1 / 24

Dr. Sjamsul Arifin

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERBASIS INTRAPRENEURSHIP : AKULTURASI SIKAP INTRAPRENEURSHIP DALAM DUNIA PENDIDIKAN. Dr. Sjamsul Arifin. SEMINAR NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG. Malang, 9 Juli 2011. OUTLINE PRESENTASI. PENDAHULUAN Konsep Terkait Intrapreneurship

kalin
Download Presentation

Dr. Sjamsul Arifin

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERBASIS INTRAPRENEURSHIP:AKULTURASI SIKAP INTRAPRENEURSHIP DALAM DUNIA PENDIDIKAN Dr. Sjamsul Arifin SEMINAR NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG Malang, 9 Juli 2011

  2. OUTLINE PRESENTASI • PENDAHULUAN • Konsep Terkait Intrapreneurship • ANALISIS KONSEP DAN MODEL INTRAPRENEURSHIP • Analisis Variabel • Model Corporate Intrapreneurship • INTRAPRENEURSHIP DI PT • Persamaan Antara Badan Usaha dan PT • Persepsi PT Terhadap Entrepreneurship • Landasan Teori Pengajaran Entrepeneurship • Strategi Akulturasi Intrapreneurship di PT • Diagnosa Organisasi • Proses Perubahan Organisasi • Langkah dan Kegiatan untuk Perubahan • Faktor Penghambat Pengembangan Intrapreneurship di PT • KESIMPULAN

  3. PENDAHULUAN • Dunia terus berubah dan organisasi dituntut menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan • Lingkungan PT mengalami perubahan dan tuntutan stakeholder PT berubah: menghasilkan lulusan PT yang mampu menciptakan lapangn kerja, bukan hanya mencari kerja. • Lulusan PT menganggur 182, 2 ribu tahun 2006 • Melonjak menjadi 409,9 ribu 2007 • Terdapat perubahan paradigma bahwa entrepreneurship dapat diajarkan di PT. • Bagaimana persyaratan yang harus dipenuhi agar PT mampu berinovasi sehingga output yang dihasilkan sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman? • Intrapreneurship konsep yang relatif baru dan dapat berkontribusi pada kinerja organisasi.Apa yang dimaksud dengan intrepreneurship dan bagaimana menanamkan sikap tersebutdi PT?

  4. KONSEP TERKAIT INTRAPRENEURSHIP • Intrapreneurship • ”internal corporate entrepreneurship” (Arslan & Cevher, 2007). • “entrepreneurship practiced by individuals inside founded organizations” (Shetty, 2004: 9). • Entrepreneur Bentuk-bentuk kombinasi baru termasuk melaksanakan hal-hal baru atau melaksanakan hal-hal yang sudah ada dengan cara baru, termasuk: • pengenalan produk baru; • metoda produksi baru; • pembukaan pasar baru; • sumber supply yang baru; • organisasi baru • Inovasi The successful creation, development and introduction of new products or processes(Arslan & Cevher, 2007). (Keberhasilan dalam penciptaan, pengembangan, dan pengenalan suatu produk atau proses).

  5. KONSEP TERKAIT INTRAPRENEURSHIP • Intrapreneurship: dalam dunia PT, intrapreneurship adalah semangat dan kegiatan yang bersifat entrepreneurship yang dipraktekkan di PT. • Entrepreneurship: merupakan kegiatan yang menghasilkan inovasi baik berupa produk barang dan jasa maupun proses produksi barang dan jasa. • Contoh, dalam dunia pedidikan, produk atau proses tersebut dapat berupa pengajaran dan pembelajaran, riset, knowledge transfer, kurikulum baru, dan perubahan kualitas alumni (Mitchell: 2007). • Inovasi: Keberhasilan dalam penciptaan, pengembangan, dan pengenalan suatu produk atau proses

  6. INTRAPRENEURSHIP DALAM MODEL STRATEGIC MANAGEMENT • Elemen-elemen yang berpengaruh pada variabel “intrapreneurship” • Seberapa kuat semangat intrapreneurship dalam suatu organisasi yang terefleksi pada “innovative venturing” & “strategic renewal”

  7. FRAMEWORK OF CORPORATE ENTREPRENEURING • Perilaku yang mendorong motif intrapreneurship saling berinteraksi • Hasil akhir dari interaksi  seberapa kuat semangat untuk mengimplementasikan ide baru

