1 / 96

OBAT PADA GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN dan Astma

OBAT PADA GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN dan Astma. Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) termasuk flu, r i nitis akut, sinusitis, tonsillitis akut dan laryngitis akut. Pilek adalah tipe infeksi saluran nafas atas yang paling sering ditemukan. . Saluran Pernapasan.

nikita
Download Presentation

OBAT PADA GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN dan Astma

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. OBAT PADA GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN danAstma

  2. Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) termasuk flu, rinitis akut, sinusitis, tonsillitis akut dan laryngitis akut. • Pilek adalah tipe infeksi saluran nafas atas yang paling sering ditemukan.

  3. Saluran Pernapasan Saluran pernapasan dibagi dalam 2 golongan utama: 1. saluran pernapasan atas, terdiri dari lobang hidung, rongga hidung, faring, laring 2. saluran pernafasan bawah terdiri dari trachea, bronchi, bronchioles, alveoli dan membran alveouler – kapiler

  4. GangguanSaluran pernafasan () : Saluran pernafasan atas Jenis-jenis infeksi saluran pernafasan atas : batuk pilek, faringitis, sinusitis, dan tonsilitis. Saluran pernafasan bawah Jenis infeksi saluran pernafasan bawah : asma, bronchitis kronik, emfizema, bronkioklialis.

  5. Obat Saluran Pernafasan . Antihistaminika. Semua antihistamin memberi manfaat potensial pada terapi alergi nasal, rhinitis alergik. Antihistamin mengurangi rasa gatal pada hidung yang menyebabkan penderita bersin banyak obat-obat flu yang dapat dibeli bebas mengandung antihistamin, yang dapat menimbulkan rasa mengantuk. Antikolinergik Sifat antikolinergik pada kebanyakan antihistamin menyebabkan mulut kering dan pengurangan sekresi, membuat zat ini berguna untuk mengobati rhinitis yang ditimbulkan oleh flu.

  6. Bronchial Asthma • Therapeutic management: • Allergic control to prevent attacks. • Drug therapy: B- adrenergic, Theophyllin, & corticosteroids preparations + chest physiotherapy (only in between attacks).

  7. Difenhidramin( Benadryl ) BatukKarenaAlergi • D : PO : 25-50 mg, setiap 4-6 jam • D : PO, IM, IV : 5 mg/kg/h dalam 4 dosis terbagi, tidak lebih dari 300 mg/hari • D : IM:IV: 10-50 mg dosis tunggal

  8. Klorfenilamin maleat (CTM) DWS: PO : 2-4 mg, setiap 4-6 jam Anak: 6-12 thn: 2 mg, setiap 4-6 jam Anak: 2-6 thn: PO, 1 mg, setiap 4-6 jam

  9. Antihistamin lain • Fenotiasin • Prometazine • Timeprazine • Turunan piperazine hydroxyzine

  10. Mukolitik Mukolitik berkerja dengan mencairkan dan mengencerkan secret mukosayang kental sehingga dapat dikeluarkan. Efek samping yang paling sering terjadi adalah mual dan muntah, maka penderita tukak lambung perlu waspada. Wanita hamil dan selama laktasi boleh menggunakan obat ini. Contoh obat : ambroxol, bromheksin. Dosis: * ambroksol: dewasa dan anak-anak >12 thn, sehari 3 x 30 mg untuk 2-3 hari pertama. Kemudian sehari 3 x 15 mg. Anak-anak 5-12 thn, sehari 2-3 x 15 mg Anak 2-5 thn, sehari 3 x 7,5 mg (2,5 ml sirop) Anak <2> * bromheksin: oral 3-4 dd 8-16 mg (klorida) anak-anak 3 dd 1,6-8 mg.

