1 / 17

IV. PENGUKURAN BEDA TINGGI ( TACIMETRI )

IV. PENGUKURAN BEDA TINGGI ( TACIMETRI ). Tacimetri adalah suatu metode pengukuran jarak horizontal dan jarak vertikal dengan membaca nonius horizontal dan nonius vertikal serta membaca benang – benang silang pada alat teodolit terhadap rambu.

newton
Download Presentation

IV. PENGUKURAN BEDA TINGGI ( TACIMETRI )

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. IV. PENGUKURAN BEDA TINGGI (TACIMETRI )

  2. Tacimetri adalah suatu metode pengukuran jarak horizontal dan jarak vertikal dengan membaca nonius horizontal dan nonius vertikal serta membaca benang – benang silang pada alat teodolit terhadap rambu. Keuntungan-keuntungan yang diperolehdenganmenggunakantacimetriantara lain : • Ketelitiancukuptinggi, yaituantara 1 : 500 sampaidengan 1 : 10.000, • Tidakterpengaruholehkeadaanpermukaantanah yang jelek, • Pengukurancepat, • Tidakbanyakmembutuhkanbanyaktenaga / pertugaslapangandanperlengkapan ,

  3. Prosedurpengukurandapatdijelaskansebagai : • Titik-titik A, B, C,…………. adalah station-station alattheodolit yang berurutandandisusunberbentukkerangkapoligonterbuka, • Theodolitdipasangdititik A denganskala horizontal terbaca 0o, kemudianteleskopdibidikankerambudititik B. • Bacaanrambu yang diambilpertamaadalahdititik B, kemudianbacaanpadasetiap interval tertentu, misalkantiap 10 meter ( rambu ab. 1, ab. 2, ab. 3….… ) sepanjanggaris AB, D A C ab2 ab1 B

  4. Kemudian, teleskopdiputarpadaskala horizontal tertentu ( misalkan 30o ), danletakanrambu (a1) danbaca, selanjutnyabacarambu yang dipasangsepangjanggaristersebutpadasetiap interval tertentumisalkan setiap 10 meter ( rambu a1. 2, a1. 3 ……..) • Prosedurtersebutditeruskandenganmengambilpembacaanrambu-rambupadaskala horizontal 60o, 90o, ………. 330o ( setiap 30o) dari AB, sehinggasemuatitik-titk yang terdapatpadasatulingkarandengantitikpusat A dapatdihitungketinggiannya. a1.2 D a1.1 A C ab2 ab1 B

  5. Selanjutnya, alatdipindahkanketitik B, C, ……., padasetiapposisialat, dilakukanpekerjaanpengukuran yang samasepertidiatas. • Sudurjurusandarisalahsatugarisperludiukurmisalnyasudutjurusan BC. Hal inidimaksudkan agar hasilsurvaimempunyaiarah. a1.2 a1.1 D A C B ab2 ab1

  6. DASAR TACIMETRI • Bidikan horizontal denganposisirambu yang tegaklurusgariskolimasi. • Bacaanketinggianrambudenganteleskopakanmenghasilkanduabacaanbenangatasdanbenangbawah, panjangrambuantaraindekbacaaninidisebutintercept rambu ( s ). • Jarakantarabenangatasdanbenangbawahpadateleskop( i ) biasanya 2mm atau 3mm. • Berkascahaya yang melaluititikpertemuanlensa P merupakangarislurus. f1 f2 B a i s b A Lensa obyektif d

  7. PerhatikansegitigasebangunabPdanABP P Keterangan : idan f2 = konstantasuatualat c =konstantapengalibiasanya(c = 100) d = konstantatambahan s= indekbacaanbenangbawahdanbenangatas D= jarakantaraalatsampairambu Apabila tacimetri dipasang dengan benar (sumbu vertikal tepat diatas station alat, teleskop horizontal) dan rambu dipegang benar-benar vertikal, maka D merupakan jarak antara alat dan rambu. f1 f2 B a i s b A Lensa obyektif d

  8. Penggunaan tacimetri. Tacimetri dapat dipergunakan pada semua keadaan tanah, 1. Pada keadaan tanah yang datar Garis bidik mendatar sejajar dengan permukaan tanah D = f1 + d  D = c . s + d keterangan : c = konstanta pengali d = konstanta tambahan, biasanya 100 D = jarak antara alat dan rambu B theodolit s h A D