  8. DIMENSI INTRAPRENEURSHIP • New ventures dan new businesses: Pendirian perusahaan dan bisnis (usaha) baru merupakan dimensi paling penting karena dapat menciptakan bidang usaha baru dalam suatu organisasi yangtelah berdiri. • Product innovation: Schumpeter menekankan peran entreprenuer sebagai inovator. Schumpeter: entrepreneur membuat kombinasi baru terhadap sumber daya untuk menciptakan produk yang sebelumnya tidak ada. • Process innovation: Intrapreneurship meliputi cara atau prosedur baru dalam proses produksi (Antoncic & Hisrich, 2003: 16) • Self-renewal: Intrapreneurship berarti transformasi organisasi melalui pembaruan ide dasar sehingga berbeda dibandingkan dengan ide dasar pada saat organisasi didirikan. • Risk taking: Entrepreneur berani mengambil risiko, bersedia untuk menyediakan waktu dan tenaga untuk mewujudkan ide baru menjadi inovasi dalam suatu organisasi dengan memanfaatkan keahlian dan pengalamannya. • Pro-activeness: sebagai pionir untukkelangsungan hidup organisasi, menunjukkan tekad untuk meraih peluang yang menjanjikan dan bukan hanya reaktifterhadap langkah yang ditempuh pesaing. • Competitive aggressiveness: kecenderungan perusahaan untuk menantang pesaingnya.

  9. KARAKTERISTIK ORGANISASI DAN INDIVIDU INTRAPRENEURSHIP TINGKAT ORGANISASI TINGKAT INDIVIDU • Management support • Work discretion • Rewards/reinforcement • Time availability • Organizational boundaries • Risk taking propensity • Desire for autonomy • Need for achievement • Goal orientation • Internal locus of control

  10. FAKTOR PENGHAMBAT INTRAPRENEURSHIP • Arah Stratejik: tidak terdapat strategi entrepreneurship secara formal dari pimpinan puncak (visi, role model sasaran inovasi, dan komitmen para eksekutif). • Sistem: sistemevaluasi dan reward yang kurang tepat, sistem perencanaan dan alokasi anggaran yang kaku. berpengaruh sebagai diinsentif bagi entrepreneurship. • Struktur: terlalu hirarkis, manajemen top-down, rentang kendali yang terlalu sempit, silo, komunikasi terbatas, dan akuntabilitas tidak jelas. sebagai karakter organisasi besar. • Kebijakan dan prosedur: prosedur persetujuan panjang dan berbelit, persyaratan dokumen yang berlebihan, dan sasaran yang tidak realistis. • Budaya kerja: budaya kerja yang tidak mendukung semangat inovatif dan tidak terdapat konsensus terhadap prioritas. Budaya kerja merupakan perekat yang menyatukan organisasi entrepreneural secara keseluruhan. Dalam kultur tradisional suatu perusahaan, • Patuhi perintah yang diberikan; • Jangan membuat kesalahan; • Jangan melampaui batas wilayah; dan • Waspadai sekeliling anda. 6. Kapabilitas entrepreneurship rendah: entrepreneur memerlukan jiwa, semangat, dan keahlian 7. SDM: karakter individu karena learning is path dependent • Resistence to change • Inertia • Status quo

  11. ORGANISASI ENTREPRENEURIAL VERSUS BIROKRATIS

  12. ENTREPRENEURIAL LEADER VERSUS MANAGERIAL LEADER

  13. III. INTRAPRENEURSHIP DI PT

  14. PERSAMAAN ANTARA BADAN USAHA DAN PT • Intrapreneurship di PT (riset) pada dasarnya tidak berbeda dengan di perusahaan (komersial) dalam tahapannya. • Persamaan lain: • Memiliki visi, misi, strategi • Tidak terlepas dari pengaruh lingkungan • Memiliki sumber daya dan kapabilitas

  15. PERSEPSI PT TERHADAP ENTREPRENEURSHIP • PT sebagai ivory tower, berubah menjadi research university dan selanjutnya entrepreneurial university • Kesenjangan antara hasil penelitian dengan kebutuhan nyata • Perubahan kebutuhan lulusan PT • Terjadi perubahan paradigma bahwa kewirausahaan dapat diajarkan • Semula entrepreneurship dianggap tidak memerlukan pendidikan formal • Kewirausahaan dapat diajarkan di PT (Fiet, 200) • Pengajaran entrepreneurship terbukti telah mengubah pola pikir dan perilaku mahasiswa dan membangkitkan kecenderungan untuk menjadi wirausaha.