  11. Inhalasi Inhalasi adalah suatu cara penggunaan adrenergika dan kortikosteroida yang memberikan beberapa keuntungan. Efeknya lebih cepat, dosisnya jauh lebih rendah dan tidak diresorpsi ke dalam darah sehingga resiko efek sampingnya ringan sekali. Dalam sediaaninhalasi, obat dihisap sebagai aerosol (nebuhaler) atau sebagai serbuk halus (turbuhaler). Inhalasi dilakukan 3-4 kali sehari 2 semprotan, sebaiknya pada saat-saat tertentu, seperti sebelum atau sesudah mengelularkan ternaga, setelah bersentuhan dengan zat-zat yang merangsang (asap rokok, kabut, alergan, dan saat sesak napas). Contoh obat :minyak angin (aromatis), Metaproterenol dosis: isoproterenol atau isuprel: 10-20 mg setiap 6-8 jam (dewasa). 5-10 mg setiap 6-8 jam.

  12. Kromoglikat • Kromoglikat sangat efektif sebagai obat pencegah serangan asma dan bronchitis yang bersifat alergis, serta konjungtivitis atau rhinitis alergikdan alergi akibat bahan makanan. ] Efek samping berupa rangsangan lokal pada selaput lender tenggorok dan trachea, dengan gejala perasaan kering, batuk-batuk, kadang-kadang kejang bronchi dan serangan asma selewat. Wanita hamil dapat menggunakan obat ini. Contoh obat : • Natrium kromoglikat dipakai untuk pengobatan, pencegahan pada asma bronchial dan tidak dipakai untuk serangan asma akut. Metode pemberiannya adalah secara inhalasi dan obat ini dapat dipakai bersama dengan adrenergic beta dan derivat santin. Obai ini tidak boleh dihentikan secara mendadak karena dapat menimbulkan serangan asma.,

  13. Kortikosteroid • Kortikosteroid berkhasiat meniadakan efek mediator, seperti peradangan dan gatal-gatal. Penggunaannya terutama bermanfaat pada serangan asma akibat infeksi virus, selain itu juga pada infeksi bakteri untuk melawan reaksi peradangan. Untuk mengurangi hiperreaktivitas bronchi, zat-zat ini dapat diberikan per inhalasi atau peroral. Penggunaan oral untuk jangka waktu lama hendaknya dihindari, karena menekan fungsi anak ginjal dan dapat mengakibatkan osteoporosis. • Contoh obat : hidrokortison, deksamethason, beklometason, budesonid.

  14. Antiasma dan Bronkodilator Teofilin Terdapat bersama kofein pada daun the dan memiliki sejumlah khasiat antara lain spamolitis terhadap otot polos khususnya pada bronchi, menstimuli jantung dan mendilatasinya serta menstimulasi SSP dan pernapasan. Reabsorpsi nya di usus tidak teratur. Efek sampingnya yang terpenting berupa mual dan muntah baik pada penggunaan oral maupun parienteral. Pada overdosis terjadi efek sentral (sukar tidur, tremor, dan kompulsi) serta gangguan pernapasan juga efek kardiovaskuler. Dosis: 3-4 dd 125-250 mg microfine (retard) Teofilin dapat diberikan dengan cara injeksi dalam bentuk aminofilin, suatu campuran teofilin dengan etilendiamin. Stimulan adrenoseptor, contoh obat salbutamol, terbutalin sulfat, efedrin hidroklorida.

  15. Obat-obat batuk Antitussiva (L . tussis = batuk) digunakan untuk pengobatan batuk sebagai gejala dan dapat di bagi dalam sejumlah kelompok dengan mekanisme kerja yang sangat beraneka ragam, yaitu : Zat pelunak batuk (emolliensia, L . mollis = lunak ), yang memperlunak rangsangan batuk, melumasitenggorokan agar tidak kering, dan melunakkan mukosa yang teriritasi. Banyak digunakan syrup (thyme dan althea), zat-zat lender (infuscarrageen) Ekspektoransia (L . ex = keluar, pectus = dada) : minyak terbang, guajakol, radix ipeca (dalam tablet / pelvis doveri) dan ammonium klorida (dalam obat batuk hitam, Sehingga mempermudah pengeluarannya ketikabatuk. Mukolotika : asetilsistein, bromheksin, dan ambroksol, zat-zat ini berdaya merombak dan melarutkan dahak ( L . mucus = lender, lysis = melarutkan),

