770 likes | 1.26k Views
EMERGENCY CASES IN DERMATOLOGY. Oki Suwarsa Department of Dermato-Venereology Medical School of Padjadjaran University. 1. Stevens Johnson’s Syndrome 2. Toxic Epidermal Necrolysis 3. Pemphigus vulgaris 4. SSSS. STEVENS-JOHNSON’S SYNDROME. Definition : Syndromes Skin
E N D
EMERGENCY CASES IN DERMATOLOGY Oki Suwarsa Department of Dermato-Venereology Medical School of Padjadjaran University
1. Stevens Johnson’s Syndrome • 2. Toxic Epidermal Necrolysis • 3. Pemphigusvulgaris • 4. SSSS
STEVENS-JOHNSON’S SYNDROME Definition : Syndromes Skin Orificial and ocular mucosa Varied general state: mild --- severe Synonym : erythema multiforme mayor Etiology : Systemic drug-induced allergy Infection Neoplasm Pathogenesis : type I-IV
DIAGNOSIS : • Mild severe decreased consciousness soporous coma • TRIAD : • Skin disorder • Orificial mucous disorder • Opthalmic disorder • Skin : erythema , papules, vesicles, bullae, erosion, purpura • Mucosa : • Mouth : 100% • Genitalia : 50% • Anus/nose : 4 - 8 %
Eye Disorder : • 80% conjuctivitis catarrhalis • Corneal ulcer • Iritis, Iridocyclitis • Complication : • Bronchopneumonia • Loss of body fluid shock • Eye blindness, lacrimation
Stevens-Johnson Syndrome
THERAPY : • Care,General state, Infuse • Corticosteroid life saving • 4-6 x 5 mg/day critical period (3days) • Get decreased to be 5mg/day per day 1x5 mg • Antibiotics (carefully) • PROGNOSIS : • Take action immediately,and appropriately good prognosis • Death 5 – 15 %
Toxic Epidermal Necrolysis Oki Suwarsa Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung
DEFINISI • Toxic Epidermal Necrolysis(TEN)/Lyell’s syndrome • Keadaan mengancam jiwa di bidang dermatologi • Mengenai kulit, mukosa, & organ dalam • Disertai gejala konstitusi • Sering disebabkan alergi obat • Kelainan kulit: bula, epidermolisis & erosi
TEN dan Steven Johnson Syndrome(SJS) dibedakan dari luas epidermolisis/erosi/bula
EPIDEMIOLOGI • Insidensi TEN: 0,4-1,2 kasus per juta populasi pertahun • SJS : SJS-TEN : TEN = 3 : 2 : 1 • TEN tersebar luas di seluruh dunia • ♀ : ♂ = 2 : 1 • Terutama pada dewasa, jarang pada anak
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung tahun 2008 : 9 penderita SJS-TEN & TEN • Semua dewasa, usia 15-72 tahun • 6 ♂ & 3 ♀ • Insidensi pada HIV-AIDS
ETIOLOGI • Reaksi terhadap obat (80-95% kasus) • Obat tersering penyebab TEN : Sulfonamid, antikonvulsi, NSAID • Kelompok kedua tersering : Antimalaria, allopurinol dan lain-lain • Infeksi • Vaksinasi • Graft-versus-host disease • Idiopatik (<5%)
ETIOLOGI • Mencari penyebab pasti TEN sulit: • Diagnostik invitro, skin test tidak menolong • Tes invivo tidak dilakukan karena etik • Etiologi: • Anamnesis • Bukti-bukti empiris
High risk Allopurinol Sulfamethoxasole Sulfadiazine Sulfapyridine Sulfadoxine Sulfasalazine Carbamazepine Lamotrigine Phenobarbital Phenitoin Phenylbutazone Nevirapine Oxicam NSAID Thiacetazone Obat-obat penyebab SJS-TEN
Lower risk Acetic acid NSAIDs (Diclofenac) Aminopenicillins Cephalosporins Quinolons Cyclins Macrolides Dapat menjadi penyebab Parasetamol (acetaminophen) Pyrazolone analgesics Corticosteroids Other NSAIDs (except aspirin) Setraline Obat-obat penyebab SJS-TEN
