1 / 46

PENGARUH KARAKTERISTIK KAWASAN PER MUKIMAN PERKOTAAN TERHADAP EMISI CO2 Kebijakan Aksesibilitas Sarana Prasarana SAS

PENGARUH KARAKTERISTIK KAWASAN PER MUKIMAN PERKOTAAN TERHADAP EMISI CO2 Kebijakan Aksesibilitas Sarana Prasarana SAS – ARP – KSW – FTR. [1] Disajikan dalam WORKSHOP Alternatif Rancangan Permukiman Perkotaan berdasar Emisi CO2 Di Bandung Tgl. 2 1 -22 Maret 200 6 . Emisi CO2.

totie
Download Presentation

PENGARUH KARAKTERISTIK KAWASAN PER MUKIMAN PERKOTAAN TERHADAP EMISI CO2 Kebijakan Aksesibilitas Sarana Prasarana SAS

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PENGARUH KARAKTERISTIK KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN TERHADAP EMISI CO2KebijakanAksesibilitasSarana PrasaranaSAS – ARP – KSW – FTR [1]Disajikan dalam WORKSHOP Alternatif Rancangan Permukiman Perkotaan berdasar Emisi CO2 Di Bandung Tgl. 21-22 Maret 2006.

  2. Emisi CO2 • konsumsi energi, (transportasi dan sarana prasarana) Perilaku Penggunaan Moda, dalam kaitan dengan Jarak dan Aktivitas • jumlah CO2 dalam udara • Penyebaran bangunan : Kepadatan bangunan, kepadatan penduduk dan Ketinggian bangunan • Kepadatan lalu lintas, dan rancangan transportasi • Pola Jalan • Jenis moda • Jarak capai • Akses • Lay out jalan • Penataan ruang terbuka hijau/landscaping, serta badan air • Densifikasi dan Pedestrianisasi

  3. KAWASAN • Perumahan Perumnas Sarijadi dan Perumnas Antapani di kota Bandung • Perumnas Harjamukti dan Kompleks Griya Sunyaragi Permai di kota Cirebon • Perumnas Banyumanik dan Perumahan Plamongan Indah di kota Semarang • Perumnas Sawojajar di kota Malang • Perumnas Sweta Indah dan Perumnas Pagutan Permai di kota Mataram • Perumnas Panakukang dan Perumahan Bumi Tamalanrea Permai di kota Makasar • Perumnas Beruntung Jaya dan Perumahan HKSN di Banjarmasin

  4. Tipologi lingkungan Bangunan di kawasan studi (59,5%) merupakan bangunan berlantai satu sedangkan 24,2% merupakan bangunan berlantai dua. Tabel : Jumlah Lantai bangunan JumlahlantaiFrequencyPercent Jumlah Lantai 1 : 59 (59.6) Jumlah Lantai 2 : 24 (24.2) Total83 (83.8) Sumber: Hasil Tabulasi 2005 Tipologi sarana dan prasarana Sarana pejalan kaki tidak tersedia di kawasan perumahan Sarijadi, padahal jarak antara perumahan dengan pertokoan tidak terlampau jauh, namun cenderung dicapai dengan menggunakan moda kendaraan. Sarana pertokoan dalam skala kecil terdapat di seluruh kawasan secara menyebar. Terminal angkutan kota tidak disediakan, namun tumbuh di beberapa tempat sesuai dengan jalur trayek kendaraan angkutan kota. Saat ini terdapat tiga terminal angkutan kota yang merupakan titik-titik perpindahan antara trayek. Sarijadi Bandung

  5. 1 A B C 2 3 PERUMAHAN SARIJADI BANDUNG.

