1 / 41

PERTEMUAN KEEMPAT

PERTEMUAN KEEMPAT. PERSEDIAAN BARANG (1). Pengertian Persediaan. Persediaan adalah aktiva yang tersedia dijual dalam kegiatan usaha normal atau dalam proses produksi atau dalam perjalanan atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan utk digunakan dalam proses produksi.

ronni
Download Presentation

PERTEMUAN KEEMPAT

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PERTEMUAN KEEMPAT PERSEDIAAN BARANG (1)

  2. Pengertian Persediaan Persediaan adalah aktiva yang tersedia dijual dalam kegiatan usaha normal atau dalam proses produksi atau dalam perjalanan atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan utk digunakan dalam proses produksi.

  3. PENGERTIAN PERSEDIAAN BARANG Secara umum istilah persediaan barang dipakai untuk menunjukkan barang-barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barang-barang yang akan dijual. Dalam perusahaan dagang, barang-barang yang dibeli dengan tujuan akan dijual kembali diberi judul persediaan barang Jenis persediaan yang ada dalam perusahaan manufaktur : 1. Bahan baku dan penolong. Bahan baku adalah barang-barang yang akan menjadi bagian dari produk jadi yang dengan mudah dapat diikuti biayanya. Sedangkan bahan penolong adalah barang-barang yang juga menjadi bagian dari produk jadi tetapi jumlahnya relatif kecil atau sulit diikuti biayanya. Misalnya dalam perusahaan mebel, bahan baku adalah kayu, rotan, besi siku. Bahan penolong adalah paku, dempul

  4. 2. Supplies Pabrik. Adalah barang-barang yang mempunyai fungsi melancarkan proses produksi misalnya oli mesin, bahan pembersih mesin 3. Barang dalam proses. Adalah barang-barang yang sedang dikerjakan (diproses) tetapi pada tanggal neraca barang-barang tadi belum selesai dikerjakan 4. Produk selesai. Yaitu barang-barang yang sudah selesai dikerjakan dalam proses produksi dan menunggu saat penjualannya

  5. Metode Pencatatan Persediaan Metode Fisik/Periodik Metode Perpetual/buku

  6. Perbedaan Pencatatan Metode Perpetual dengan Fisik sbb : Pada saat mencatat pembelian persediaan Metode perpetual Jurnal : Persediaan xxx Utang dagang/kas xxx Metode fisik Jurnal : Pembelian xxx Utang dagang/kas xxx

  7. Pada Saat Penjualan Metode perpetual Jurnal : Piutang/kas xxx Penjualan xxx HPP xxx Persediaan xxx Metode Fisik Jurnal : Piutang/kas xxx Penjualan xxx

  8. Pada Saat Akhir Tahun Metode perpetual Tidak perlu ada AJP Metode fisik Jurnal : HPP xxx Persediaan awal xxx HPP xxx Pembelian netto xxx Persediaan akhir xxx HPP xxx

  9. Masalah Pemilikan Persediaan Barang Barang dalam perjalanan (goods in Transit) Barang-barang yang dipisahkan (Segregated Goods) Barang-barang konsinyasi (Consigment Goods) Penjualan Angsuran (Installment Sales)

  10. Barang Dalam Perjalanan f.o.b. Shipping Point Yaitu kepemilikan thd suatu barang akan berpindah ke tangan pembeli pada saat pihak pengangkut menerima barang dari tangan penjual. pada saat tersebut penjual mencatat penjualan dan mengurangi persediaan barangnya, sedangkan pembeli mencatat pembelian dan menambah persediaan barangnya. f.o.b. Destination Yaitu kepemilikan thd suatu barang akan berpindah ke tangan pembeli pada saat barang tsb diterima oleh pembeli dari pengangkut

  11. Barang-barang yang Dipisahkan (Segregated Goods) Kontrak penjualan barang dalam jumlah besar sehingga pengirimannya tidak dapat dilakukan sekaligus. Barang-barang yang terpisahkan tensendiri dengan maksud untuk memnuhi kontrak-kontrak atau pesanan-pesanan walaupun belum dikirim, hanknya sudah berpindah pada pembeli. Oleh karena itu pada tanggal penyusunan laporan keuangan jika ada barang-barang yang dipisahkan, harus dikeluarkan dari jumlah persediaan penjual dan dicatat sebagai penjualan

