu • Merupakan salah satu cara untuk menunjukkan jaringan kerja • Mengevaluasi serapan mahasiswa terhadap materi kuliah sebelum (pre-test) maupun sesudah perkuliahan (post-test) • Alat diagnostik kesukaran belajar mahasiswa

  46. Prosedur Pemetaan Kognitif Menentukan satu konsep utama • Sediakan kertas kosong dan alat tulis, kemudian tentukan konsep utama untuk peta kognitif. • Konsep utama mewakili topik utama dari perkuliahan yang baru saja berjalan, topik utama suatu tugas karya tulis, topik utama suatu bacaan (buku atau artikel), judul mata kuliah. • Tuliskan topik utama dalam kotak dan tempatkan di bagian tengah kertas!

  47. Prosedur Pemetaan Kognitif Menentukan isu utama Pusatkan pikiran pada konsep utama dan identifikasi isu-isu yang paling utama yang berhubungan dengan konsep utama. Isu terdiri dari konsep lain dan proposisi yang berhubungan dengan konsep utama. Pilihlah hanya isu yang paling utama saja, yaitu isu yang paling penting berhubungan dengan konsep utama. Kemudian, tuliskan konsep-konsep tersebut terhadap konsep utama. Setelah gambar jadi, pikirkan adakah isu utama yang belum dicantumkan?

  48. Prosedur Pemetaan Kognitif Identifikasi sub-isu • Untuk selanjutnya, identifikasi sub-isu yang berhubungan dengan setiap isu utama. Tuliskan konsep-konsep yang terdapat dalam subisu, gambarkan dan tunjukkan proposisi konsep-konsep tersebut terhadap isu utama. Setelah gambar jadi, perhatikan adakah subisu yang belum dicantumkan? • Proses identifikasi sub-isu dapat dilanjutkan dengan pengidentifikasian sub-subisu, dan seterusnya sampai dianggap cukup.

  49. Review • Perhatikan peta yang sudah jadi, apakah ada proposisi antarkonsep yang belum ditulis atau terlewat, dan apakah ada konsep yang belum dicantumkan? • Keterampilan untuk menyusun peta kognitif memerlukan kemampuan untuk dapat berpikir spatial (fragmentaris) di samping juga penguasaan pola pikir holistic ‘menyeluruh’.

  50. Permasalahan menggunakan Format berisi Metodologi mempunyai mempunyai Laporan Karya Tulis Ilmiah menggunakan mempunyai Bahasa Indonesia yang baik dan benar Bentuk

More Related