  16. Zat pereda : kodein, noskapin, dekstometorfan, dan pentoksiferin , obat-obat dengan kerja sentral ini ampuh pada batuk kering yang mengelitik. • Antihistaminika : prometazin, difenhidramin, dan klorfeniramin. Obat ini dapat menekan perasaan mengelitik di tenggorokan. • Anastetika lokal : pentoksiferin. Obat ini menghambat penerusan rangsangan batuk ke pusat batuk.

  17. Penggolongan lain dari antitussiva menuruttempatkerja: • Zat-zat sentral SSP • Menekan rangsangan batuk di pusat batuk (medula), dan mungkin juga bekerja terhadap pusat saraf lebih tinggi (di otak) dengan efek menenangkan. • Zat adiktif : Doveri , kodein, hidrokodon dan normetadon. • Zat nonadiktif : noskapin, dekstrometorfan, pentoksiferin. • Zat-zat perifer di luar SSP • Emolionsia, ekspektoransia, mukolitika, anestetika local dan zat-zat pereda.

  18. Beta1,2 selekstifpadapengobatanastma

  19. Obat Gangguan Saluran Nafas • GENERIC: Albuterol • BRAND: Proventil, Ventolin • CLASS: Sympathomimetic

  20. Albuterol • Actions • Agonist for Beta 2 adrenergic receptors; relaxing bronchial smooth muscle which results in bronchodilation • Minimal cardiac side effects

  21. Albuterol • Indications: • Treatment of bronchospasm associated with asthma, chronic bronchitis and emphysema • Prevention of exercise-induced bronchospasm

  22. Albuterol • Contraindications: • Hypersensitivity to sympathomimetics • Cardiac dysrhythmia • Tachycardia and tachydysrhythmias

  23. Albuterol • Adverse Reactions: • Excessive use may cause paradoxical bronchospasm and arrhythmias • Tachycardia, palpitations, angina, PVCs, hypotension, and hypertension • Tremors • Hyperglycemia • Peripheral vasodilation • Nervousness • Nausea/Vomiting

  24. Albuterol • Precautions: • Diabetes • Hyperthyroidism • Cerebrovascular disease • Seizure disorders

  25. Albuterol • Dose: • 2 inhalations with metered-dose inhaler, q 4-6 hours 2. 3 ml premixed bullet in nebulizer

  26. Albuterol • Incompatible/Reactions: • Tricyclic antidepressants/monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), may increase the effect of this drug • Other sympathomimetics • Beta blockers inhibit the effects

  27. Albuterol • Notes: Onset: 5-15 minutes Peak: 30 minutes – 2 hours Duration: 3-4 hours • Can be delivered by inhaler and nebulizer • Metabolized in the liver and excreted in the urine

  28. Epinephrine • BRAND: Adrenalin • CLASS: Sympathomimetic/Catecholamine

  29. Epinephrine • Kerja: • Direct effect on alpha and beta adrenergic receptor sites • Effects include: Alpha: bronchial, cutaneous, renal and visceral arteriolar constriction Beta 1: positive inotropic and chronotropic actions, increases automaticity Beta 2: bronchial smooth muscle relaxation and dilation of skeletal vasculature 3. Inhibits the release of histamine

  30. Epinephrine • Indikasi: • Cardiac arrest in general • Ventricular fibrillation • Asystole • Pulseless electrical activity • Infusion for profound hypotension associated with bradycardias, in combination with other pressors • Bronchospasm and bronchoconstriction of bronchial asthma and some forms of COPD • Anaphylaxis

  31. Epinephrine kontraindikasi: • Uncorrected tachydysrhythmias • Underlying cardiovascular disease or hypertension • Glaucoma • Hypersensitivity to catecholamines • Hypothermia