  12. Barang-barang Konsinyasi (consignment Goods) Dalam cara penjualan titipan, barang-barang yang dititipkan untuk dijual (dikonsinyasikan) haknya masih tetap pada yang menitipkan sampai saat barang-barang tersebut dijual. Sebelum barang tersebut dijual masih tetap menjadi persediaan pihak yang menitipkan (consignor). Pihak yang menerima titipan (consignee) tidak mempunyai hak atas barang tersebut sehingga tidak mencatat barang tersebut sebagai persediaannya. Apabila barang-barang itu sudah dijual maka yang menrima titipan membuat laporan pada yang menitipkan. Pada waktu menerima laporan, pihak yang menitipkan (consignor) mencatat penjualan dan mengurangi persediaan barangnya

  13. Penjualan Angsuran (Installment sales) Dalam penjualan angsuran, hak atas barang tetap pada penjual sampai seluruh harga jualnya dilunasi. Penjual akan melaporkan barang-barang tersebut dalam persediaannya dikurangi dengan jumlah yang sudah dibayar. Pembeli akan melaporkan barang-barang tersebut dalam persediaannya sejumlah yang sudah dibayar. Contoh : Dibeli mesin dengan harga Rp 20.000.000 yang pembayarannya akan diangsur selama 5 tahun, setiap tahun sebesar Rp 4.000.000 ditambah bunga 10 % pertahun. Jurnal di pembeli : Pembelian mesin : Mesin 20.000.000 utang 20.000.000

  14. Akhir tahun pertama : Utang 4.000.000 Biaya bunga 2.000.000 kas 6.000.000 Bunga : 10% x 20.000.000 = 2.000.000 Akhir tahun kedua : Utang 4.000.000 Biaya bunga 1.600.000 kas 5.600.000 Bunga : 10% x 16.000.000 = 1.600.000

  15. Pengertian Harga Perolehan Persediaan (Cost) Yaitu meliputi semua pengeluaran yang diperlukan utk mendapatkan barang & menempatkannya dalam kondisi siap jual.

  16. HARGA POKOK PERSEDIAAN Dasar utama yang digunakan dalam akuntansi persediaan adalah harga pokok (cost) yang dirumuskan sebagai harga yang dibayar atau yang dipertimbangkan untuk memperoleh suatu aktiva. Harga pokok adalah jumlah semua pengeluaran pengeluaran langsung atau tidak langsung yang berhubungan dengan perolehan, penyiapan dan penempatan persediaan tersebutagar dapat dijual. POTONGAN PEMBELIAN Ketentuan cara pembayaran, apabila dibayar dalam jangka waktu tertentu akan diberi potongan. Potongan seperti ini disebut potongan tunai yang dalam akuntansi dicatat dalam rekekning potongan pembelian.

  17. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencatat potongan pemblian sebagai pengurangan terhadap harga pokok : Pembelian dicatat dengan harga bruto Pembelian dicatat dengan harga netto Dalam metode b, utang dapat dicatat neto atau bruto Contoh ; tanggal 1 desember 1991 dibeli barang dagangan dengan harga faktur Rp 500.000 syarat pembayaran 2/10 n/30. pembayaran utang dilakukan pada tanggal 10 desember 1991 sehingga diperoleh potongan pembelian 2 %. Jurnalnya Pembelian dicatat dengan harga bruto Tanggal 1 desember 1991 Pembelian (persediaan barang) 500.000 utang 500.000

  18. Tanggal 10 desember 1991 Utang 500.000 potonganpembelian 10.000 kas 490.000 Apabila pembayaran utang sesudh tanggal 10 desember 1991, berarti tidak dapat potongan, jurnalnya Utang 500.000 kas 500.000

  19. b. Pembelian dicatat dengan harga neto Dalam cara ini ada dua cara mencatat utang yaitu dengan jumlah neto atau dengan jumlah bruto

  20. Metode Penetapan Harga Perolehan Persediaan Metode persediaan fisik Metode First In First Out (FIFO) Metode Last In First Out (LIFO) Metode Rata-Rata Metode Persediaan perpetual Metode First In First Out (FIFO) Metode Last In First Out (LIFO) Metode Rata-Rata

