1 / 36

Mellanie Amelia Dasty Savitri 230210080052 Di bawah bimbingan: Dr. Ir. Junianto, MP.

SEMINAR SARJANA KAJIAN TINGKAT KERENTANAN LINGKUNGAN FISIK PESISIR MENGGUNAKAN METODE AHP ( ANALITICAL HIRARCHY PROCESS) DI KABUPATEN BANTUL, YOGYAKARTA. Mellanie Amelia Dasty Savitri 230210080052 Di bawah bimbingan: Dr. Ir. Junianto, MP. Ankiq Taofiqurohman S., MT. Dosen Penelaah :

merv
Download Presentation

Mellanie Amelia Dasty Savitri 230210080052 Di bawah bimbingan: Dr. Ir. Junianto, MP.

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. SEMINAR SARJANAKAJIAN TINGKAT KERENTANAN LINGKUNGAN FISIK PESISIR MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARCHY PROCESS)DI KABUPATEN BANTUL, YOGYAKARTA Mellanie Amelia Dasty Savitri 230210080052 Di bawah bimbingan: Dr. Ir. Junianto, MP. Ankiq Taofiqurohman S., MT. Dosen Penelaah : Syawaludin Alisyahbana Harahap, S.Pi., MSc. FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012

  2. LATAR BELAKANG Pesisir Bantul Perubahan Morfologi Multifungsi kawasan Manusia Alam Kerentanan Ancaman

  3. IDENTIFIKASI MASALAH Identifikasi masalah penelitian ini adalah faktor fisik manakah yang memiliki tingkat kepentingan (bobot) paling besar pada kerentanan pesisir Kabupaten Bantul, Yogyakarta dengan metode AHP (Analitical Hirarchy Process). Wilayah mana yang mengalami kerentanan fisik di pesisir Kabupaten Bantul.

  4. TUJUAN PENELITIAN • Untuk mengetahuitingkat kepentingan (bobot) dari kerentanan fisik pesisir di Kabupaten Bantul, Yogyakarta dengan menggunakan metode AHP (Analitical Hirarchy Process). • Untuk mengetahui klasifikasi kerentanan fisik pesisir di Kabupaten Bantul. • Untuk mengetahui Wilayah yang mengalami tingkat kerentanan fisik pesisir paling tinggi di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

  5. MANFAAT PENELITIAN • Manfaatpenelitianiniadalahmengetahuiperubahanmorfologi (bentuk)pantai yang terjadidipesisir Kabupaten Bantuldan untuk informasi yangdipakaisebagai acuandalampengembangantataruangwilayahpesisirKabupaten Bantul. • Manfaat lainnya adalah sebagai bahan masukan untuk menyusun rencana pencegahan kerentanan pesisir dalam upaya mengurangi kerusakan fisik pesisir di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

  6. PENDEKATAN MASALAH Abrasi dan akresi pantai Pasang surut Tinggi gelombang Kemiringan pantai Morfologi pantai Wilayah Pesisir Bantul Perubahan morfologi pantai Faktor Alam Informasi Pengeloaan Wilayah Pesisir Kesimpulan Analitical Hirarchy Process (AHP) dan SIG Kerusakan pantai ( kerentanan)

  7. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN PenelitianinidilaksanakanpadabulanMaret-April 2012 diKabupatenBantuldenganterletakpadatitikgeografis 07°44'04" ‑ 08°00'27" Lintang Selatan dan 110°12'34" - 110°31'08" BujurTimur.

  8. ALAT DAN BAHAN PENELITIAN JenisdanSumber Data

  9. METODE PENELITIAN

  10. TAHAP PENELITIAN • Data Primer : • Kondisi Fisik pantai (dokumentasi) • Kuisioner AHP • Data skunder : • Abrasi dan akresi pantai • Pasang surut • Tinggi Gelombang • Kemiringan Pantai • Morfologi pantai Kajian Pustaka Pengumpulan data Penanganan Penyusunan Tingkat Kerentanan Pantai Analisis Kerentanan Pantai ( AHP dan GIS)

  11. ANALISIS DATA PENELITIAN • Tahap Pengumpulan Data • AHP (Analitical Hirarchy Process) a. Identifikasi Sistem b. Penyusunan Struktur Hirarki Fokus Tingkat Kerentanan Pantai Kriteria Abrasi akresi Pasang surut Tinggi Gelombang Kemiringan Pantai Morfologi Pantai Alternatif Rentan sangat tinggi Rentan tinggi Rentan sedang Rentan rendah

  12. AHP (Analitical Hirarchy Process) Suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Menurut L. Saaty (1993), hirarki disusun oleh fokus,kriteria, dan alternatif.

  13. Perbandingan Berpasangan Pembuatan Matriks perbandingan, kemudian matriks ini yang akan diserahkan kepada responden yang dinilai berdasarkan skala berikut (L. Saaty, 1993):

  14. Matriks dari Perbandingan Berpasangan yang akan diserahkan kepada responden adalah sebagai berikut :

  15. d. MenyusunRekapitulasiJawabanResponden (Marimin, 2004) Keterangan: = rata-rata geometrik n = jumlah responden Xi = penilaian oleh responden ke – i

  16. Penyelesaian Matriks (Marimin, 2004) : • Kuadratkan matriks tersebut. • Hitung jumlah nilai dari setiap baris kemudian lakukan normalisasi. • Hentikan proses ini, bila perbedaan antara jumlah dari dua perhitungan berturut-turut lebih kecil dari suatu nilai batas tertentu (misalkan dengan syarat eigen tidak berubah sampai 4 angka di belakang koma)