  6. Tipologi lingkungan Mayoritas bangunan (75%) bangunan di kawasan studi berlantai satu sedangkan sisanya berlantai dua. Terdapat pula bangunan berlantai 3 sebanyak 2%. Bangunan di kawasan studi (75,8%) merupakan bangunan berlantai satu sedangkan 22,2% merupakan bangunan berlantai dua, serta 2% merupakan bangunan berlantai tiga. Jumlah Lantai Jumlah lantai FrequencyPercentase (%) Jumlah lantai : 17575.8 Jumlah lantai : 22222.2 Jumlah lantai : 322.0 Total99100.0 Sumber: Hasil Tabulasi 2005 Tipologi sarana dan prasarana Sarana – prasarana tersedia di kawasan perumahan Antapani adalah ruang terbuka, terminal angkutan kota jalur jalan dengan pola grid dalam skala kelas jalan lingkungan. Jalur pejalan kaki tidak tersedia di kawasan ini, konflik penggunaan terjadi antara moda jalan kaki dan moda kendaraan. Pola jalan adalah pola grid hirarkis dengan sudut 90o Antapani Bandung

  7. b. Tipologi Lingkungan Perumahan Banyumanik merupakan perumahan dengan mayoritas fungsi bangunan rumah tinggal, 64,7% berlantai 1 (satu) dan 33,3% berlantai 2 (dua). Tabel Jumlah lantai di Kawasan Studi Jumlah lantai JumlahPercentase (%) Jumlah lantai 1: 33 (64.7) Jumlah lantai 2: 17 (33.3) Total50 (98.0)Sumber: Hasil Tabulasi 2005 c. Tipologi Sarana Prasarana Kawasan Pola jalan adalah pola grid dengan kondisi jalan kolektor, jalan lingkungan di kawasan ini secara umum dinilai cukup bagus, demikian juga kondisi lapis permukaan jalan, dalam kondisi bagus. Jalur pedestrian umumnya digunakan sebagai perluasan penghijauan halaman rumah sehingga tidak berfungsi lagi sebagai jalur pedestrian. Pejalan kaki umumnya menggunakan jalur kendaraan yang relatif sepi, dan tidak dilewati oleh jalur kendaraan umum. Sistem pengumpulan sampah, dikumpulkan dari rumah ke rumah dengan menggunakan gerobak, dan dikumpulkan ke TPS setiap hari. Penampungan sampah di TPS berupa container sampah dan bangunan bak sampah. Penyaluran air hujan dan limbah cuci (grey water) disalurkan melalui drainase kawasan dan dialirkan ke sungai. Sedangkan limbah dari WC menggunakan sistem pengolahan dengan tangki septik dengan keluaran tangki tanpa filter atau bidang resapan. Jaringan air bersih yang tersedia di kawasan berupa sambungan rumah dari PDAM. Banyumanik Semarang

  8. 2. PERUMAHAN PERUMNAS BANYUMANIK SEMARANG

  9. b. Tipologi Lingkungan Jenis bangunan yang ada di perumahan tipe T21 dan T36 umumnya bangunan satu lantai dengan dominasi fungsi kawasan sebagai rumah tinggal skala menengah. Tabel : Jumlah lantai di Kawasan Studi Jumlah lantai JumlahPercentase (%) Jumlah lantai bangunan : 13774.0 Jumlah lantai bangunan : 21326.0 Total5098.0 Sumber: Hasil Tabulasi 2005 c. Tipologi Sarana Prasarana Kawasan Di kawasan perumahan ini, direncanakan akan dilengkapi dengan kolam renang, sekolah dan fasilitas olah raga. Jalan kolektor, jalan lingkungan dan pedestrian di kawasan ini secara umum dalam kondisi baik. Permukaan jalan kolektor adalah lapisan aspal, permukaan jalan lingkungan berupa paving demikian juga permukaan pedestrian berupa lapisan paving. Pengelolaan kawasan masih ditangani oleh pengembang, belum diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Sistem pengumpulan sampah dilakukan dengan communal system, yang dikumpulkan ke TPS di luar kawasan dan dilakukan setiap hari. Penampungan sampah di TPS dalam bentuk transfer depo dan container. Jaringan air bersih berupa sambungan rumah dari PDAM ke masing-masing persil telah tersedia. Penyaluran air hujan dan limbah cuci (grey water) disalurkan melalui drainase kawasan. Sedangkan limbah dari WC dengan menggunakan tangki septik berupa buis beton 3 susun. Tersedia pula sarana kawasan berupa terminal angkutan umum mini bis dengan rute Plamongan kota ke terminal sementara di Plamongan Indah. Semarang Plamongan