Obat-obat penyebab SJS-TEN • Belum terbukti sebagai penyebab • Aspirin • Sulfonylurea • Thiazide diuretics • Furosemide • Aldactone • Calcium channel blockers • ß Blockers • Angiotensin-converting enzyme inhibitors • Angiotensin II receptor antagonists • Statins • Hormones • Vitamins
Data RSUP. Dr. Hasan Sadikin tahun 2008 • Obat-obatan yang diduga menyebabkan SJS overlapping TEN dan TEN pada 9 penderita (5 SJS-TEN & 4 TEN): • Karbamazepin & parasetamol terbanyak (5 kasus) • Karbamazepin • Allopurinol • Parasetamol • Amoksisilin • Ibuprofen • Siprofloksasin • Fenobarbital • Khloramfenikol
Sulfa & co-trimoxazole paling banyak 1-10 / 100.000 (rasio relatif 172) • Obat-obat antikonvulsan: karbamazepin, fenitoin dan barbiturat (rasio relatif 11-15) • Karbamazepin sering 14 / 100.000 • Hidantoin sebab utama pada anak • Negara dunia ketiga antituberkulosa • Tahun-tahun terakhir nevirapin
PATOGENESIS • Reaksi sitotoksik destruksi keratinosit yang telah ditempel antigen (obat) • Onset : 1-45 hari (± 14 hari) • Paparan berulang lebih singkat • Obat mengaktivasi sel T (CD4+ & CD8+) IL-5 • Epidermal injury dasar apoptosis • Cairan bula limfosit T CD8+ & TNF-α
PATOGENESIS • TNF-α destruksi epidermis • Induksi apoptosis secara langsung • Menarik sel efektor sitotoksik • Makrofag & keratinosit sumber TNF-α • Obat (hapten) + protein antigen menempel pada permukaan keratinosit dimodifikasi menjadi peptida dipresentasikan oleh MHC-I & MHC-II • Fas (Ag) pd keratinosit berikatan dg Fas Ligand Apoptosis
Gejala prodormal tidak spesifik (hari ke 1-14) umumnya 3 hr sebelum manifestasi pada kulit Panas badan Malaise Nyeri kepala Rhinitis Batuk Nyeri menelan Nyeri dada Mual Muntah Diare Mialgia Atralgia MANIFESTASI KLINIK
MANIFESTASI KLINIK • Onset tiba-tiba, (1-45 hari) umumnya 7-21 hari setelah minum obat • Pada pengulangan obat • Dapat terjadi dalam 2 hari, • Menyebar generalisata, • Mengenai mukosa, • Disertai gejala konstitusi • Keterlibatan organ-organ dalam
MANIFESTASI KLINIK • Kelainan kulit • Makula eritem • Bula kendur (Nikolsky sign +)
MANIFESTASI KLINIK • TEN • menyebar secara cepat dan ekstensif ke seluruh tubuh • Berupa eritem difus, bula mudah pecah, epidermolisis, & erosi (epidermolisis 30-90%) • TEN berat kuku jari tangan, kaki, alis, & bulu mata dapat lepas
MANIFESTASI KLINIK • 90 % terdapat Kelainan pada membran mukosa (minimal pada 2 tempat) • Mukosa mulut: bukal, palatum, vermilion border hampir selalu terkena • Mukosa konjungtiva bulbi & anorektal lebih jarang terkena • Pada 40 % mengenai ketiga mukosa
MANIFESTASI KLINIK • Lesi oral • nyeri sekali, sulit makan & bernafas , hipersalivasi • Dapat meluas ke ginggiva, lidah, faring, lubang hidung, laring, esofagus & respiratory tree • Konjungtiva • vesikulasi, erosi yang nyeri, & lakrimasi bilateral • Jarang konjungtivitis purulen, fotofobia, ulserasi kornea, uveitis anterior, & panoftalmitis
MANIFESTASI KLINIK • Lesi pada genital lebih sering • Gejala bula hemoragik yang nyeri • Lesi erosif atau purulen pada fosa navikularis & glans penis atau vulva & vagina • Retensi urin & phimosis
