190 likes | 434 Views
INDUCTIVE AND DEDUCTIVE REASONING. Dedy Djamaluddin Malik (Kuliah ke-4). INDUCTIVE REASONING. Penalaran induktif adalah proses berpikir yang diambil dari bukti-bukti faktual dari satu genus sehingga terbentuk satu kesimpulan atas seluruh genus.
E N D
INDUCTIVE AND DEDUCTIVE REASONING Dedy Djamaluddin Malik (Kuliah ke-4)
INDUCTIVE REASONING • Penalaran induktif adalah proses berpikir yang diambil dari bukti-bukti faktual dari satu genus sehingga terbentuk satu kesimpulan atas seluruh genus. • Kesimpulan yang berasal dari penalaran induktif disebut dengan hipotesis (jawaban sementara). • Kesimpulan (conclusion) dari penalaran induktif tidak bersifat “pasti benarnya”. • Kesimpulan penalaran induktif sering bersifat “probabilistik”(kemungkinan).
SIGNIFICANCE OF INDUCTIVE REASONING • Induksi membawa kita ke dalam fakta-fakta nyata dalam kehidupan kongkrit sehingga terhindar dari argumen berdasarkan asumsi. • Induksi akan mendorong kita cermat dan berhati-hati membuat kesimpulan yang tergesa-gesa dan sembrono atas satu realitas. • Dengan induksi kita dapat membuat prediksi dan penyimpulan yang akan mendasari proses bernalar deduktif.
INDUCTIVE REASONING PROCESS • Observasi (observation) • Jumlah sampel (number sampling) • Penalaran analogis (analogical reasoning) • Pengenalan yang berpola (pattern recognition) • Penalaran sebab-akibat atau kausal (causal reasoning) • Penalaran statistik (statistical reasoning)
OBSERVATION • Ada realitas yang ditangkap (attention to certain reality) • Timbul isu • Terjadi konseptualisasi dan definisi • Timbul kategorisasi • Lahir klasifikasi • Lahir penyimpulan
NUMBER SAMPLING • Jumlah sampel harus memadai • Kriteria kelayakan sampel harus sesuai dengan teknik pengambilan sampling: (1) sistematic sampling; (2) simple random sampling; (3) stratified random sampling; (4) cluster sampling. • Non random sampling: (1) convenience sampling; (2) quota sampling; (3)purposive sampling.
ANALOGICAL REASONING PRINCIPLES • RELEVANSI KEMIRIPAN • JUMLAH KEMIRIPAN • TINGKAT DISANALOGI • TINGKAT KONTRA ANALOGI • PERBEDAAN ANALOGATE • KEKHASAN KESIMPULAN
PATTERN RECOGNITION • Persepsi orang tentang realitas bisa berubah bila dikondisikan secara terpola. • Pola pengenalan dan pengubahan manusia terhadap realitas perseptual dapat dikondisikan sebagaimana yang dilakukan kepada binatang. • Conditioning (pelaziman/pembiasaan) dapat mengubah persepsi, sikap dan perilaku orang atas realitas.
INDUCTIVE PRINCIPLES • Prinsip keseragaman alam (nature uniformity). Dalilnya, alam punya hukum yang sama dan seragam. Air itu memadamkan api; api hakikatnya membakar; semua logam tenggelam dalam air; • Prinsip identitas. Tiap realitas memiliki identitasnya masing yang unik dan disting. Identitas Tuhan misalnya, tidak bisa disamakan dengan yang lain. “Anda sebagai person, tidak bisa disamakan dengan orang lain. • Prinsip alasan yang mencukupi (self-sufficient condition). Tiap “being” (yang ada, realitas) harus ada alasan yang mencukupi atas keberadaannya. Orang jahat pasti ada alasan rasionalitasnya. • Prinsip kausalitas. Apapun yang terjadi dalam realitas pasti ada penyebabnya. Sebab mendatangkan akibat. • Prinsip tidak ada kemungkinan lain. Jika A salah, maka A tidak dapat benar. Diantara dua kontradiksi tak ada jalan tengah. Tak bisa sebagian salah dan/atau sebagian benar.
FORMAL METHOD OF INDUCTIVE • OBSERVASI • EKSPERIMEN • HIPOTESIS • VERIFIKASI • APLIKASI
INDUCTIVE EXAMPLES • Bukti (evidence) 1: John dekat dengan dosen X dan nilainya A. • Bukti 2: Rika dekat dengan dosen X dan nilainya A. • Bukti 3: Suryo dekat dengan dosen X dan nilainya A. • Kesimpulan (conclusion): Bila saya dekat dengan dosen X, maka nilai saya pun akan mendapat nilai A.
INDUCTIVE FALLACIES • Hasty generalization: kekeliruan bernalar induktif akibat dari ketidakcukupan sampel atau analisis statistik yang digunakan. • Confusing cause and effect: kejadian A dan B dalam waktu yang bersamaan (secara kebetulan) dianggap A menyebabkan B. • False analogy: kekeliruan mempersamakan genus yang tidak sejenis: isteri >< anjing. • Guilt by association: dalil atau penyimpulan ditolak karena kita tidak suka dengan orangnya, meskipun benar. 1+2=3. Kata Setan, Fir’aun dan Hitler: 1+2=3. • Slippery slope: once you are being late. Next time you will be come late. Satu peristiwa yang terjadi skrg akan berulang di kemudian hari.(non sequitur).
DEDUCTIVE REASONING • Penalaran yang diambil dari proposisi atau dalil-dalil umum (general) ke proposisi atau dalil-dalil khusus (specific). • Validitas kesimpulan (conclusion) sangat bergantung pada premis mayor dan premis minor. • Tidak mungkin kesimpulan “cacat”(invalid) bila premis mayor dan premis minor valid.
DEDUCTIVE SYLLOGISM • Premis mayor (major premise): adalah dalil atau asumsi umum yang sudah diketahui kebenarannya secara valid. • Premis minor (minor premise): adalah contoh spesifik yang berkaitan dengan dalil atau asumsi dari premis mayor. • Kesimpulan (conclusion): pengambilan kesimpulan berdasarkan urutan logis dari premis mayot dan premis minor.
SYLLOGISM EXAMPLE • Premis mayor: All man are mortal (General principle) • Premis minor: Plato is man (specific instance) • Conclusion: Plato is mortal (follows logically from the major). • Argumentasi yang valid merupakan kesimpulan yang diambil dari premis mayor dan minor. • Kesimpulan akan valid bila premis mayor dan minor tidak memiliki “cacat”(invalid).
VALIDITY AND TRUTHFULLNESS • Valid adalah kebenaran yang mengikuti urutan logis dari premis mayor dan minor. • Validity adalah pengamatan dan pengujian yang konsisten berdasarkan kriteria nalar obyektif yang diterima komunitas ilmiah. • Truth adalah kesesuaian pernyataan dengan realitas obyektif: (1) beleivable: (2) provable; (3) testable. • Truthfullness: pengakuan dari hasil akal budi manusia atas kebenaran baik secara rasional maupun empiris.