  10. 1. PERUMAHAN PLAMONGAN INDAH SEMARANG

  11. b. Tipologi lingkungan Tinggi bangunan rumah-rumah Perumnas pada awalnya dibangun 1 lantai kemudian 30 bangunan dikembangkan secara vertikal menjadi 2 lantai. Tabel Jumlah lantai di Kawasan Studi Jumlah lantai JumlahPercentase (%) Jumlah lantai 1 : 67 (67,0) Jumlah lantai 2 : 30 (30.0) Total97 (97.0)Sumber: Hasil Tabulasi 2005 c. Tipologi sarana dan prasarana Peruntukan tanah bagi sarana dan prasarana meliputi: jalan sepanjang 30 km, sawah dan ladang 40,15 ha, bangunan umum 0,20 ha dan perumahan seluas 104,8 ha. Jalur hijau seluas 1,50 ha, pemakaman seluas 3 ha dan fasilitas lainnya seluas 1,75 ha. Sedangkan penggunaan lahan untuk pekarangan seluas 5 ha serta tegalan seluas 15,15 ha. Sawojajar Malang

  12. Tipologi Lingkungan Mayoritas perumahan adalah bangunan berlantai satu (92%), dan sebagian kecil (8%) berlantai dua. Tabel : Jumlah Lantai bangunan Jumlah lantaiFrequencyPercent Jumlah Lantai 1: 92(92.0) Jumlah Lantai 2: 8(8.0) Total100 Sumber: Hasil Tabulasi 2005 Tipologi Sarana Prasarana Secara umum komplek perumnas ini memiliki sarana prasarana yang cukup lengkap yang antara lain meliputi sarana perdagangan berupa warung, toko, dan supermarket, fasilitas peribadatan, fasilitas pendidikan dari TK sampai dengan SMU. Sedangkan fasilitas persampahan meliputi penampungan sampah sementara. Harjamukti Cirebon

  13. 3. PERUMAHAN PERUMNAS CIREBON

  14. b. Tipologi Lingkungan Hampir seluruh bangunan di kawasan studi adalah bangunan berlantai satu (90%). Tabel : Jumlah Lantai bangunan JumlahlantaiFrequencyPercent Jumlah Lantai 1 : 90 (89.1) Jumlah Lantai 2 : 8 (7.9) Total98 (97.0) Sumber: Hasil Tabulasi 2005 c. Tipologi Sarana dan Prasarana Sarana jalan di gerbang masuk dan kawasan utama perumahan di areal studi dalam kondisi sangat baik. Sunyaragi Permai Cirebon

  15. b. Tipologi Lingkungan Perumahan Perumnas Beruntung Jaya terletak di Kecamatan Banjarmasin Selatan Kelurahan Pemurus Dalam. Komplek perumahan ini kondisinya sudah terbangun semua. Pada awalnya rumah yang ada di kawasan ini berlantai satu, namun seiring dengan perubahan bentuk dan luas bangunan maka terdapat beberap bangunan yang berlantai dua. c. Tipologi Sarana dan Prasarana Sarana Prasarana yang terdapat di kawasan ini antara lain meliputi: Peribadatan : Mesjid Pendidikan : TK, SD, SMP Terminal Angkutan Umum Tempat Penampungan Sampah Sementara Beruntung Jaya Banjarmasin

