1 / 16

Dekonstruksi Kebenaran ( Pengantar ke Pemikiran Aliya Harb)

Dekonstruksi Kebenaran ( Pengantar ke Pemikiran Aliya Harb). Oleh : Mustamir Anwar. Obsesi Filsafat Modern (Descartes) adalah :. 1). Permasalahan “ada” / Being / Wujud 2). Obsesi kebenaran dan kepastian 3). Subyek / Cogito / kesadaran.

ken
Download Presentation

Dekonstruksi Kebenaran ( Pengantar ke Pemikiran Aliya Harb)

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Dekonstruksi Kebenaran(Pengantar ke Pemikiran Aliya Harb) Oleh : Mustamir Anwar

  2. Obsesi Filsafat Modern (Descartes) adalah : • 1). Permasalahan “ada” / Being / Wujud • 2). Obsesi kebenaran dan kepastian • 3). Subyek / Cogito / kesadaran. • :: wujud dan kebenaran merupakan “konsep lama” yang mendahului Filsafat. • :: Filsafat mengkaji tentang kebenaran konsep “ada”, atau kebenaran itu sendiri!

  3. Sehingga konsep bermuara pada Subyek (modern!)  dikarenakan Subyek adalah kutub, maka mengandung “Keyakinan” Akhirnya Filsafat identik dengan subyektifitas. Filsafat menjadi asimilasi dan perpaduan Subyek - Obyek Kebenaran muncul sebagai hasil perpaduan tersebut

  4. Asimilasi Subyek-Obyek = Kebenaran. Contohnya : • Aristoteles == Kesepadanan hukum-hukum Ide dengan Realitas • Hegel == Setiap Rasional adalah Realistik. • Descartes == Kebenaran sebagai aksioma asimilasi Subyektif. • Nietzsche == Kebenaran merupakan kesepadanan antara ujaran, konsep (pemahaman) dan wujud / ada (baca : bukan Realitas!)

  5. Oleh karena itu, dalam Filsafat kontemporer, Kebenaran bukan merupakan konsep essensi, korespondensi, konfidensi, afirmasi, stabilisasi Tapi, Filsafat (kebenaran) merupakan = Produksi , Reproduksi Prosedur, Prioritas Tafsir, Otoritas Praktek, Permainan

  6. Kebenaran bukan keyakinan epistemik, tapi “sistem Hermeneutik”  Ta’wil!Secara ontologis, ia mendunia, terbuka relasi dengan “ada”/ wujud Manusia adalah hubungan struktural yang terbuka terhadap banyak sisi dan memiliki dimensi dan bentuk yang lain ## ada rindu, nikmat, puas d.l.l  ini tidak bisa hanya di baca dengan frame Psikologis saja.

  7. Sisi-sisi manusia (pencari kebenaran) : • 1) Kerinduan  bentukan dan ekspresi seksualitas  jasad Subyektif  mewujud keinginan-keinginan • 2) Politis  “apa” darinya kita “ada”, ia menjalankan persoalan-persoalannya. • 3) Ilmiah  alasan Formal; menentukan “hubungan” dengan kebenaran. • 4) Artistik  kebahagiaan hidup; terealisasi dalam seni hidup

  8. Relasi Manusia dengan Subyeknya.Timbul “kegandaan”  (ala Foucault) • (1) Dikotomi Tubuh dan Hasrat • (2) Dikotomi Pengetahuan dan Kebenaran • (3) Dikotomi Kekuatan dan Kekuasaan • (4) Dikotomi Internal dan Eksternal • Ada = berhasrat, mengenal, berbuat dan merenung !

  9. O.k.i Subyek bukan esensi tunggal!, tapi relasi yang komplek yang mempengaruhi Subyek lewat 4 sisi tersebut Manusia “hadir” tidak untuk dirinya langsung begitu saja, tapi ia hadir “dalam” dan “dengan” dunia. Ia memiliki banyak kehadiran eksistensial

  10. Formasi Filsafat = • 1]. Ilmiah --- Rasional • 2]. Politis --- Prosedur demokrasi yang membedakan sakral / teologis dengan yang lainnya • 3]. Kerinduan --- Peristiwa tiba-tiba  “mencengangkan” (tak terdiskripsikan)  cinta. • Artistik --- “seni” , harmoni, sastra, aforisme, puisi  {kematian narasi}

  11. Filsafat tidak memproduksi kebenaran, ia adalah “sarana konseptual” yang memberikan kemungkinan bahwa kebenaran memiliki “sumber baru” Ia adalah “Kemungkinan Kebenaran”. Benar / salah, baik / buruk, legitimate / ilegitimate, mulia / cela d.l.l adalah konsep-konsep yang interpretatif

  12. Karya filsafat harus diperlakukan sebagai = • Sumber bagi proposisi problematis – dialektis yang selalu terbuka. • Ia diposisikan sebagai teks konseptual. • Format rasional. • Arena kemungkinan. • Poros makna.

  13. Yang terjadi, Kebenaran terkait dengan Rasional, argumentatif  Puisi (misalnya) dianggap Metaforis yang tidak membantu pemikiran Ini adalah gaya ala Aristotelian, dimana Filsafat tersusun dalam “prosedur”. Selainnya dianggap cabang / bidang (termasuk Puisi), semua harus lewat “Logis”

  14. Dalam Islam, Filsafat ada Format “metafisika” dengan “wajib al-Wujud”.dimana, prosedur logis tidak bisa mengcover. Trus? Prosedur ilmiah (yunanian) tidak cukup, harus dengan ilmu-ilmu dalam wilayah Islam (Tasawuf, Kalam d.l.l) Tidak bisa, al-Qur’an (Arab) dijejerkan dengan Filsafat (Yunani). Karenanya ada “Filsafat Kenabian” “irfani”

  15. # Filsafat Barat (justru) Mandeg  dikarenakan Resionalitas# Filsafat Timur (justru) berkembang  dikarenakan Metafisika • Ibnu Sina  Filsafat Paripatetik • Al-Farabi  Filsafat Kenabian • Suhrowardi  Filsafat Isyraqiyah • Al-Thusi  menggabungkan Logika, kalam dan matemateka • Ibnu Arabi  Imaginasi Kreatif (orientasi Sufistik-Gnosis) • Al-Gazali  ilmu Kasyaf

  16. Sezaman dengan Descartes, di Islam Filsafat adalah pola-pola eksistensi{ Logika, Metafisika, Hikmah / Kenabian / Wahyu, Gnostik Sufi / Praktek kerinduan } Filsafat (Barat) –hingga kini- hanya terbatas pada Komentar (Syarah) dan komentar atas komentar (Ta’liq) :: Filsafat (barat) bisa Produktif jika membuka “wilayah Baru”!

More Related