1 / 25

O P I O I D Analgesik narkotik

O P I O I D Analgesik narkotik. Ramadhani RB ,dr., MKes. MORFIN , HEROIN. Kegunaan Klinik: (sedikit) ; abuse (banyak) Analgesia : untuk nyeri berat Supplement intra /ekstra anestesi (morfin, mepheridin, fentanil, sufentanil) Anti tussif Anti diare Post-op : untuk mengontrol nyeri

winona
Download Presentation

O P I O I D Analgesik narkotik

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. O P I O I DAnalgesik narkotik Ramadhani RB ,dr., MKes

  2. MORFIN , HEROIN • Kegunaan Klinik: (sedikit) ; abuse (banyak) • Analgesia : untuk nyeri berat • Supplement intra /ekstra anestesi (morfin, mepheridin, fentanil, sufentanil) • Anti tussif • Anti diare • Post-op : untuk mengontrol nyeri • (severe cardiac pain, renal&biliary colic)

  3. Analgesik • Resp. depression µ1 = H • GIT motility aktifasi µ rec. • Euphoria µ2 = L Dosis analgesik , belum terjadi resp.depression.

  4. MekanismekerjaOpioid( Analgesia) • Lokasi reseptor: pada neuron aferen primer ( primary afferent), neuron transmisi nyeri spinal cord (ascending pathway) dan pd midbrain dan medulla

  5. Euphoria M.o.a: Euphoria, Tranquility dan perubahan2 mood belum jelas. • Dari percobaan: injeksi µ opioid ke tegmentum ventralis  mengaktifkan dopaminergic neuron (berproyeksi). • Pathway ini yang diduga menginduksi euphoria.

  6. Acute OpioidToxicity • Clinical overdosage • Accidental overdosage pd addict • Usaha bunuh diri. Dosis tepat keracunan : tolerant/ non-tolerant individu. (s/d 4,9 gr) per-oral / par-enteral morfin utk analgesik P.O > 120mg; i.v 30mg

  7. Gejala toksik akut: • Stupor, coma • RR 2-4x/menit • Cyanosis • Pin-point pupil • Urine formation menurun. • Temp.tubuh menurun • Konvulsi (anak2)

  8. TRIAD(Coma, Pin-point, Depressed Resp.) • MIOSIS: Exitatory action on the autonomic segment of the nucleus of Oculomotoric nerve. (sphincter pupillae, ciliary m.  PANS; m.dilator pupillae  SANS) • COMA : Penekanan RAS ( siklus bangun dan kesadaran )  penurunan kesadaran.

  9. Depressed Respiration. (penyebab kematian pd umumnya) Terkait dengan rec.yang ada di brainstem resp.centre (µ & đ) Resp.centre depression (ventral& dorsal ncl.di brainstem) Resp.Rate

  10. Table 40.1 Functional effecs associated with the main types of opioid receptor µ δ κ Analgesia • Supraspinal +++ - - • Spinal ++ ++ + • Peripheral ++ - ++ • Respiratory depression +++ ++ - • Pupil constriction ++ - + • Reduced GI motility ++ ++ + • Euphoria +++ - - • Dysphoria - - +++ • Sedation ++ - ++ • Physical dependence +++ - +

  11. Gastro Intestinal Tract: Konstipasi. Efeknya pada reseptor opioid di sist. syaraf enteric  peristaltik menurun. Efek kuat dan sebagai alasan utk pengobatan diare.

  12. Over dosis,TRIAD: - Miosis - Koma dan - Depresi nafas Konfirmasi dg inj.Naloxone  recovery segera Tx: Antagonist dan ventilasi jln nafas.

  13. Penggunaan klinik 1. Analgesik : Indikasi untuk nyeri berat. mis: Kanker pada stadium lanjut. Dlm keadaan akut ,agonis kuat diberikan parenteral. Untuk memper panjang analgesia dan mengurangi E.S morfin diberikan epidural. 2. Menekan reflek batuk: Kodein, dextromethorphan diberikan per-oral. 3. Diarrhea 4. Odem pulmonal akut (?)

  14. 5. Anestesia: preoperatif dan intraoperatif. Morfin dosis tinggi i.v sering dlm komposisi utama anestesi pd op.jantung. 6. Ketergantungan opioid (Rehabilitasi): Methadone, long acting , untuk mengatasi withdrawal syndrome, dan dalam program mengatasi adiksi dosis untuk maintenance.

  15. Morfin • Absorbsi: inhalasi,p.o & par-enteral • Efek: drowsiness,mengantuk, euphoria,depresi pernafasan, depresi pusat batuk • Toleransi (+) • Miosis (+)

  16. Samb.Morfin • Pada G.I.T: • Gastric emptying time me • Gerakan usus • Tonus usus • Sal.empedu : konstriksi. Morfin kurang tepat utk terapi nyeri spasme sal.empedu! • Tensi menurun bronkokonstriksi (Asma!!) • Ureter konstriksi(th/ nyeri kolik ureter(?!)

  17. Tanda2 keracunan akut Morfin Koma Sianosis Pernafasan dangkal Pin point pupil Terapi: N A L O X O N

  18. Heroin (Diacetyl Morphine) • Analgesic & Euphorant kuat • Menyebabkan adiksi paling kuat • Mekanisme kerjanya, sama dengan Morfin • Diamorfin diubah menjadi Morfin di otak • Gejala muntah < Morfin • Ketergantungan, Toleransi > Morfin • Sediaan “Freeze-dried” : Jml banyak dapat dilarutkan/ suntikkan dg sedikit air.

  19. Difenoksilat & Loperamid • Difenoksilat: • Digunakan untuk anti-diare, tdk untuk analgesiknya (kombinasi dg Atropin: Lomotil* • P.o > par-enteral Loperamid (Immodium*) • untuk mengontrol diare • Penyalahgunaan sdkt, sulit mencapai otak. • Dosis dimulai 4mg 2 mg tiap pengeluaran tinja diare.

  20. ANTAGONIS : Nalokson • Turunan Morfin • P.o Absorbsi jelek • Afinitas tinggi terhdp reseptor μ(mu) • Efek antagonis (onset of action/o.o.a) 1-2 menit. • Pada terapi over dosis (OD) menyebabkan kesadaran ;depresi nafas (-); pupil kembali N (normal)

  21. Tidak menyebabkan adiksi • Tidak ada gejala putus obat bila dihentikan penggunaannya. • Penggunaan klinik Nalokson : • Waspadai kerjanya singkat  setelah sembuh dari depresi parah ,1-2 jam kembali koma • Dosis: 0,1-0,4 mg i.v diulang sesuai keperluan.

  22. Kodein (Methyl morphine) • Analgesik < morfin • Antitusif (+) • Toleransi lambat, adiksi jarang • Efek GIT: Tr.urinarius; konstipasi; Nausea << dari morfin • Dosis 60 mg per-oral/inj

  23. Terimakasih

More Related