  16. b. Tipologi Lingkungan Ketinggian bangunan rumah rata-rata adalah 1 lantai dan sebagian kecil mencapai 2 lantai, sedangkan untuk bangunan umum yang telah terbangun mencapai ketinggian 4 lantai, yaitu di sepanjang Jl. Letjen. Hertasning dan Jl. Todopuli Raya, berupa bangunan perkantoran, perdagangan dan jasa. Tabel Jumlah Lantai Jumlah Lantai 1 (satu) 44 (88.0) Jumlah Lantai 2 (dua) 6 (12.0) Total 50 (100.0) Sumber: Hasil Tabulasi 2005 c. Tipologi Sarana dan Prasarana Kawasan Panakkukang juga sudah dilayani oleh prasarana dan utilitas umum yang memadai, seperti jalan, sistem transportasi, air bersih PDAM, listrik, tilpon, drainase dan sistem pengelolaan sampah. Perumahan Perumnas Panakkukang dikembangkan di atas lahan seluas 124,6 Ha dengan fasilitas yang dikembangkan sebagai berikut: Lahan untuk sarana hunian; Lahan untuk fungsi penunjang perumahan seperti perkantoran, jasa sosial dan umum berada di sepanjang jalan utama Jl. Hertasning dan pusat-pusat lingkungan; Lahan untuk sarana penunjang sub center terpencar pada pusat-pusat lingkungan. Panakukang (Makasar)

  17. b. Tipologi Lingkungan Perumahan Sweta Indah merupakan perumahan berskala besar dengan dominasi jenis bangunan rumah tinggal 1 (satu) lantai. Orientasi tata letak rumah adalah pusat lingkungan berupa taman yang pada umumnya dilengkapi dengan fasilitas umum dan sosial, seperti kantor RW/RT, tempat peribadatan, tempat pendidikan atau lapangan olah raga. Sedangkan distribusi letak rumah mengikuti arah jalan yang berpola grid. c. Tipologi Sarana dan Prasarana Prasarana jalan di kawasan studi berpola “grid” dimana kelas jalan yang dibangun termasuk dalam kategori “jalan lingkungan” dengan lebar jalan rata-rata 6 meter. Pada awalnya kondisi permukaan jalan beraspal dengan sistim penetrasi, namun dana perawatan yang sangat terbatas menyebabkan kondisi saat ini sebagian rusak. Di sekitar kawasan perumahan terdapat jalan kota sebagai akses perumahan menuju tempat-tempat penting di berbagai bagian kota. Sweta Indah Mataram

  18. b. Tipologi Lingkungan Perumahan Pagutan Permai merupakan perumahan berskala besar dengan dominasi jenis bangunan rumah tinggal 1 (satu) lantai. Orientasi tata letak rumah adalah pusat lingkungan berupa taman yang pada umumnya dilengkapi dengan fasilitas umum dan sosial, seperti kantor RW/RT, tempat peribadatan, tempat pendidikan atau lapangan olah raga. Sedangkan distribusi letak rumah mengikuti arah jalan yang berpola grid. Prasarana jalan di kedua kawasan studi berpola “grid” dimana kelas jalan yang dibangun termasuk dalam kategori “jalan lingkungan” dengan lebar jalan rata-rata 6 meter. Pada awalnya kondisi permukaan jalan beraspal dengan sistim penetrasi, namun dana perawatan yang sangat terbatas menyebabkan kondisi saat ini sebagian rusak. Di sekitar kawasan perumahan terdapat jalan kota sebagai akses perumahan menuju tempat-tempat penting di berbagai bagian kota. Pagutan Permai Mataram

  19. Hasil perhitungan Total emisi yang tertinggi adalah di Kawasan Antapani dan Sarijadi di Kota Bandung. Sedangkan terendah adalah Kawasan Harjamukti dan sunyaragi Permai di Cirebon. Hasil tersebut merupakan total perhitungan akibat energi domestik, pemakaian bensin, bahan bangunan, dikurangi dengan serapan kawasan dari penghijauan.

