1 / 36

PERILAKU PRODUKTIF DAN NON-PRODUKTIF Pertemuan 11 - 12

PERILAKU PRODUKTIF DAN NON-PRODUKTIF Pertemuan 11 - 12. Matakuliah : D0064 - Sosiologi dan Psikologi Industri Tahun : Sep-2009. PERILAKU PRODUKTIF: KINERJA. KEMAMPUAN. KINERJA. MOTIVASI. KETERBATASAN.

susane
Download Presentation

PERILAKU PRODUKTIF DAN NON-PRODUKTIF Pertemuan 11 - 12

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PERILAKU PRODUKTIF DAN NON-PRODUKTIFPertemuan 11 - 12 Matakuliah : D0064 - Sosiologi dan Psikologi Industri Tahun : Sep-2009

  2. PERILAKU PRODUKTIF: KINERJA KEMAMPUAN KINERJA MOTIVASI KETERBATASAN Kinerja yang baik membutuhkan KEMAMPUAN & MOTIVASI. Keterbatasan organisasi, seperti kurangnya training, dapat menghambat kinerja Bina Nusantara University 3

  3. PERILAKU PRODUKTIF: KINERJA KEMAMPUAN & KINERJA:Gutenberg, Arvey, Osburn, dan Jeanneret (1983) menemukan, bahwa KEMAMPUAN KOGNITIF mendukung kinerja dalam banyak bidang; Semakin tinggi tuntutan kerja secara mental, semakin kuat hubungan antara kemampuan kognitif dengan kinerja Dengan kata lain, kemampuan kognitif lebih diperlukan untuk pekerjaan yang membutuhkan kekuatan mental (misalnya seorang insinyur), dibandingakn untuk pekerjaan yang sederhana (misalnya petugas administrasi). Bina Nusantara University 4

  4. MOTIVASI & KINERJA: Motivasi adalah karakteristik individu, tetapi dapat dikembangkan, baik di dalam diri individu (sebagai kepribadian, misalnya) maupun di dalam kondisi lingkungan; Biasanya organisasi cenderung untuk meningkatkan motivasi para pekerjanya melalui intervensi-intervensi lingkungan kerja, dari pada melalui seleksi individu (pemilihan sewaktu interview) Bina Nusantara University 5

  5. PERILAKU PRODUKTIF: KINERJA • Dalam Psikologi Industri dan Organisasi, usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi pekerja, lebih difokuskan melalui: • STRUKTUR KERJA • SISTEM INSENTIF • RANCANGAN TEKNOLOGI • KARAKTERISTIK INDIVIDU & KINERJA: • Beberapa karakteristik individu relevan dengan kinerja dan mempengaruhi kemampuannya untuk bekerja; yang lainnya mempengaruhi motivasi individu untuk bekerja keras • Baca: Spector, hal. 246: The Big Five and Performance Bina Nusantara University 6

  6. 2 penelitian meta-analysis menunjukkan, bahwa kepribadian (personality) berhubungan dengan kinerja (Barrick & Mount, 1991; Tett, Jackson, & Rothstein, 1991) Bina Nusantara University 7

  7. PERILAKU PRODUKTIF: KINERJA Barrick & Mount (1991) mendapatkan, bahwa CONSCIENTIOUSNESS berhubungan erat dengan kinerja; sedangkan hasil penelitian dari Tett, Jackson, & Rothstein (1991) menunjukkan AGREEABLENESS LOCUS of CONTROL & KINERJA: Locus of control meliputi keyakinan (beliefs) individu terhadap Kemampuan dirinya untuk MENGONTROL kolaborasi atau suport (reinforcement) dalam lingkungannya Bina Nusantara University 8

  8. Penelitian menunjukkan, bahwa Internals, yang percaya bahwa mereka dapat mengontrol reinforcement, memiliki motivasi yang lebih tinggi dibandingkan externals, yang tidak percaya, bahwa mereka bisa mengontrol reinforcement Internals memiliki kinerja yang lebih baik untuk tugas-tugas yang membutuhkan keterampilan yang tinggi; sedangkan externals menunjukkan kinerja yang lebih baik untuk tugas-tugas administratif Bina Nusantara University 9

  9. PERILAKU PRODUKTIF: KINERJA Usia & Kinerja: McEvoy & Cascio (1989) melakukan penelitian meta-analysis, dan mendapatkan bahwa usia TIDAK BERHUBUNGAN dengan Kinerja Karakteristik Kerja & Kinerja: Individu dapat dimotivasi melalui karakteristik kerja yang dimilikinya (Hackman & Oldham, 1976, 1980); Jika pekerjaan yang dimiliki bersifat MENARIK & MENYENANGKAN, individu cenderung akan menyukai pekerjaannya, TERMOTIVASI dengan baik, dan memiliki KINERJA Bina Nusantara University 10