  17. Pengolahan Data Spasial

  18. Perhitungan Nilai, Skor, dan Bobot Proses pembobotan telah dilakukan dengan menggunakan pendekatan AHP. Kemudian proses selanjutnya adalah pemberian skor kepada parameter fisik yang diperoleh dari data skunder. Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan ArcGIS. Perhitungan nilai kerentananfisik dapatdilihatpadapersamaankerentanan (Duriyapong dan K.Nakhapayong 2011)yaitu CVI = (W1.X1)+(W2.X2)+(W3.X3)+(W4.X4)+(W5.X5) Keterangan : CVI : tingkat kerentanan pesisir W1 : bobot abrasi dan akresi pantai W2 : bobot tinggi gelombang W3 : bobot kemiringan pantai W4 : bobot morfologi pantai W5 : bobot pasang surut X1 : skor abrasi dan akresi pantai X2 : skor tinggi gelombang X3 : skor kemiringan pantai X4 : skor morfologi pantai X5 : skor pasang surut

  19. Parameter Fisik dari Kerentanan Pantai Sumber : modofikasi Gornitz dan DKP (2008) dalam Paharudin (2011)

  20. 4. Penentuan Tingkat kerentanan Tingkat kerentanan dibagi menjadi 4 kelas, yaitu tingkat kerentanan sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah, dirumuskan dengan : CVI max – CVI min Ki = k Keterangan : Ki : kelas interval CVI max : nilai CVI tertinggi CVI min : nilai CVI terendah k : jumlah kelas yang diinginkan

  21. HASIL DAN PEMBAHASAN • AHP (Analitical Hirarchy Process) • Kuisioner Responden Ahli

  22. 2. Parameter Kerentanan • Abrasi dan akresi pantai

  23. Wilayah yang memiliki abrasi paling luas adalah Kecamatan Kretek (bagian barat). Wilayah yang memiliki akresi paling luas adalah Kecamatan Sanden (bagian timur).

  24. b. Pasang surut Nilai dari rata-rata tinggi pasang surut di pada tahun 2011 yaitu berkisar 1,1 – 2,2 m.

  25. c. Kemiringan pantai Kemiringan pantai di pesisir Kabupaten Bantul termasuk pada tingkat kerentanan sangat rendah, karena nila kemiringan pantai di pesisir ini adalah 0-2%.

  26. d. Tinggi gelombang Tinggi gelombang di pesisir Kabupaten Bantul diatas menunjukkan tingkat kerentanan sangat tinggi, karena nilai tinggi gelombang maksimum adalah 3 m.

  27. e. Morfologi pantai Pantai di Kabupaten Bantul memiliki jenis pantai berpasir. Morfologi pantai di pesisir Kabupaten Bantul menunjukkan tingkat kerentanan sangat tinggi, karena jenis morfologi pantai di pesisir Kabupaten Bantul adalah pantai berpasir.

  28. Zonasi Tingkat Kerentanan Pesisir Penentuan zonasi tingkat kerentanan fisik di pesisir Kabupaten Bantul dilakukan dengan metode tumpang susun kelima parameter yaitu abrasi dan akresi pantai, pasang surut, kemiringan pantai, tinggi gelombang dan morfologi pantai. Pengklasifikasian nilai kerentanan menurut Daukakis dalam Wahyudi (2009) dibagi menjadi empat kelas yaitu: kerentanan rendah, kerentanan sedang, kerentanan tinggi, dan kerentanan sangat tinggi .

  29. Tabel luas wilayah kerentanan pesisir menunjukkan Kecamatan Kretek merupakan wilayah paling luas yang memiliki kerentanan fisik sangat tinggi dengan luas area 91,85 Ha, dan Kecamatan Sanden merupakan wilayah paling luas yang memiliki kerentanan fisik sangat rendah dengan luas wilayah 117,24 Ha.

  30. Kesimpulan dan Saran • Kesimpulan Berdasarkan penelitian mengenai tingkat kerentanan fisik di pesisir Kabupaten Bantul, dapat diambil kesimpulan : • Tingkat kepentingan (bobot) kerentanan fisik pesisir di kabupaten Bantul yaitu abrasi dan akresi pantai memiliki tingkat kepentingan (bobot) 42%, tinggi gelombang 20%, kemiringan pantai 13%, morfologi pantai 13%, dan pasang surut 12%. • Klasifikasi kerentanan fisik pesisir di Kabupaten Bantul adalah tingkat kerentanan rendah dengan presentase 57%, sedang dengan presentase 4%, tingkat kerentanan tinggi dengan presentase 13%, dan tingkat kerentanan sangat tinggi dengan presentase 26%. • Wilayah yang mengalami tingkat kerentanan pesisir paling tinggi di Kabupaten Bantul adalah Kecamatan Kretek.

  31. 2. Saran • Semua data yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan waktu citra yang digunakan, agar prediksi kerentanan lebih sesuai dan menghasilkan prediksi yang baik. • Pemilihan responden ahli hendaknya harus sesuai dan tepat dengan faktor-faktor (kriteria) yang digunakan agar hasil pembobotan lebih tepat dan konsinten. • Penelitian kerentanan dengan menggunakan AHP dan analisis spasial ini dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya karena sesuai dengan kondisi sebenarnya. • Pesisir Kabupaten Bantul hendaknya dibangun breakwater (pemecah gelombang) dan penanaman pohon pelindung pantai agar kerentanan fisik yang terjadi dapat ditanggulangi.

More Related