  16. LANDASAN TEORI PENGAJARAN ENTREPENEURSHIP Cognitive Model of Entrepreneurship (Ajzen, 1991) Teori Entrepreneurial Development (Pinchot, 1985) • Didasarkan pada teori planned behavior • Asumsi: individu akan terdorong menggali potensi entrepreneurship apabila percaya memiliki kemampuan, terdapat lingkungan yang mendukung, dan terdapat dukungan sosial. • Faktor yang perlu diperhatikan: • Masyarakat khususnya harus menunjukkan sikap positif terhadap tujuan ini; • kalangan akademik harus yakin bahwa mereka memiliki kemampuan untuk melaksanakannya; dan • Bagi kalangan staf akademik perlu meyakini perlunya semangat intrapreneurship. • Apabila suatu organisasi yang telah berdiri bermaksud untuk melakukan perubahan mendasar (transformasi) degan tujuan mengembangkan semangat entrepreneurship maka diperlukan faktor-faktor pendukung seperti: • komitmen pimpinan tertinggi dan para pejabat senior; • corporate model; • pengembangan budaya; • identifikasi intrapreneurship talent; • reward (dalam bentuk uang dan non-materi); • sistem penilaian.

  17. STRATEGI AKULTURASI INTRAPRENEURSHIP DI PT

  18. DIAGNOSA ORGANISASI REVIEW ORGANISASI SURVEI • Review strategi yang ada sekarang untuk mendukung kegiatan entreprenurship. • Review lingkungan organisasi. • Review pemahaman tentang inovasi yang ingin dicapai PT. • Identifikasi sasaran untuk mencapai tujuan strategi corporate entrepreneuring dan program untuk mencapainya • Lakukan penilaian bahwa sistem, struktur, dan budaya kerja tidak menghambat kegiatan untuk berinovasi • Berikan insentif dan sarana untuk melaksanakan proyek-proyek entrepreneural. • Apakah organisasi/PT saudara mendorong perkembangan para staf yang berjiwa entrepreneurship? • Apakah individu di organissai/PT saudara diijinkan untuk mengerjakan pekerjaannya dengan caranya sendiri ataukah mereka harus selalu meminta ijin sebelumnya? • Apakah organisasi/PT saudara telah mengembangkan cara untuk mengelola produk eksperimental dan produk komersial? • Apakah sistem dalam organisasi/PT saudara telah dibangun untuk mendorong pekerjaaan yang bersifat risk taking dan mentolerir kesalahan? • Apakah para staf di organisasi/PT saudara lebih cenderung untuk mengembangkan ide baru atau mempertahankan kartu masing-masing?

  19. INTRAPRENEURSHIP DAN KINERJA ORGANISASI Tujuan diagnosa: Mengukur masing-masing variabel di atas yang berpengaruh pada kinerja organisasi

  20. PROSES PERUBAHAN ORGANISASI • Unfreezing: mencairkan perilaku individu dan organisasi dari kondisi saat ini yang tidak diinginkan. • Change: melaksanakan perubahan perilaku individu dan organisasi sesuai dengan yang diinginkan. • Refreezing: membekukan kembali perilaku individu dan organisasi setelah terjadi perubahan sesuai dengan kondisi yang diinginkan.

  21. LANGKAH DAN KEGIATAN UNTUK PERUBAHAN

  22. FAKTOR PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN INTRAPRENEURSHIP DI PT(Kirby, 2006) • Karakter hubungan yang bersifat impersonal. • Struktur organisasi hierarkis dan memerlukan banyak tingkat persetujuan • Pengawasan ketat sebagai akibat dari berbagai aturan dan prosedur. • Budaya lembaga yang konservatif. • Kurang urgensi ketersediaan hasil dengan segera. • Kurang kapabilitas kewirausahaan karena tidak berpengalaman sebagai wirausaha dan bukan merupakan tradisi PT • Metode pemberian kompensasi yang kurang tepat • Mengurangi kualitas PT yang lebih fundamental (integritas pengembangan ilmu) • Peran sebagai ilmuwan dan bukan sebagai pengusaha

  23. KESIMPULAN • Kalangan akademik telah menyadari pentingnya pengembangan karakter intrapreneurship di PT • Intrapreneurship memiliki karakter berbeda dengan karakter tradisional universitas • Perubahan menjadi universitas berkarakter intrapreneurship merupakan bentuk proses transformasi organisasi yang perlu dikelola dengan dengan menggunakan framework yang jelas • Melakukan perubahan di PT merupakan tantangan besar • Keberhasilan dalam menerapkan semangat entrepreneurship akan meningklatkan kinerja PT dan bermanfaat secara langsung bagi para lulusannya. • UM telah memiliki track record dalam mereformasi organisasi dan melakukan perubahan: • IKP  UM • Webometrics (peringkat 1256 tahun 2010; Unibraw 2026; Unair 1628) • Learning university

  24. Terima Kasih

More Related