1 / 3

Mata Kuliah: Proses Komunikasi Program Studi Desain Grafis, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Mata Kuliah: Proses Komunikasi Program Studi Desain Grafis, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id SESI 7 KOMUNIKASI SENI Sebuah karya seni selalu berada dalam konteks komunikasi.

Download Presentation

Mata Kuliah: Proses Komunikasi Program Studi Desain Grafis, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Mata Kuliah: Proses Komunikasi Program Studi Desain Grafis, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id SESI 7 KOMUNIKASI SENI Sebuah karya seni selalu berada dalam konteks komunikasi. Bahkan seandainya seorang pelukis sedang melukis seorang diri dia berkomunikasi dengan pikiran atau perasaannya sendiri (intrapersonal komunication).1 Dalam memilih warna, mencampur dan memulas dengan hati-hati, semua ini berlangsung dalam dialog batin. Namun dalam pengertian yang lebih mudah dipahami, sebuah karya seni selalu berada dalam kondisi berhadapan dengan penimat karya seni. Dengan adanya penikmat inilah sebuah karya layak dinilai sebagai karya seni atau bukan, memiliki pengaruh pada penikmat atau tidak. Dalam pengertian inilah karya seni selalu berada dalam konteks komunikasi. Karya seni itu tidak ada (tidak eksis) kalau tak ada penikmat. A. Bahasa Puisi Berbeda dengan jenis-jenis komunikasi yang lain, komunikasi seni memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat tersendiri, sesuai karakter yang ada dalam sebuah karya seni. Sebuah puisi, misalnya, walupun menggunakan medium bahasa, namun bahasa yang digunakan dalam puisi berbeda dengan bahasa biasa, yang digunakan untuk keperluan sehari-hari atau untuk keperluan formal dalam pulisan karya ilmiah. Anandavardhana, salah seorang pemikir estetik asal Kashmir yang hidup sekitar abad 9 M, memberikan inspirasi pada kita untuk memahmi apa itu puisi. Dalam kitab Dhavanyaloka (panorama gema-gema), ia mengatakan, puisi adalah semacam gema (dhavani), satu kata diucapkan, lalu bergemalah berbagai arti lain.2 1 Baca, Hafied Cangara (2006) Pengatar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada 2 Dick Hartoko (1991) Manusia dan Seni. Yogyakarta: Kanisius 1

  2. Mata Kuliah: Proses Komunikasi Program Studi Desain Grafis, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id Karena sifat yang dimiliki oleh puisi, maka beberapa bidang seni sering dilekatkan dengan kata puisi. Misalnya penari itu bergerak secara puitis, atau seniman itu melukiskan manusia-manusia seperti puisi tentang jiwa-jiwa yang kesepian. Sebaliknya, dalam dunia puisi juga digunakan bahasa-bahasa seperti di dalam musik, seperti unsur bunyi, irama, dan sebagainya. B. Antara efektivitas dengan Inspirasi Berbeda dengan komunikasi biasa atau komunikasi verbal (lesan atau tertulis) yang menekankan efektivitas diterimanya pesan, komunikasi dalam seni memberi tekanan yang lain, yakni inspirasi. Karya seni sering disebut sebagai bahasa emosi. Karena itu komunikasi dalam karya seni adalah komunikasi yang menyentuh perasaan manusia, dengan tujuan menggugah kesadaran, memberi perasaan lain, penghayatan lain, atau bermaksud memberikan inspirasi bagi penikmatnya. Karena yang disentuh adalah wilayah emosi manusia, ini memuat sebuah karya seni memiliki tafsir yang beragam dari para penikmatnya. Masing-masing penikmat dapat menagkap makna yang berbeda-beda dari sebuah karya seni. Jika sebuah karya seni hanya menekankan kejelasan arti, maka pada sisi lain, kualitas seninya juga akan diragukan, karena tidak lagi berbeda dengan komunikasi biasa. Sebaliknya, karya seni juga dapat menjadi “gelap” dalam arti makna yang ingin disampaikan oleh seniman sama sekali tidak dipahami oleh penikmatnya. Karena itu, salah satu pilihan dalam proses kreatif dari seniman adalah berada dalam posisi “tidak terlalu sulit dipahami, juga tidak terlalu mudah dipahami.” Tentu saja terdapat kebebsan lain dimana seniman tidak terlalu memperdulikan penilaian dari penikmat karya seni. Lukisan-lukisan Van Gogh, misalnya tak banyak dipahami oleh kritikus pada jamannya, namaun berpuluh tahun kemudian setelah kematiannya, karya Van Gogh dianggap suatu pencapaian yang cerdas dan cemerlang. Begitupun 3

  3. Mata Kuliah: Proses Komunikasi Program Studi Desain Grafis, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id Hal ini menunjukkan bahwa karya seni yang pernah dilihat, dipelajari atau dibaca oleh seorang calon seniman (yang mungkin dapat berjumlah ribuan) telah menimbukan efek, pengaruh, atau bekas-bekas yang tidak sepenuhnya mampu disadari oleh seniman itu. Inilah bukti bahwa suatu karya seni dapat berpengaruh secara halus, dan orang tak dapat mengukur atau mentukan seberapa besar pengaruh itu padanya. Hal yang hampir sama juga terjadi pada banyak orang awam, atau orang-orang yang tidak bergelut dalam dunia seni, terutama jika kita mempelajari bagaimana sebuah kebisaan terbentuk. Pierre Bordieu,4 salah seorang sosiolog Perancis yang terkenal menunjukkan bahwa terbentuknya kebiasaan (habitus) pada diri seseorang adalah proses yang rumit. Prose situ bukan hanya melibatkan kesadaran manusia, namun juga banyak melibatkan sisi-sisi ketidaksadaran manusia. Bourdieu memberi contoh dalam permainan olah raga, terutama jenis olrah raga yang memerlukan gerakan cepat seperti dalam sepak bola atau bola basket. Para pemain kawakan tidak lagi bergerak semata-mata atas dasar kesadarannya namun sudah sering menggunakan gerak-gerak refleks atau gerak naluriah. Bagimana menjelaskan gerak naluriah ini? Darimana dia muncul? Bagaimana gerak ini terbentuk? Gerak itu sendiri bukan gerak yang disadari, namun sudah menjadi semacam gerak otomatis. Begitupun, dalam jenis-jenis kebiasaan kita yang lain, kita akan sukar lagi mengingat bagaimana sesungguhnya terbentuknya kesadaran itu. Kebiasaan itu sendir merupakan tumpukan pengalaman semenjak kita bayi hingga dewasa, sehingga tak mungklin lagi kita mengingat terbentuknya kebiasaan itu. Begitu juga dalam bidang seni, terbentuknya “bakat” atau kemampuan itu adalah sesuatu yang tidak sepenuhnya dapat diingat. Latihan kepekaan perasaan, yang diperlukan untuk menjadi seorang seniman, bukan hanya latihan melihat, mendengar atau mengahayati 4 James Lull (1999) Media, Komunikasi, dan Kebudayaan. Jakarta: Yayasan Obor. 5

More Related