  9. B b 2. Pada keadaan tanah yang miring • Garis bidik miring terhadap rambu vertikal A, B : bacaan pada rambu vertikal, dengan selang s a, b : bacaan pada rambu tegak lurus grs. Bidik, dengan selang s’ maka jarak antara rambu dan alat ( D ) : D = c . s’ + d dengan :s’ = s cos  s = B – A A a D s’ s t v h h H

  10. B b Jadi jarak horizontal antara rambu dan alat ( H ) : H = D cos  = ( c.s’ + d ) cos  = ( c.s cos  + d ) cos  = c.s cos 2  + d cos  H = c.s cos 2  + d cos  Beda tinggi antara alat dan rambu (h) : h = v + h – t = ( D. sin ) + h - t = {( c.s’ + d ) . sin } + h - t = {(c.s . cos  + d ) . sin } + h - t = ( c.s. cos  . sin  + d . sin ) + h – t = ( ½ c.s. sin 2  + d sin  ) + h – t V = ½ c.s. sin 2  + d sin  + h – t A a D s’ s t v h h H

  11. b. Garis bidik miring terhadap rambu yang diletakan tegak lurus grs. bidik A, B : bacaan pada rambu vertikal, dengan selang s maka jarak antara rambu dan alat ( D ) : D = c . s + d s = B – A ( selisih bacaan rambu bawah dan bacaan rambu atas ) B D s t” v A t h h H’ t’ H

  12. Jarak horizontal antara alat ke rambu ( H ) : H = H’ + t’ H = ( D cos  ) - t’ t’ = t sin , t’ = sangat kecil, maka dapat diabaikan  H = ( c.s + d ) cos a Beda tinggi antara alat ke rambu ( V ) : V = v’ + h – t” t” = t cos , cos  sangat kecil dapat diabaikan, maka t” = t V = v’ + h - t cos  V = ( D sin  ) + h – t V = {( c.s + d ) sin } + h – t  V = c.s sin a + d sin a + h - t

  13. Keterangan : h = tinggi alat t = bacaan benang tengah s = selisih bacaan benang bawah dan atas c = konstanta pengali, biasanya c = 100 d = kontanta tambahan h = beda tinggi antara alat dan rambu H = jarak horizontal antara alat dan rambu D = jarak antara alat dan rambu

  14. Contoh : Tacimeter dipakai untuk menentukan beda tinggi antara titik A dan B. Alat dipasang di I, dan dicatat data sebagai : TitikSudut verticalBacaan pada rambu vertical A - 6o 24’ 3.605 2.920 2.235 B - 8o 30’ 1.975 1.095 0.215 Jika diketahui Ketinggian titik A 100 m di atas BM konstanta tacimeter c = 50 dan dan konstanta tambahan d = 0.5 m Ditanyakan : • Ketinggian titik B • Jarak antara titik A dengan Alat

  15. JAWAB : a. Jalur I - A  D = c s’ + d D = 50 ( 3.605 – 2.235 ) cos 6o 24’ + 0.5 = 68,58 m V = D sin 6o 24’ = 7.59 m Bacaan benang Tengah = 2.920 m , jadi A adalah ( 7.59 + 2.920 – h ) = ( 10.510 – h ) m dibawah I  b. Jalur I - B  D = 50 ( 1.975 –0.215 ) cos 8o 30’ + 0.5 m = 87.54 m V = 87.54 sin 8o 30’ = 12.86 m Bacaan benang tengah = 1.095 B = ( 12.86 +1.095 – h ) = ( 13.955 – h ) m di bawah I

  16. Dengan demikian diperoleh : B  ( 13.955 – h ) - ( 10.510 – h ) = 3.455 m di bawah titik A Karena A =+ 100 m  maka B = 100 - 3.455 m = + 96.555 m Jarak horizontal dari I sampai A : Untuk jarur I - A, D = 68,58 m dan cos 6o 24’ Jadi H = 68,58 * cos 6o 24’ = 68.61 m

  17. Contoh soal 2 . Sebuah Tacimetri, Konstanta pengali = 100 dan Konstanta Tambahan = 0, digunakan untuk membidik rambu yang didirikan di atas Bench Mark 120,63 m di atas datum secara Vertikal, Kemudian membidik titik P. Data dicatat sebagai berikut : Posisi Rambu Sudut Vertikal Bacaan Benang Bench Mark + 04O 24‘ 00” 2.680 1.400 0.120 Titik P - 03O 12‘ 00” 2.005 1.055 0.105 Hitunglah : • Ketinggian P diatas datum • Jarak Horizontal dari Alat ke titik P

More Related