  20. DENSIFIKASI DAN PEDESTRIANISASI • Densifikasi atau pemampatan untuk mengurangi kebutuhan transportasi. • Dari keterkaitan antara jarak, tempat kerja, waktu tempuh dan moda yang digunakan, maka terlihat bahwa, penghuni kawasan Banyumanik bekerja tidak jauh dari tempat tinggal dan cenderung menggunakan moda jalan kaki sebagai penunjang aktivitas mereka. • Melakukan perjalanan dengan jalan kaki masih banyak dilakukan dalam kegiatan sehari - hari. Sebagai salah satu faktor penentu penurunan emisi, sangat disayangkan bahwa hal ini tidak ditunjang oleh penyediaan fasilitas pedestrian yang dapat mengakomodasi aktivitas jalan kaki khususnya di kawasan ini. Penyediaan sarana pedestrian belum ada. • Penataan dengan fungsi beragam dalan satu tatanan kawasan (mixed use) di kawasan Banyumanik cenderung berhasil baik, disamping itu kebiasaan penduduk untuk menggunakan mass transportasi ikut mendukung penurunan emisi CO2.

  21. Aspek Transportasi

  22. Karakteristik Transportasi Kawasan • Sistem jaringan jalan yang ada di kawasan perumahan secara umum berpola grid. • Berdasarkan geometrinya sebagai kawasan perumahan yang terencana, di tiap kawasan mempunyai bentuk belokan dan lebar jalan yang relatif homogen • Secara Umum kawasan tidak memberikan lajur khusus untuk pergerakan non motorist seperti pejalan kaki, speda, dan becak. Dengan demikian dalam pergerakan orang dan barang terjadi pencampuran antara pergerakan motorist dan non motorist. • Koneksi dari dan menuju kawasan perumahansecara umum adalah jalan yang mengubungkan kawasan tersebut dengan kawasan pusat kota dan kawasan sub urban. • Seperti halnya sistem jaringan jalan, karakteristik lalulintas di tiap kawasan relatif sama. Jenis kendaraan yang ada dan melewati kawasan tersebut terdiri dari kendaraan roda empat dan roda dua pribadi dan umum. • Secara umum hambatan samping dalam pergerakan tidak ada, kecuali yang dekat dengan fasilitas perdagangan yang cukup besar seperti supermarket dan minimarket.

  23. Pergerakan • Pola Pergerakan • Pergerakan dalam Internal Kawasan • Beribadah • Aktivitas Belanja harian (Toko-Warung) • Pergerakan Internal – Eksternal Kawasan • Sekolah • Bekerja • Aktivitas Belanja Bukan Harian (MAL – Supermarket) • Jarak Perjalanan Berdasarkan Tujuan

  24. Jarak Perjalanan Berdasarkan Kepemilikan Kendaraan

  25. Apa itu sampah? Sampah merupakan limbah yang timbul dari aktivitas manusia baik di rumah, kantor, pasar, tempat umum Jumlah sampah akan masih terus meningkat untuk negara sedang berkembang seperti Indonesia. Besarnya timbulan sampah dipengaruhi oleh tingkat ekonomi suatu masyarakat/bangsa. Semakin tinggi kemampuan ekonomi akan membuat semakin tinggi tingkat konsumtivitas yang berdampak pada semakin besarnya timbulan sampah. Namun di beberapa negara maju saat ini justru mulai terjadi penurunan laju timbulan sampah akibat meningkatnya kesadaran lingkungan di dalam masyarakatnya.

  26. Sampah dan Perubahan Iklim Bagaimana kaitan sampah dan perubahan iklim? Sampah di TPA menghasilkan gas CO2 dalam menyumbang efek rumah kaca Insinerator menghasilkan CO2. Kendaraan pengangkut sampah juga memproduksi CO2. • Bagaimana strategi pengelolaan sampah mengurangi emisi gas rumah kaca? • Pengurangan timbulan sampah organik yang diolah di TPA akan mengurangi gas yang dihasilkan dalam proses penghancuran sampah. • Pengurangan timbulan sampah. • Barang yang dapat didaur-ulang biasanya menggunakan lebih sedikit energi dalam proses pengolahannya sehingga dapat mengurangi emisi.

