260 likes | 696 Views
MUQODIMAH. MIN MUQOWIMAT AL-NAFSIYYAH AL-ISLAMIYYAH. Aqliyah: Cara yang digunakan untuk memikirkan sesuatu, cara mengeluarkan keputusan hukum berdasarkan kaidah tertentu yang diyakini/diimani. Nafsiyyah:
E N D
MUQODIMAH MIN MUQOWIMAT AL-NAFSIYYAH AL-ISLAMIYYAH
Aqliyah: Cara yang digunakan untuk memikirkan sesuatu, cara mengeluarkan keputusan hukum berdasarkan kaidah tertentu yang diyakini/diimani. Nafsiyyah: Cara yang digunakan untuk memenuhi tuntutan naluri & kebutuhan fisik berdasarkan kaidah yang diyakini/diimani SYAKHSIYYAH:
Aqliyyah dan Nafsiyyah Islamiyyah, keduanya harus dibentuk, bukan hanya salah satunya!
Pembentukannya: • Membentuk dan mengokohkan aqidah Islam pada individu • Menjadikan aqidah Islam asas bagi aqliyah dan nafsiyyah: • Hanya mau mengmbil keputusan tentang benda/perbuatan sesuai dengan hkm syara • Hanya memenuhi tuntutan naluri dan kebutuhan fisik sesuai dengan hkm syara
Ketika sudah terbentuk: • Tidak berarti tidak pernah melakukan kesalahan mohon ampun , berupaya tidak mengulangi • Perlu melakukan upaya peningkatan (irtifa’) aqliyyah (dengan penambahan tsaqofah) dan peningkatan nafsiyyah (dengan peningkatan ketaatan, perbanyakan amal)
Kitab ini menyajikan point-point penting dalam peningkatan nafsiyyah, sebagai bagian dari upaya mengokohkan syakhsiyyah para pengemban dakwah
Pentingnya meningkatkan nafsiyyah: • Cobaan dakwah datang terus bertubi-tubi dan terus meningkat harus punya kepribadian yang kokoh dalam menghadapi cobaan, bahkan semakin kokoh setelah melewati cobaan • Pertolongan dalam meraih kemenangan (tegaknya DKI) hanya diberikan kepada kekasih Allah, sebagaimana para shohabat Rasul saw
Mengapa harus bersegera ? • Allah memerintahkan untuk segera mendapatkan ampunan dan mendapatkan surga yang hanya disediakan bagi orang yang bertaqwa (QS Ali Imron :133) • Orang-orang mukmin yang beruntung, mendapat kemenangan adalah mukmin yang bertaqwa, yang menjawab: “kami mendengar dan kami patuh” ketika dipanggil kepada Allah dan rasulNya (QS An-Nur: 51-52)
Tidak patut bagi orang beriman untuk punya pilihan lain ketika Allah dan rasulNya sudah memutuskan sesuatu (QS al-Ahzab:36) • Tidak beriman seseorang sampai ia menjadikan Rasul saw sebagai hakim, ia menerima keputusan tanpa keberatan di hati, menerima dengan sepenuhnya
Takut akan api neraka dan penghidupan yang sempit di akhirat karena mengabaikan syariat di muka bumi (QS at-tahrim:6 , Thaha:123-126) • Bersegera beramal karena fitnah mungkin muncul kapan saja (HR Muslim dari Abu Hurairah)
Contoh bersegeranya Rasul saw dan para shahabat melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan pada setiap contoh harus bisa dibayangkan bahwa mereka secara manusiawi juga pasti menghadapi kendala namun karena mereka sudah menghayati ayat dan hadist yang sudah dibahas sebelumnya, mereka bisa ringan dan segera melaksanakan syariat. bagaimana dengan saya ? Apa yang membuat saya tidak bersegera ?
Bagaimana cara memeliharanya ? • Terus dalam kesadaran bahwa Al-Qur’an adalah wahyu dari Allah, mu’jizat yang sampai kepada kita secara mutawatir, terjaga kemurniannya sampai akhir zaman bagaimana mungkin kita mengabaikan Al Qur’an, bekal yang begitu penting dalam kehidupan kita???
Memperbanyak qiroat Al-Qur’an &tadabbur: membaca dari awal sampai akhir kemudian memulainya lagi dari awal, dst. • Mempelajari isinya • Menghafalnya • Mengamalkannya • Mengajarkannya pada orang lain/mendakwahkannya.
Apa makna cinta pada Allah dan RasulNya? • Ibnu Arafah berkata: Cinta menurut orang Arab adalah menghendaki untuk meraihnya (dalam hal ini ingin sekali meraih ridlonya) • Al Baidlowi berkata: cinta adalah keinginan untuk taat • Al Zujaj : cinta manusia kepada Allah dan Rasulnya adalah menaati keduanya dan ridha terhadap segala perintah Allah dan segala ajaran yang dibawa Rasulullah saw
Bagaimana membentuk kecintaan? • Menyadari bahwa cinta kepada Allah dan Rasul tidak bersifat ghoriziy, tidak muncul dengan sendirinya, namun muncul karena mafhum harus kenal Allah dan sifat-sifatnya, harus kenal Rasul, kepribadiannya yang agung,jasa dan perjuangannya untuk Islam dan kaum muslimin Bagaimana mungkin kita tidak mencintai dzat dan mahluk yang begitu mencintai diri kita ?
Derajat cinta yang harus dibentuk ? • Lebih mencintai Allah dibanding hal-hal lain di muka bumi (QS 2:165, QS 9:24, 3 hadist mutafaq ‘alaih dari Anas ra)
Contoh-contoh shahabat: • Di setiap contoh harus bisa dirasakan bahwa shahabat mampu mengabaikan kecintaannya terhadap diri mereka, keluarganya, dll karena mereka sangat mencintai Allah dan RasulNya • Kalau kita belum mencintai Allah dan RasulNya sebagaimana cinta mereka, apa belum sempurna dalam diri kita? Apakah kita belum benar-benar mengenal Allah dan RasulNya?