  21. METODE PENENTUAN HARGA POKOK PERSEDIAAN Contoh : barang A sebagai berikut ; 1991 Feb 1 persediaan 200 kg @ Rp 100. = Rp 20.000 9 pembelian 300 kg @ Rp 110 = Rp 33.000 10 penjualan 400 kg 15 pembelian 400 kg @ Rp 116 = Rp 46.400 18 penjualan 300 kg 24 pembelian 100 kg @ Rp 126 = Rp 12.600 --------- ------------ --------- 1.000 kg Rp 112.000 700 kg

  22. Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO) Metode fisik Misalnya perhitungan fisik atas barang-barang dalam gudang pada tanggal 28 februari 1991 menunjukkan jumlah 300 kg terdiri dari : Pembelian 24 februari 100 kg @ Rp 126 = Rp 12.600 Pembelian 15 februari 200 kg @ Rp 116 = Rp 23.200 -------- --------------- Jumlah 300 kg Rp 35.800 ===== ======== Maka harga pokok penjualan : 112.000 – 35.800 = Rp 76.200

  23. Metode buku (perpetual) Barang a (MPKP/FIFO)

  24. Dari kartu barang A dapat dilihat bahwa jumlah persediaan barang tanggal 28 februari 1991 sebesar 300 kg dengan harga pokok Rp 35.800. jumlahnya sama dengan metode fisik. Apabila terjadi pengembalian barang baik pembelian atau penjualan Contoh . Dari contoh barang A, dari penjualan tanggal 10 februari 1991 dikembalikan sebanyak 50 kg pada tanggal 12 februari. Barang yang dikembalikan akan dicatat dengan harga perolehan Rp 100 per kg. Pembelian barang tanggal 15 februari dikembalikan 100 kg pada tanggal 17 februari, maka harga pokok yang diperhitungkan adalah 50 kg @ Rp 100 dan 50 kg @ Rp 110 Dengan tambahan data ini kartu barang A akan nampak :

  25. Barang A (MPKP/FIFO)

  26. Akibat penggunaan harga pokok atas dasar MPKP akan terasapada waktu ada barang-barang yang dikembalikan pada penjual seperti contoh tanggal 17 februari. Jumlah barang yang dikembalikan sebanyak 100 kg dibeli dengan harga Rp 116 per kg. Pengembalian ini mengakibatkan utang berkurang sebesar Rp 11.600 tetapi berkurangnya persediaan hanya sebesar Rp 10.500 selisih yang timbul akan dicatat dalam rekening selisih persediaan dengan jurnal sebagai berikut : Utang 11.600 persediaan barang 10.500 selisih persediaan 1.100

  27. Rata-rata Tertimbang (Weighted Average) Metode fisik Misalnya barang-barang yang ada dalam gudang tanggal 28 februari 1991 dihitung berjumlah 300 kg. Persediaan akhir dihitung sbb: Februari 1 persediaan 200 kg @ Rp 100 = Rp 20.000 9 pembelian 300 kg @ Rp 110 = Rp 33.000 15 pembelian 400 kg @ Rp 116 = Rp 46.400 24 pembelian 100 kg @ Rp 126 = Rp 12.600 ------- -------------- 1.000 kg Rp 112.000

  28. Harga pokok rata-rata tertimbang 112.000 ----------- = Rp 112 per kg 1.000 Persediaan barang tanggal 28 februari 300 kg @ Rp 112 = Rp 33.600 Harga pokok penjualan : 112.000 – 33.600 = Rp 78.400

  29. Metode buku (perpetual) Barang A (Rata-rata Bergerak)

  30. Pengembalian barang Misalnya pada tanggal 12 februari diterima kembali barang-barang yang dijual pada tanggal 10 februari sebanyak 50 kg dan tanggal 16 februari sebanyak 75 kg. Pada tanggal 25 februari dikembalikan barang-barang yang dibeli pada tanggal 24 februari sebanyak 25 kg

  31. Barang A (Rata-rata Bergerak)

  32. Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP/LIFO) Metode fisik Misalnya pad tanggal 28 februari 1991 diadakan perhitungan fisik terhadap barang-barang dala gudang yang hasilnya menunjukkan jumlah persediaan sebanyak 300 kg Harga pokok persediaan barang sebanyak 300 kg dihitung : Persediaan 1 februari 200 kg @ Rp 100 = Rp 20.000 Pembelian 9 februari 100 kg @ Rp 110 = Rp 11.000 -------- -------------- Jumlah 300 kg Rp 31.000 Harga pokok penjualan 112.000 – 31.000 = Rp 81.000