  27. Di kota besar di Indonesia diperkirakan timbulan sampah per kapita berkisar antara 600 – 830 gram per hari Rata-rata timbulan sampah biasanya bervariasi dari hari ke hari dan antara suatu daerah dengan daerah lain. Variasi ini terutama disebabkan oleh perbedaan: tingkat hidup, semakin tinggi tingkat hidup masyarakat semakin besar timbulan sampah yang dihasilkannya; (b) iklim dan musim; (c) cara hidup dan mobilitas penduduk; (d) cara penanganan makanan

  28. asumsi perhitungan bahan organik sampah = 75 % • berat jenis sampah dalam truk pemadatan = 295 kg/m3 • bahan volatile = 95 % • karbon dalam bahan volatile = 50 % • karbon akan dikonversi ke methana adalah 50 % dan karbon dioksida = 50 % • komposisi methana dan karbon dioksida = 29 : 65 ( dalam 6 – 12 bulan proses metabolisme) • Berat sampah adalah dasar akurat untuk perhitungan dikarenakan adanya faktor kompakasi. Contoh: Antapani, Bandung dengan timbulan 0,83 kg/orang/hari dan jumlah penduduk 8.564, maka jumlah CO2 adalah = 0.75 of organic matter x 0.83 kg/c/d x 8564 capita x 0.95 of volatile fraction x 0.5 of carbon x 0.5 of gases total x 65/ (29+65) of CO2 fraction total x 365 days = 319564.1 kg CO2 /year= 319.56 ton CO2/year (achieved within 6 –12 months)

  29. Dengan melihat volume timbulan sampah perorang per hari dapat diperkirakan dampak yang ditimbulkannya.

  30. Sampah Mengingat banyaknya gas yang ditimbulkan oleh sampah maka tempat pembuangan sampah harus memperhatikan hal hal berikut agar tidak merugikan lingkungan setempat yaitu : • dilakukan pemadatan sampah • menyediakan pipa penyaluran dan pelepasan gas • memperhatikan kinerja instalasi pengolahan air lindi • penutupan tanah secara harian • penutupan tanah akhir

  31. Cileunyi mall KONTRIBUSI KEBIJAKAN TATA RUANG KOTA TERHADAP EMISI CO2 DI KAWASAN PERUMAHAN KOTA Oleh : Tim Kerja tanjong pagar - szk SZK ARP Puri Endah

  32. issue CO2 • CO2 diperkirakan menjadi penyebab utama terjadinya efek rumah kaca karena kontribusinya terhadap terjadinya fenomena ini cukup besar (50%). • Kecenderungan kadar CO2 di udara • meningkat dari waktu ke waktu

  33. issue SumberSumber Pencemaran Asap Rokok -IMD Transportasi-SBS-SZK Industri-Tuas-SZK TPS-Cimahi-ARS

  34. pendekatan Penanganan Transportasi • Pendekatan Input • Rekayasa Teknologi • Non Teknologi (pengenaan pajak, perubahan gaya hidup, tata ruang, transportasi) • Pendekatan Output • Kontrol emisi yang ketat • Pembatasan usia kendaraan

  35. Kebijakan yang mempunyai kontribusi signifikan thdp penguranganCO2 dikaitkan dg pengaturan pencadang-an kawasan lindung, kawasan konservasi, jalur hijau: UU No. 22/1992 tentang Tata Ruang; Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 2002, tentang Hutan Kota, dll. SNI-1733 – Perencanaan Kawasan Perumahan Kota • Kebijakan penataan ruang yang langsung mengatur pengurangan emisi CO2 masih sedikit. kebijakan Hutan kota tipe kawasan permukiman adalah hutan kota yang dibangun di atas areal permukiman yang berfungsi sbg penghasil oksigen, penyerap CO2, peresapan air dan penahan angin • Besaran luasan hutan kota belum di atur dlm peraturan/standar nasional. Naskah ilmiah yang telah membahas tentang metode perhitungan luasan hutan kota: • Alokasi hutan kota berbagai negara: 10% - 60% • Kebutuhan ruang terbuka per penduduk beberapa negara

