1 / 12

COMMUNICATION CLIMATES

COMMUNICATION CLIMATES. Dedy Djamaluddin Malik. DEFINISI. Iklim atau suasana komunikasi dalam konteks hubungan interpersonal sangat menentukan produkitif tidaknya komunikasi.

rune
Download Presentation

COMMUNICATION CLIMATES

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. COMMUNICATION CLIMATES Dedy Djamaluddin Malik

  2. DEFINISI • Iklim atau suasana komunikasi dalam konteks hubungan interpersonal sangat menentukan produkitif tidaknya komunikasi. • Iklim komunikasi bisa diibaratkan dengan suasana alam dalam kondisi “cerah”, antara “mendung-cerah”, dan “mendung” atau “hujan”. • Indikator iklim komunikasi yang sehat: (1) saling memperhatikan; (2) saling menghargai; (3) saling percaya; (4) saling mendukung; (5) saling terbuka.

  3. TINGKAT KONFIRMASI DAN DISKONFIRMASI • Suasana komunikasi bisa dikonstruksi secara menyenangkan atau tidak menyenangkan, bergantung pada motif dan ekspektasi masing-masing. • Bila seseorang ingin menciptakan, menjaga, dan mengembangkan suasana komunikasi yang sehat, maka teknik yang digunakan ialah: level of confirmation. • Bila seseorang ingin mempercepat, memutuskan dan merusak iklim komunikasi suapa segera berakhir, maka teknik yang digunakan: level of disconfirmation.

  4. LEVEL OF CONFIRMATION • Recognition (pengakuan): yakni mengekspresikan kesadaran atas adanya seseorang di depan atau di sekitar kita. Tanda menyadari orang lain ditunjukkan dengan jabat tangan atau tersenyum. • Acknowledgement: usaha memperhatikan apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain (empatik dan simpatik). Ini ditandai dengan “anggukan”, “kontak mata”, dan “menyamakan perasaan”. • Endorsement: mendukung dan menyetujui apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain.

  5. DISCONFIRMATION • Non recognition: tidak memperhatikan adanya orang lain. “You don’t exist” atau “silence”. • Non acknowledgement: perduli apa yang dipikirkan dan dirasakan pihal lain. Ini ditandai dengan cara: tidak mau mendengarkan atau memberi komentar sekilas: “you’ll get over”. • Non Endorsement: tidak mau mendukung pikiran dan perasaan orang lain. “Kamu salah”, “seharusnya kamu tak punya perasaan begitu”, “apa yang kamu pikirkan tak masuk akal”.

  6. SUPPORTIVE COMMUNICATION • Description: menggambarkan keadaan sebenarnya lewat kata-kata tanpa menyinggung perasaan orang (obyektivikasi). • Provisionalism: menunjukkan keterbukaan dalam “point of views” bahwa kebenaran itu tidak satu dan banyak perspektif. • Spontaneity: komunikasi yang jujur, tidak disembunyikan, dan apa adanya. • Problem orientation: meskipun ada suasana perbedaan pendapat yang tajam tapi komunikasi terus berjalan dengan cara saling menghargai. • Empathy: empati adalah menempatkan diri kita pada perasaan dan pikiran yang tengah dihadapi orang lain. • Equality: dalam komunikasi masing-masing punya kedudukan yang setara.

  7. DEFENSIVE COMMUNICATION • Evaluation: menilai seseorang dengan kata2 yang tak menyenangkan. • Certainty: berpendapat secara otoriter, paling benar sendiri dan etnosentrisme. • Strategy: memanipulasi opini untuk kepentingan diri sendiri. • Control: komunikasi bertujuan untuk mendominasi dan mengabaikan pihak lain. • Neutrality: komunikasi yang menunjukkan sikap acuh tak acuh atau masa bodoh pada seseorang. • Superiority: komunikasi yang menunjukkan hubungan asimetris. Merasa lebih tahu, lebih hebat.

  8. KONFLIK KOMUNIKASI • Konflik komunikasi tak bisa dihindari dalam hubungan interpersonal. Konflik bisa “overt” atau “covert”. • Konflik bisa diselesaikan “baik” atau “tidak baik”. • Ada empat komponen dalam proses konflik: (1) conflict of interest; (2) conflict orientation;(3) conflict responses; (4) conflict outcome.

  9. CONFLICT OF INTEREST • Tiap orang punya tujuan, kepentingan dan pandangan yang saling berbeda dan sulit dipertemukan. • Sebagian orang memandang bahwa Cirebon harus menjadi salah satu provinsi karena ketidakadilan. Sebagian berpendapat point nya bukan propinsi tapi ketidakadilan. Maka solusinya tak harus propinsi.

  10. CONFLICT ORIENTATION • Bagaimana cara kita memandang konflik: apakah negatif, positif atau bisa positif bisa juga negatif. Bisakah konflik membuahkan unsur positif?. • Konflik bisa dielaborasi ke dalam tiga kemungkinan: (1) lose-lose yakni peserta konflik tak mendapat manfaat apapun; (2) win-lose yakni salah satu pihak yang konflik mendapat kemenangan dan yang lain kalah; (3) win-win yakni para peserta konflik bisa menyelesaikan konflik yang menguntungkan semua pihak.

  11. CONFLICT RESPONSES • Exit responses: yakni menolak untuk membicarakan apa yang tengah dihadapi atau meninggalkan tempat. • Neglect response: yakni kecenderungan seseorang untuk mengurangi dan mengingkari masalah. • Loyalty responses: yakni tetap menghadapi konflik itu meskipun terjadi perbedaan tajam. • Voices responses: yakni berusaha menyelesaikan konflik hingga muncul hasil yang win-win.

  12. CONFLICT OUTCOMES • Konflik bisa diselesaikan secara konstruktif. Bila dilihat dari sisi positif, konflik bisa melahirkan pertumbuhan personal dan kompetensi profesional. • Betapa pun berbeda tujuan, kepentingan dan pendapat di antara para peserta komunbikasi, namun bila diciptakan komunikasi suportif, konflik akan tereliminasi dan bahkan bisa diselesaikan dengan “win-win solution”.

More Related