1 / 102

MODEL KONSELING BEHAVIORAL

MODEL KONSELING BEHAVIORAL. KONSEP DASAR. M anusia mahluk reaktif yang tingkah lakunya d ikontrol / dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar M anusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola

henrik
Download Presentation

MODEL KONSELING BEHAVIORAL

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. MODEL KONSELING BEHAVIORAL

  2. KONSEP DASAR • Manusia mahlukreaktif yang tingkahlakunya dikontrol/dipengaruhiolehfaktor-faktordariluar • Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian

  3. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya • Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan, melalui hukum-hukum belajar : • Pembiasaan klasik, • Pembiasaan operan • Peniruan.

  4. Perilaku manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku. • Manusia cenderung akan mengambil sti-mulus yang menyenangkan dan menghindarkan stimulus yang tidak menyenangkan.

  5. Kepribadian seseorang merupakan cerminan dari pengalaman, yaitu situasi atau stimulus yang diteri-manya. • Memahami kepribadian manusia : mempelajari dan memahami bagai-mana terbentuknya suatu tingkah laku

  6. KARAKTERISTIK KONSELING BEHAVIORAL : • Berfokuspadatingkahlaku yang tampak • Cermatdanoperasionaldalammerumuskantujuankonseling • Mengembangkanprosedurperlakuanspesifik • Penilaianobyektifterhadaptujuankonseling

  7. ASUMSI TINGKAH LAKU BERMASALAH • Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan • Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah

  8. Manusia bermasalah mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya • Tingkah laku maladaptif terjadi karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat • Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar

  9. TUJUAN KONSELING • Menghapus/menghilangkan tingkah laku maldaptif (masalah) untukdigantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan klien.

  10. Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke dalam perilaku yang spesifik • Diinginkan oleh klien • Konselor mampu dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut • Klien dapat mencapai tujuan tersebut • Dirumuskan secara spesifik • Konselor dan klien bersama-sama (bekerja sama) menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan khusus konseling.

  11. DESKRIPSI PROSES KONSELING • Proseskonselingdibingkaiolehkerangkakerjauntukmengajarkliendalammengubahtingkahlakunya • Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut

  12. 1. Identifikasi • Konselor mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu • Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah.

  13. 2. Perumusan Tujuan • Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assessment konselor dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling • Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a. Konselor dan klien mendifinisikan masalah yang dihadapi klien b. Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sbg hasil konseling

  14. c. Konselor dan klien mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan klien : 1) apakah tujuan benar-benar diinginkan klien 2) apakah tujuan itu realistik 3) kemungkinan manfaatnya 4) kemungkinan kerugiannya.

  15. d. Konselor dan klien membuat keputusan apakah : 1) melanjutkan konseling dengan menetapkan teknik yang akan dilaksanakan 2) mempertimbangkan kembali tujuan yang akan dicapai 3) melakukan referal

  16. 3. Implementasi Teknik menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling 4. Evaluasi melakukan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling 5. Tindak lanjut memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meningkatkan proses konseling.

  17. TEKNIK KONSELING • Teknikkonseling behavioral diarahkanpadapenghapusanrespon yang telahdipelajari (yang membentuktingkahlakubermasalah) terhadapperangsang, dengandemikianrespon-respon yang baru (sebagaitujuankonseling) akandapatdibentuk

  18. Prinsip Kerja Teknik Konseling Behavioral • Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatanagar klienterdoronguntukmerubahtingkahlakunya,penguatantersebuthendaknyamempunyaidaya yang cukupkuatdandilaksanakansecarasistematisdannyata-nyataditampilkanmelaluitingkahlakuklien.