  36. kebijakan Kebutuhan Ruang Terbuka di Berbagai Negara Formula L = aV + bV 20 L = Luasan hutan kota V = Jumlah penduduk W = Jumlah kendaraan 20 = Tetapan A = Kebutuhan Oksigen/orang (Kg/jam) B = Rata-Rata kebutuhan oksigen kendaraan bermotor (Kg/jam)

  37. kebijakan Mataram • Lahan konservasi atau jalur hijau terletak pd kawasan sekitar daerah aliran sungai & pantai (sempadan sungai & pantai 10 – 15 M). • Alokasi kawasan pertanian, stlh dikurangi lahan u/ pengembangan kota. • Alokasi ruang u/ jalan 20%, utilitas 15%, jalur hijau (open space) 20%. • Penyediaan taman kota & ruang terbuka hijau • Peletakan taman di pusat kota u/ sbg paru-paru kota • Pendistribusian taman & ruang terbuka yang dpt memberikan pelayanan maksimal bagi masyarakat & dapat menambah niliai estetika kota • Pemanfaatan ruang terbuka sbg sarana olah raga • Pemanfaatan fasilitas kuburan & lahan pertanian sbg ruang terbuka hijau • Pemanfaatan jalur hijau di sepanjang aliran sungai sbg kawasan limitasi/ konservasi u/ menyangga perkembangan fisik kota (sempadan 10-15 m) • 2 pola pergerakan: rutin & temporal melalui penataan pusat2 kegiatan. • Pemisahan terminal regional dr terminal lokal • Efisiensi penggunaan tenaga listrik melalui rehabilitasi sisitem yang ada, kualitas tegangan pd titik beban, efisiensi sistem, fleksibilitas sistem.

  38. kebijakan Bandung • Memperkecil/membatasi pertumbuhan baru & menjaga kelestarian wilayah utara • Konservasi & rehabilitasi lahan daerah hulu sungai & pengaman sungai • Penyebaran penduduk lebih merata dikaitkan dg pengembangan kawasan • perluasan & penyebaran tempat-tempat bekerja • Optimasi mode transportasi & memfungsikan kembali angkutan kereta api • Industri rendah pencemaran & pemindahan ke bagian timur. • Pembatasan penyediaan air, pemboran air tanah dalam. • Perlindungan kelestarian lingkungan dg prioritas: • - pembatasan pembangunan fisik Bandung Utara; • - pengamanan wilayah lintas (wilayah rawan hidrologis, lahan kritis) • Pengembangan jalur hijau kota (taman, hutan buatan, hutan lindung, margasatwa, • kawasan olah raga) • Pembatasan konversi kawasan produktif (pertanian subur). • Pengenbangan jaringan jalan baru di pusat pengembangan sekunder u/ tujuan • mendorong pusat pengembangan sekunder tersebut

  39. kebijakan Makassar • Penentapan bbrp kawasan menjadi kawasan lindung yang meliputi: perlindungan setempat, suaka alam & cagar budaya, serta kawasan rawan bencana. • Pengembangan kawasan budidaya : kawasan hutan produksi, pertanian & wisata • Alokasi ruang u/ guna lahan wisata, daerah sempadan, konservasi, RTH, rawa & sungai ( 22% dari total guna lahan). • Rencana pengaturan kerapatan penduduk, bangunan, KDB, & KLB pd setiap BWK • Penerbitan & menghentikan izin trayek angkot/pete-pete baru. • Pengembangan fasilitas pejalan kaki • Pengembangan jaringan jalan, terutama jalan lingkar luar dan jalan lingkar dlm sbg alternatif u/ mengurangi beban jalan & kemacetan lalu lintas. • Pengaturan sistim jaringan jalan sbb: • - Jln arteri & kolektor tdk memotong unit lingkungan permukiman skala 2500 pndk; • - Jalan kolektor melewati pusat-pusat lingkungan berskala 30.000 penduduk; • - Jalan lokal menghubungkan antar pusat lingkungan berskala 2.500 penduduk