MANIFESTASI KLINIK • Organ tubuh lain • Paru-paru • Saluran pencernaan • ginjal
LABORATORIUM • Analisa gas darah : • Kadar bikarbonat serum < 20 mM prognosis buruk • Kadar elektrolit, albumin, & protein : • Ketidakseimbangan elektrolit • Hipoalbuminemia • Hipoproteinemia • Insufisiensi renal ringan
LABORATORIUM • Kadar urea nitrogen darah penyakit berat • Anemia, lekositosis, trombositopenia • Neutropenia prognosis buruk • Kadar gula darah, SGOT, SGPT, & amilase dapat
HISTOPATOLOGI • Apoptosis keratinosit pada suprabasal Epidermolisis • Infiltrasi limfosit (limfosit T CD8+) & makrofag yang moderat pada papila dermis
DIAGNOSIS BANDING • Most likely • Epidermolisis terbatas: eritema multiforme mayor, varisela • Epidermolisis luas: Acute Generalized Exanthematous Pustulosis (AGEP), Generalized bullous fixed drug eruption
DIAGNOSIS BANDING • Consider • Paraneoplastic pemphigus • Linear IgA bullous disease • Pressure blister after coma • Phototoxic reaction • Graft-versus host disease
DIAGNOSIS BANDING • Always rule out • Staphylococcal scalded skin syndrome • Thermal burns • Skin necrosis from disseminated intravascular coagulation or purpura fulminants • Chemical toxicity (colchicine intoxication, methotrexate overdose)
KOMPLIKASI • Fase akut sepsis sebab utama kematian • Multy organ failure (MOF) 30% • Komplikasi pada paru-paru 15% • Komplikasi pada mata 20-75% (late ophthalmic complication) • Fibrosis • Entropion • Trichiasis • Simblefaron
kuku 50% Pigmentasi pada nail bed Dystrophic nails Anonikia Komplikasi sering Dyspareunia Adhesi genital perlu tindakan bedah Komplikasi jarang Striktur esofagus, Striktur intestinal Striktur bronkial Striktur uretral Striktur anal KOMPLIKASI
PENATALAKSANAAN • Penatalaksanaan tidak hanya dengan obat-obatan, tetapi harus terpadu • Stop obat-obat yang dicurigai • bila ragu-ragu semua obat-obatan dalam 8 minggu terakhir yang bukan life saving harus dihentikan
PENATALAKSANAAN • Atasi keadaan umum • Bila epidermolisis luas rawat di unit luka bakar atau ICU • Atasi keseimbangan hemodinamik & elektrolit • Antibiotik profilaksis tidak dianjurkan • Mata harus diperiksa setiap hari oleh oftalmologis • Mulut dicuci dengan antiseptik kumur
PENATALAKSANAAN • Dapat diberikan kortikosteroid (KS), IVIG, siklofosfamid, siklosporin, plasmaferesis, dan anti TNF sesuai dengan keadaan. Pemberian kortikosteroid masih kontroversi • Belum ada patokan dosis yang pasti • Jerman & Jepang kortikosteroid first line therapy
Jepang : • Metil prednisolon 80 mg atau 1 gr diturunkan 70 mg, 60 mg, 40 mg, 30 mg, 20 mg, stop • Bila tidak responsif IVIG 20 gr atau lebih/hari selama 3 hari atau plasmaferesis
PENATALAKSANAAN • Kepustakan lain • Metil prednisolon 1-2 mg/KgBB/hari Atau 3-4 mg/kgBB/hari • Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNPAD/RSHS • KS pada TEN dimulai dengan deksametason IV 40 mg, yang kemudian diturunkan cepat 30 mg 20 mg 10 mg 5 mg stop • Alternatif terapi : • Siklosporin, siklofosfamid, dan anti TNF
PROGNOSIS • Mortalitas • SJS 5-12% • TEN > 30% • SCORTEN dinilai pada hari ke 3 sebagai acuan