  19. Mengurangifrekuensiberlangsungnyatingkahlaku yang tidakdiinginkan • Memberikanpenguatanterhadapsuaturespon yang akanmengakibatkanterhambatnyakemunculantingkahlaku yang tidakdiinginkan • Mengkondisikanpengubahantingkahlakumelaluipemberiancontohatau model (film, tape recorder, ataucontohnyatalangsung) • Merencanakanprosedurpemberianpenguatanterhadaptingkahlaku yang diinginkandengansistemkontrak

  20. TEKNIK-TEKNIK KONSELING • LatihanAsertif • Digunakanuntukmelatihklien yang mengalamikesulitanuntukmenyatakandiribahwatindakannyaadalahlayakataubenar Terutamabergunadiantaranyauntukmembantuindividu yang tidakmampumengungkapkanperasaantersinggung, kesulitanmenyatakantidak, mengungkapkanafeksidanresponposistiflainnya Cara : permainanperandenganbimbingankonselor, diskusikelompok

  21. DesensitisasiSistematis Memfokukskanbantuanuntukmenenangkankliendariketegangan yang dialamidengancaramengajarkanklienuntukrileks Esensiteknikiniadalahmenghilangkantingkahlaku yang diperkuatsecaranegatifdanmenyertakanrespon yang berlawanandengantingkahlaku yang akandihilangkan

  22. Denganpengkondisianklasikrespon-respon yang tidakdikehendakidapatdihilangkansecarabertahap • Tingkahlaku yang diperkuatsecaranegatifbiasanyamerupakankecemasan, daniamenyertakanrespon yang berlawanandengantingkahlaku yang akandihilangkan.

  23. Pengkondisian Aversi • Digunakan untuk menghilangkan kebiasaan burukdengancaramenyajikan stimulus yang tidakmenyenangkan (menyakitkan) shgtklakutsbterhambatkemunculannya. Stimulus dptbrpsengatanlistirkatauramuan yang membuatmual • Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki kemunculannya • Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.

  24. Pembentukan Tingkah laku Model • Digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien, dan memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk • Konselor menunjukkan kepada klien tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh • Tingkah laku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor : dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.

  25. KETERBATASAN Konseling Behavioral • Bersifat dingin, kurang menyentuh aspek pribadi, bersifat manipulatif, dan mengabaikan hubunganantar pribadi • Lebih terkonsentrasi kepada teknik • Pemilihan tujuan sering ditentukan oleh konselor

  26. Konstruksi belajar yang dikembangkan dandigunakan oleh konselor behavioral tidak cukupkomprehensif untuk menje- laskan belajar dan harus dipandang hanya sebagai suatu hipotesis yang harus diuji 5. Perubahan klien hanya berupa gejala yang dapat berpindah kepada bentuk tingkah laku yang lain.

  27. MODEL K NSELING GESTALT

  28. KONSEP DASAR • Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. • Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut.

  29. Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya • Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi.

  30. Hakikat manusia menurut Gestalt : • Hanya dapat dipahami dalam keseluruhan konteksnya • Merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu • Aktor bukan reaktor

  31. Berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya • Dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab • Mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.

  32. Dalam hubungannya dengan perjalanan kehidupan manusia : tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Masa lalu telah pergi dan masa depan belum dijalani, oleh karena itu yang menentukan kehidupan manusia adalah masa sekarang.

  33. Kecemasan : “kesenjangan antara saat sekarang dan yang akandatang” Jika individu menyimpang dari saat sekarang dan menjadi terlalu terpu-kau pada masa depan, maka mereka mengalami kecemasan.

  34. Unfinished business (urusan yang takselesai) perasaan-perasaan yang tidak tersalurkan/terungkapkan seperti : dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan

  35. Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran, perasaan-perasaan di ba-wa pada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubung-an yang efektif dengan dirinya sendi-ri dan orang lain • Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia beranimengha-dapi dan menangani/mengatasinya

  36. ASUMSI TINGKAH LAKU BERMASALAH • Individu bermasalah terjadi karena adanya pertentangan antara kekuatan “top dog” dan keberadaan “under dog” • Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntut, mengancam • Under dog adalah keadaan defensif, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif, ingin dimaklumi.