  10. PERILAKU PRODUKTIF: KINERJA Baca: Spector, hal. 249-20; figure 10-2 Bina Nusantara University 11

  11. PERILAKU PRODUKTIF: KINERJA SISTEM INSENTIF & KINERJA: Salah satu cara untuk meningkatkan kinerja, paling tidak secara kuantitas, adalah melalui sistem insentif, yang memberikan penghargaan kepada individu untuk setiap unit kerja yang dicapainya (sistem insentif untuk sales, misalnya) Meskipun sistem insentif dapat meningkatkan produktivitas, tingkat suksesnya belum menyeluruh atau merata. Bina Nusantara University 12

  12. Yukl & Latham (1975), misalnya menemukan, bahwa `piece rate system` meningkatkan produktivitas hanya untuk 2 atau 3 kelompok kerja, yang memang menjalankan sistem tersebut. Coch & French (1948) mendokumentasikan, bahwa peer pressure di dalam kelompok kerja dapat merusak `piece rate system`. Produktivitas dari seorang buruh pabrik dapat dipotong hingga 50% oleh peer pressure dari rekan kerjanya Bina Nusantara University 13

  13. PERILAKU PRODUKTIF: KINERJA SISTEM INSENTIF & KINERJA: Agar sistem insentif dapat berfungsi secara efektif, maka ada 3 elemen yang perlu diperhatikan: 1. Pekerja harus memiliki kapasitas (ability) untuk meningkatkan produktivitas. Jika kapasitas pekerja untuk lebih produktif sudah tidak lagi memungkinkan, maka adanya sistem insentif TIDAK AKAN meningkatkan kinerjanya. Bina Nusantara University 14

  14. 2. Sistem Insentif yang ditawarkan harus sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pekerja 3. Sistem insentif tidak berfungsi apabila ada batasan-batasan psikologis atau fisik, untuk melakukan kinerja Bina Nusantara University 15

  15. PERILAKU PRODUKTIF: KINERJA PERANCANGAN TEKNOLOGI & KINERJA: Faktor Manusia atau Engineering psychology, menitik beratkan pada batasan antara manusia dan lingkungan fisik, termasuk peralatan, perlengkapan, dan teknologi Para `human factor psychologist` dilibatkan dalam perancangan lingkungan kerja untuk membuat kerja menjadi lebih aman dan mudah untuk dilaksanakan Bina Nusantara University 16

  16. Secara signifikan, campur tangan para `human factor psychologist` umumnya dapat ditemukan dalam perancangan banyak hal, mulai dari kendaraan bermotor, perlengkapan pesawat militer, dan nuclear power plants. 2 area penting dalam perancangan ergonomis antara manusia dan mesin: Presentasi dari informasi kepada manusia (display) & Manipulasi perlengkapan dan peralatan oleh manusia (control) Bina Nusantara University 17

  17. PENGERTIAN SISTEM MANUSIA MESIN • Sistem Manusia-Mesin: • Hubungan timbal balik antara Mesin dan Manusia • Proses Komunikasi antara Mesin dengan Manusia • Komponen Mesin dalam Sistem Manusia-Mesin: • Display: menyediakan informasi / feedback tentang proses yang terjadi • Instrumen Kontrol: Manusia (operator) memberikan input yang akan ditindaklanjuti oleh sistem mesin Bina Nusantara University 18

  18. OPERATOR MESIN SISTEM MANUSIA - MESIN Persepsi Instrumen Display Interpretasi Keputusan Production Handling of Controls Bina Nusantara University 19

  19. Bagaimana proses komunikasi yang terjadi antara Manusia dengan Mesin-nya dalam gambar ini? • Timbal Balik? • Searah? Bina Nusantara University 20

  20. DISPLAY EQUIPMENT 3 Kategori Display pada umumnya: A fixed marker over a moving scale A circular scale with moving pointer Digital Display in a “window” Bina Nusantara University 21

  21. Informasi tentang bagaimana jalannya sebuah proses, atau arah perubahan yang terjadi, mudah dibaca melalui DISPLAY yang memiliki sistem SKALA dengan JARUM BERGERAK 0 Skala yang bergerak dengan penunjuk yang paten (fixed) juga dapat dipakai untuk menunjukkan sebuah proses, tetapi memiliki kelemahan, yaitu: ‘menyulitkan operator untuk mengingat informasi angka yang diberikan sebelumnya, seiring dengan berjalannya sebuah proses’ A fixed marker over a moving scale A circular scale with moving pointer Bina Nusantara University 22

  22. Untuk mendapatkan jumlah / angka tertentu, Display dengan sistem DIGITAL dapat memberikan informasi secara cepat dan tepat Digital Display in a “window” Bina Nusantara University 23