  33. Metode buku (perpetual) Barang A (MTKP/LIFO)

  34. Persediaan akhir dapat dilihat pada bari terakhir 100 kg @ Rp 100 = Rp 10.000 100 kg @ Rp 116 = Rp 11.600 100 kg @ Rp 126 = Rp 12.600 --------- --------------- 300 kg Rp 34.200 Harga pokok penjualan dapat dilihat dalam rekening harga pokok penjualan : 33.000 + 10.000 + 34.800 = Rp 77.800

  35. latihan Tersedia data sebagai berikut 1/3/01 Persediaan 200 kg @ Rp 1.000,-- 9/3/01 Pembelian 350 kg @ Rp 1.200,-- 10/3/01 Penjualan 450 kg 15/3/01 Pembelian 500 kg @ Rp 1.160,-- 18/3/01 Penjualan 400 kg 24/3/01 Pembelian 100 kg @ Rp 1.250,-- Hitunglah harga pokok persediaan dengan metode FIFO, LIFO, dan rata-ratatertimbang , (dengan metode Perpetual)

  36. LATIHAN SOALTUTUP BUKU

  37. Latihan Soal Pertemuan IV 1.Dari kartu persediaan barang diketahui data sbb : Saldo 30 Nov 2005 3500 Kg @ Rp 2.050 Pembelian bulan Desember : Tgl 3 4.000 Kg @ Rp 2.100 Tgl 12 2.000 Kg @ Rp 2.200 Tgl 24 1.000 Kg @ Rp 2.150 Penjualan selama bulan Desember Tgl 2 3.000 Kg @ Rp 2.800 Tgl 18 2.000 Kg @ Rp 2.850 Tgl 29 1.500 Kg @ Rp 2.900 Hitunglah saldo persediaan pada akhir bulan Desember 2005 apabila digunakan metode fisik FIFO : a. Rp 8.650.000 c. Rp 8.500.000 b. Rp 8.560.000 d. Rp 8.600.000

  38. 2. Dari kartu persediaan barang diketahui data sbb : Saldo 30 Nov 2005 3500 Kg @ Rp 2.050 Pembelian bulan Desember : Tgl 3 4.000 Kg @ Rp 2.100 Tgl 12 2.000 Kg @ Rp 2.200 Tgl 24 1.000 Kg @ Rp 2.150 Penjualan selama bulan Desember Tgl 2 3.000 Kg @ Rp 2.800 Tgl 18 2.000 Kg @ Rp 2.850 Tgl 29 1.500 Kg @ Rp 2.900 Hitunglah saldo persediaan pada akhir bulan Desember 2005 apabila digunakan metode fisik LIFO : a. Rp 8.522.000 c. Rp 8.525.000 b. Rp 8.225.000 d. Rp 8.252.000

  39. 3. Hak milik barang atas barang akan tetap berada di tangan penjual sampai barang diserahkan ke tangan pembeli oleh perusahaan pengangkut adalah : a. FOB Shipping Point b. FOB Destination c. Segregated Goods d. Consigment Goods 4. Jurnal pembelian persediaan secara KREDIT dengan menggunakan metode perpetual adalah sbb : a. Pembelian (D) Kas (K) b. Persediaan (D) Hutang (K) c. Persediaan (D) HPP (K) d. HPP (D) Persediaan (K)

  40. 4. Jurnal pembelian persediaan secara KREDIT dengan menggunakan metode perpetual adalah sbb : a. Pembelian (D) Kas (K) b. Persediaan (D) Hutang (K) c. Persediaan (D) HPP (K) d. HPP (D) Persediaan (K) 5. Hak pemilikan barang atas barang-barang konsinyasi ( Consignment goods ) adalah : a. Consignee ( Penerima titipan ) b. Consignor ( Pihak yang menitipkan ) c. Pihak Lain yang dipercaya d. Kedua belah pihak

  41. 5. Hak pemilikan barang atas barang-barang konsinyasi ( Consignment goods ) adalah : a. Consignee ( Penerima titipan ) b. Consignor ( Pihak yang menitipkan ) c. Pihak Lain yang dipercaya d. Kedua belah pihak

More Related