  37. Perkembangan yang terganggu karenaterjadi ketidakseimbangan antara apa-apa yang diinginkandan apa-apa yang dilakukan • Terjadi pertentangan antara keberadaan sosial dan biologis • Ketidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya

  38. Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang • Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi

  39. Spektrum tingkah laku bermasalah : 1. Kepribadian kaku (rigid) 2. Tidak mau bebas-bertanggung jawab, ingin tetap tergantung 3. Menolak berhubungan dengan lingkungan 4. Memeliharan unfinished bussiness 5. Menolak kebutuhan diri sendiri 6. Melihat diri sendiri dalam kontinum “hitam-putih” .

  40. TUJUAN KONSELING • Tujuan utama : Membantu klien berani menghadapi tantangan dan kenyataan Klien dapat berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk meingkatkan kebermaknaan hidupnya.

  41. Individu yang bermasalah pada umumnya belum memanfaatkan potensinya secara penuh, ia baru memanfaatkan sebagian dari potensinya yang dimilikinya Melalui konseling konselor membantu klien agar potensi yang baru dimanfaatkan sebagian ini dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal.

  42. Tujuanspesifik • Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas, serta menda-patkan insight secara penuh • Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya

  43. 3. Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri (to be true to himself) 4. Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik.

  44. DESKRIPSI PROSES KONSELING Fokus utama konseling : bagaimana keadaan klien sekarang serta hambatan-hambatan apa yang muncul dalam kesadarannya Tugas konselor :mendorong klien untuk dapat melihat kenyataan yang ada pada dirinya dan mau mencoba menghadapinya Klien bisa diajak untuk memilih dua alternatif, menolak kenyataan yang ada pada dirinya atau membuka diri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sekarang

  45. Konselor menghindarkan diri dari pikiran-pikiran yang abstrak, keinginan-keinginannya untuk melakukan diagnosis, interpretasi maupun memberi nasihat • Konselor sejak awal konseling sudah mengarahkan tujuan agar klien menjadi matang dan mampu menyingkirkan hambatan-hambatn yang menyebabkan klien tidak dapat berdiri sendiri • Konselor membantu klien menghadapi transisi dari ketergantungannya terhadap faktor luar menjadi percaya akan kekuatannya sendiri. Usaha ini dilakukan dengan menemukan dan membuka ketersesatan atau kebuntuan klien.

  46. Pada saat klien mengalami gejala kesesatan dan klien menyatakan kekalahannya terhadap lingkungan dengan cara mengungkapkan kelemahannya, dirinya tidak berdaya, bodoh, atau gila • Konselor membantu membuat perasaan klien untuk bangkit dan mau menghadapi ketersesatannya sehingga potensinya dapat berkembang lebih optimal.

  47. DeskripsiFase-faseProsesKonseling : • Fasepertama • konselormengembangkanpertemuankonseling, agar tercapaisituasi yang memungkinkanperubahan-perubahan yang diharapkanpadaklien • Polahubungan yang diciptakanuntuksetiapklienberbeda, karenamasing-masingklienmempunyaikeunikansebagaiindividusertamemilikikebutuhan yang bergantungkepadamasalah yang harusdipecahkan.

  48. Fasekedua • Konselorberusahameyakinkandanmengkondisikanklienuntukmengikutiprosedur yang telahditetapkansesuaidengankondisiklien • Ada dua hal yang dilakukan konselor dalam fase ini, yaitu :

  49. Membangkitkan motivasi klien : • memberi kesempatan klien untuk menyadari ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya • Makin tinggi kesadaran klien terhadap ketidakpuasannya semakin besar motivasi untuk mencapai perubahan dirinya, sehingga makin tinggi pula keinginannya untuk bekerja sama dengan konselor. • Mebangkitkan otonomi klien : • menekankan kepada klien bahwa klien boleh menolak saran-saran konselor asal dapat mengemukakan alasan-alasannya secara bertanggung jawab.

  50. Fase ketiga • Konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada saat ini • Klien diberi kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi di sini dan saat ini.

More Related