  23. Skala dalam ½ lingkaran  17% Skala dalam lingkaran 11% READING ERROR(Sleight, 1948) 5 6 7 10 9 8 7 6 5 4 3 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ‘ ‘ ‘ ‘ ‘ ‘ ‘ ‘ ‘ ‘ ‘ ‘ ‘ ‘ ‘ ‘ ‘ ‘ ‘ ‘ ‘ ‘ 1 0 28% 36% 0.5% Bina Nusantara University 24

  24. REKOMENDASI ERGONOMIS Tinggi, tebal, dan jarak tingkatan skala harus di rancang sedemikian rupa, sehingga kemungkinan keliru membaca menjadi sangat minimal, bahkan dalam kondisi penerangan yang tidak sempurna Informasi yang ditampilkan harus sesuai dengan ekspektasi pembaca / pengguna (operator); Pembagian skala hendaknya tidak terlalu kecil; kualitatif informasi harus sederhana (simple) dan sangat mudah dibaca Bina Nusantara University 25

  25. Sub-divisi harus ½ atau ¹/5 ; atau dalam pembagian yang mudah dibaca Bina Nusantara University 26

  26. REKOMENDASI ERGONOMIS 5 6 7 Ujung jarum penunjuk tidak boleh melewati angka atau garis penunjuk, dan ketebalannya sebaiknya tidak melebihi garis skala (Gambar disamping ini memiliki jarum penunjuk yang tidak ergonomis) (Skala dengan jarum penunjuk yang ergonomis) Bina Nusantara University 27

  27. REKOMENDASI ERGONOMIS UNTUK INSTRUMEN KONTROL Penggunaan instrumen kontrol harus membutuhkan usaha yang minimal: push-buttons, toggle switch, small hand-levers, rotating and bar knobs; semua model kontrol tersebut mudah dilakukan oleh jari Bina Nusantara University 28

  28. REKOMENDASI ERGONOMIS UNTUK INSTRUMEN KONTROL Instrumen Kontrol yang membutuhkan usaha otot: Hand-wheels, cranks, heavy levers and pedals; biasanya membutuhkan usaha yang cukup besar dari otot lengan dan kaki HAND-WHEELS CRANK Bina Nusantara University 29

  29. REKOMENDASI ERGONOMIS UNTUK INSTRUMEN KONTROL Instrumen Kontrol yang membutuhkan usaha otot: Hand-wheels, cranks, heavy levers and pedals; biasanya membutuhkan usaha yang cukup besar dari otot lengan dan kaki HEAVY LEVER (refrigerator) PEDAL Bina Nusantara University 30

  30. PERILAKU PRODUKTIF: KINERJA Baca Spector: hal 252-254, Displays and Controls Bina Nusantara University 31

  31. PERILAKU PRODUKTIF: KINERJA • BATASAN ORGANISASI& KINERJA: • Aspek-aspek lingkungan kerja yang menghalangi terjadinya kinerja yang baik; misalnya: • Aspek Pekerjaan itu sendiri, termasuk lingkungan fisik • Praktek monitoring (supervisory practices) • Kurangnya pelatihan, perlengkapan, perlatanan, ataupun waktu Bina Nusantara University 32

  32. PERILAKU PRODUKTIF: KINERJA • Batasan Organisasi menurut Peters & Connor (1980): • Job-related information: data & informasi yang diperlukan untuk bekerja • Peralatan & Perlengkatapn • Material dan supplies • Budgetary supports: uang untuk mendapatkan resources yang diperlukan dalam bekerja • Required services & help from others: bantuan dari orang lain • Task preparation: ada tidaknya faktor-faktor: Knowledge, Skill, Abality, & other personal characteristics), didalam diri pekerja • Time availability: waktu yang disediakan untuk mengerjakan tugas • Work environment: aspek-aspek fisik dari linkungan kerja, seperti gedung, cuaca, temperatur ruangan, dll Bina Nusantara University 33

  33. PERILAKU PRODUKTIF: KINERJA Baca Spector: hal 257-259, Organizational Citizenship Behavior Bina Nusantara University 34

  34. PERILAKU NON-PRODUKTIF: WITHDRAWAL Perilaku withdrawal meliputi: Pekerja tidak datang ke tempat kerja sesuai dengan jadwal atau pada saat diperlukan, apakah untuk sementara waktu (absen) atau permanen (berhenti bekerja) Baca Spector: hal 264-265; Counter Productive Behavior: Agression, Sabotage, Theft Bina Nusantara University 35

  35. PERILAKU NON-PRODUKTIF: WITHDRAWAL Distructive Behavior Low control Feeling of FRUSTRATION & DISSATISFACTION Constraints Constructive Behavior High control Bina Nusantara University 36

More Related