1 / 15

BAB I

BAB I. ETIKA DAN BISNIS. HAKIKAT ETIKA DAN BISNIS. ETIKA. Etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu ethos yg berarti : kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan , sikap, cara berpikir .

monty
Download Presentation

BAB I

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. BAB I ETIKA DAN BISNIS

  2. HAKIKAT ETIKA DAN BISNIS

  3. ETIKA • Etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu ethos yg berarti : kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. •  (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989) Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral.  • Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlaq); kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlaq; nilai mengenai nilai benar dan salah, yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

  4. contoh-contoh etika dlm kehidupan sehari-hari,yaitu : 1. Jujur tidak berbohong2. Bersikap Dewasa tidak kekanak-kanakan3. Lapang dada dalam berkomunikasi4. Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baik5. Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien6. Tidak mudah emosi / emosional7. Berinisiatif sebagai pembuka dialog8. Berbahasa yang baik, ramah dan sopan9. Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan10. Bertingkah laku yang baik

  5. MORALITAS • Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin, bentuk jamaknya mores, yang artinya adalah tata-cara atau adat-istiadat. • Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 592), moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, atau susila • Secara umum, MORAL dapat diartikan sebagai batasan pikiran, prinsip, perasaan, ucapan, dan perilaku manusia tentang nilai-nilai baik dan buruk atau benar dan salah. • Moralitas merupakan suatu tata nilai yang mengajak seorang manusia untuk berperilaku positif dan tidak merugikan orang lain. Seseorang dikatakan telah bermoral jika ucapan, prinsip, dan perilaku dirinya dinilai baik dan benar oleh standar-standar nilai yang berlaku di lingkungan masyarakatnya.

  6. ETIKA BISNIS • Menurut Velasques (2002)Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.

  7. Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain adalah: • 1. Pengendalian diri • 2. Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility) • 3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi • 4. Menciptakan persaingan yang sehat • 5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan” • 6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi) • 7. Mampu menyatakan yang benar itu benar • 8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha ke bawah • 9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama • 10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati • 11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang berupa peraturan perundang-undangan

  8. PERKEMBANGAN MORAL DAN PENALARAN MORAL

  9. Perkembangan Moral Level satu : Tahap Prakonvensional • tahap satu: orientasi hukuman dan ketaatan • Tahap dua: orientasi instrumen dan relativitas Level dua : Tahap Konvensional • Tahap tiga: orientasi kesesuaian interpersonal • Tahap empat: orientasi hukum dan keteraturan Level tiga : Tahap Postkonvensional, Otonom, atau Berprisip • Tahap lima: orienrtasi kontrak sosial • Tahap enam: orientasi prinsip etis universal

  10. Penalaran Moral • Penalaran moral mengacu pada proses penalaran dimana prilaku, institusi, atau kebijakan dinilai sesuai atau melanggar standar moral. • Penalaran moral selalu melibatkan dua komponen mendasar, yaitu: • Pemaham tentang yang di tuntut, dilarang, dinilai atau disalahkan oleh standar moral yang masuk akal • Bukti atau informasi yang menunjukan bahwa orang, kebijakan, institusi, atau prilaku tertentu mempunyai ciri-ciri standar moral yang menuntut, melarang, menilai, atau menyalahkan.

  11. Dua kondisi yang sepenuhnya menghilangkan tanggung jawab moral seseorang karena menyebabkan kerugian : • Ketidaktahuan • Ketidakmampuan • Jika seseorang tidak mengetahui, tidak memiliki kemampuan, tidak dapat menghindari apa yang dia lakukan, kemudian orang itu tidak berbuat secara sadar, ia bebas dan tidak dapat dipersalahkan atas tindakannya atau dengan kata lain dimaafkan

  12. Beberapa faktor yang meringankan tanggung jawab moral seseorang yang tergantung pada kejelasan kesalan : • Lingkungan yang mengakibatkan orang tidak pasti • Lingkungan yang menyulitkan • Lingkungan yang mengurangi namun tidak sepenuhnya menghilangkan keterlibatan seseorang

  13. Tanggung Jawab Korporasi • Tanggung jawab atas tindakan korporasi sering didistribusikan kepada sejumlah pihak yang bekerja sama. • Tindakan korporasi biasanya terdiri atas tindakan atau kelalaian orang-orang berbeda yang bekrja sama sehingga tindakan atau kelalaian mereka bersama-sama menghasilkan tindakan korperasi. • Siapakah yang bertanggung jawab atas tindakan yang di hasilkan bersama-sama itu? • Mereka yang melakukan secara sadar dan bebas apa yang diperlukan untuk menghasilkan tindakan korporasi, masing-masing secara moral bertanggung jawab.

  14. Tanggung Jawab Bawahan • Korporasi biasanya memiliki struktur otoritas hierarkis dimana karyawan sering bertindak berdasarkan perintah atasan mereka. • Orang kadang berpendapat bahwa ketika seseorang bawahan bertindak sesuai dengan perintah atasannya yang sah, dia di bebaskan dari semua tanggung jawab atas tindakan itu, hanya atasan yang secara moral bertanggungjawab atas tindakan yang keliru, bahkan jika bawahan adalah agen yang melakukannya. • Jelaslah keliru, bagaimanapun, memikirkan bahwa karyawan yang secara bebas dan sengaja melakukan sesuatu yang salah, dibebaskan dari semua tanggung jawab ketika dia “mengikuti perintah”. • Tanggung jawab moral menuntut bahwa seseorang bertindak secara bebas dan sadar, dan adalah tidak relevan bahwa tindakan seseorang yang salah merupakan pilihan secara bebas dan sadar untuk mengikuti perintah.

More Related