  32. Epinephrine/Adverse Reactions • Hypertension • Ventricular arrhythmias • Pulmonary edema • Tachycardia • Palpitations • Anxiety • Psychomotor agitation • Nausea/Vomiting • Pupil dilation • Angina • Nervousness • Headache • Dizziness • Tremors • Hallucinations • Cerebral hemorrhage • Anorexia

  33. Epinephrine • Precautions: • Due to the possibility of cardiovascular disease, epinephrine should be administered with caution in patients over 35 years of age (with respiratory problems or if they are conscious) • The patient should be carefully monitored for changes in pulse, blood pressure, and ECG after administration of epinephrine. • Because of its strong inotropic and chronotropic effects, epinephrine causes an increased myocardial O2 demand

  34. Epinephrine • Precautions: • Hypovolemia (replenish volume first) • Diabetes mellitus • Hyperthyroidism • Prostatic hypertrophy • Must be protected from light • Tends to be deactivated by alkaline solutions (sodium bicarbonate) • Do not use with MAOIs or tricyclic antidepressants due to the danger of hypertensive crisis

  35. Epinephrine • Dose: • Cardiac dosage: 1:10,000 a. 1 mg q 3-5 minutes (until the heart restarts) b. Intermediate: 2-5 mg q 3-5 minutes c. Escalating: 1 mg – 3 mg – 5 mg; 3 minutes apart d. High: 0.1 mg/kg q 3-5 minutes • Infusion: Mix 1 mg in 250 ml and run at 2-10 mcg/min • Anaphylaxis and Asthma: .1-.5 mg (1:1,000) SQ or IM

  36. Epinephrine • Incompatible/Reactions: • Potentiates other sympathomimetics • Patients on MAOIs, antihistamines, and tricyclic antidepressants may have heightened effects • Sodium bicarbonate – deactivates epinephrine • Nitrates • Lidocaine • Aminophylline • Don’t mix the above drugs in the same syringe with epi; but can use in the same IV line – just flush between meds

  37. Epinephrine • Notes: ONSET: Immediate PEAK: Minutes DURATION: Several minutes

  38. Isoetharine • BRAND: Bronkosol, Bronkometer • CLASS: Sympathomimetic

  39. Isoetharine • Actions: 1. Beta 2 agonist (slight specificity); relaxes smooth muscle of bronchioles, vasculature, uterus

  40. Isoetharine • Indications: 1. Relieve bronchospasm associated with asthma, chronic bronchitis, and emphysema

  41. Isoetharine • Contraindications: • Hypersensitivity to sympathomimetics • Cardiac dysrhythmias • Tachycardia and tachydysrhythmias

  42. Isoetharine • Adverse Reactions: • Dose-related tachycardia, palpitations, tremors, nervousness, peripheral vasodilation, nausea/vomiting, transient hyperglycemia, life-threatening arrhythmias; multiple excessive doses can cause paradoxical bronchoconstriction • Angina • Hypertension • Headache, dizziness, anxiety, restlessness, hallucinations

  43. Isoetharine • Precautions: • Use with caution in patients with diabetes, hyperthyroidism, cardiovascular and cerebrovascular disease • Seizure disorders • Isoetharine contains acetone sodium bisulfite; a sulfite that may cause allergic-type reactions, including anaphylactic symptoms in certain susceptible individuals

  44. Isoetharine • Dose: ADULT 1-2 inhalations with metered-dose inhaler 3-7 inhalations, via hand nebulizer q 4 hours PEDIATRIC Not recommended in children less than 12 years

  45. Isoetharine • Incompatible/Reactions: 1. Additive adverse effects with other beta agonists

  46. Isoetharine • Notes: ONSET: Immediate PEAK: 5-15 minutes DURATION: 1-4 hours

  47. Metaproterenol Sulfate BRAND: Alupent, Metaprel CLASS: Sympathomimetic

  48. Metaproterenol Sulfate • Actions: 1. Agonist for Beta 2 adrenergic receptors – acts directly on smooth muscle

More Related