  40. kebijakan Malang • Tata ruang diarahkan pd peningkatan kualitas permukiman & distribusi kepadatannya • Penentuan kawasan & jenis industri dg pertimbangan aspek lingkungan & struktur • ruang (industri non-polutan & berlokasi pd kawasan yang memenuhi syarat) • Mempertahankan & membangun tempat olah raga baru di setiap wilayah kecamatan • Membangun jaringan jalan berhirarki. • Penetapan sempadan bangunan sesuai dengan kelas jalan • Pembangunan trotoar jalan u/ mendorong warga berjalan kaki perjalan jarak dekat • Peremajaan angkot secara periodik & konsisten • Pengembangan & peningkatan kualitas TPA&TPS, RTH diluar kaw. terbangun min • 30% thdp luas total Kota termasuk u/ konservasi, keberadaan sawah dsb. • Kawasan sktr industri, disediakan RTH dg KDB max 50%, sisanya u/ sirkulasi & RTH • dg jenis tanaman yang berfungsi buffer thdp polusi udara & suara. • Kawasan lindung, dikembangkan sbg jalur hijau (kawasan penyangga & paru-paru • kota, bantaran sungai, sepanjang rel KA, tegangan tinggi & kawasan konservasi lain). • Kawasan terbangun disediakan RTH: kawasan padat 10%, kaw. sedang 15%, kaw. rendah min 20 % • Pengendalian KDB & KLB kawasan terbangun sesuai sifat & jenis penggunaan. • Bangunan yang telah/akan dibangun disyaratkan membuat sumur resapan. • Pengembangan kawasan resapan u/ menampung buangan air hujan dr sal. drainase.

  41. Emisi CO2 Tabel Emisi CO2 Secara Total

  42. kebutuhan kebijakan

  43. penutup • Perangkat lunak sbg landasan kebijakan daerah u/ pengendalian emisi CO2 secara tidak langsung sudah tersedia, antara lain: • pengaturan kepadatan penduduk dan bangunan; • penetapan kawasan lindung (perlindungan setempat, hutan kota, jalur hijau, taman kota, sempadan, dll); • pengaturan jaringan jalan; • distribusi pusat-pusat kegiatan; • pengaturan luas kapling rumah. • pengaturan tata bangunan (RTBL) • Pengendalian implementasi kebijakan tata ruang, RTBL, pembatasan kepemilikan kendaraan, himbauan penemuan teknologi produksi yang rendah emisi menjadi hal yang penting dalam menekan faktor-faktor dominan emisi co2.

  44. PERILAKU PENGGUNAAN MODA, DALAM KAITAN DENGAN JARAK DAN AKTIVITAS • kebutuhan energi melalui jarak tempuh, moda dan aktivitas, dapat dilakukan dengan mengurangi kebutuhan transportasi, diantaranya melalui tatanan ruang mix use. • Perilaku penggunaan moda harus dikaitkan dengan pendapatan walaupun pembandingan kedua lokasi dilakukan pada kawasan yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. • Pola hidup yang berbeda, maka pemakaian energi baik untuk menunjang aktivitas maupun kebutuhan sehari-hari akan berbeda.

  45. Penutup • Besaran emisi CO2 di lingkungan perumahan dalam kaitan dengan tata ruang perumahan perkotaan, sangat erat kaitannya dengan : • penentuan jarak capai, • moda yang digunakan dan frekuensi • Kebijakan • sarana prasarana yang ada.

  46. RIHS NILIM Kondominium Al Maksum SZK Mall

More Related