E N D
MODUL 7BANTUAN HIDUP DASAR DEWASA, ANAK & BAYITIM PELATIHKEPERAWATAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT BASIC -DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATANDITJEN BINA PELAYANAN MEDIKDEPKES RI2007
Otak tidak dapat O2mati Jantung “3 – 8” menit
Keterlambatan BHD Keterlambatan Kemungkinan BHD berhasil 1 menit 98 dari 100 3 menit 50 dari 100 10 menit 1 dari 100
Indikasi BHD • Henti napas. • Henti jantung
Tujuan BHD • Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya pernafasan • Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari pasien yang mengalami henti jantung atau henti nafas melalui resusitasi jantung paru ( RJP ).
Langkah-langkah BHD 1. Pastikan keamanan penolong dan pasien
NILAI RESPON PASIEN • Segera setelah aman • “Are you all right ?” • Hati-hati kemungkinan trauma leher • Jangan pindahkan / mobilisasi pasien bila tidak perlu AKTIFKAN EMS
MEMPERBAIKI POSISI PASIEN MEMPERBAIKI POSISI PENOLONG
AIRWAY Bila pasien tidak memberikan respon • supine, permukaan datar dan keras • bila perlu pindahkan pasien dengan cara: kepala, bahu dan badan bergerak bersamaan (in-line) bila curiga cedera spinal • posisi penolong : di samping pasien / di atas kepala (kranial) pasien Buka jalan nafas
BREATHING ( BANTUAN NAFAS )Memastikan pasien tidak bernafas; Melihat (look), mendengar (listen), merasakan (feel) < 10 detik
MULUT KE MULUT MULUT KE MASK • SUMBER: DIR JEN BINA PELAYANAN MEDIK DEP KES RI, 2005, GELS,
BREATHING "Bagging" : lebih baik berdua
Evaluasi airway & breathing (1) Jika mengalami kesulitan untuk memberikan nafas buatan yang efektif,periksa apakah masih ada sumbatan di mulut pasien serta perbaiki posisi tengadah kepala dan angkat dagu yang belum adekuat. Lakukan sampai dapat dilakukan 2 kali nafas buatan yang adekuat.
Evaluasi airway & breathing (2) • Bila pasien kembali bernafas spontan dan normal tetapi tetap belum sadar, ubah posisi pasien ke posisi miring mantap, bila pasien muntah tidak terjadi aspirasi . Waspada terhadap kemungkinan pasien mengalami henti nafas kembali, jika terjadi segera terlentangkan pasien dan lakukan nafas buatan kembali. • Jika tetap gagal memberikan napas buatan, lanjutkan ke pemeriksaan tanda-tanda sirkulasi
CIRCULATION ( BANTUAN SIRKULASI ) Memastikan ada tidaknya denyut jantung
Memastikanadatidaknyadenyutjantung(pindahkeanak) • Arteri karotis • Arteri brakhialis
Evaluasi Airway, Breathing & Circulation • Sirkulasi ( - ) : teruskan PJL + NB • Sirk (+) Nafas (-) : nafas buatan 10- 12 x/menit • Sirk (+) Nafas (+) : posisi sisi mantap jaga jalan nafas
KOMPRESI JANTUNG LUAR • pada 1/2 bawah sternum, diantara 2 putting susu • Kedalaman kompresi jantung 3,8 - 5 cm • Rasio Kompresi Jantung Luar - Bantuan Napas 30 : 2
RJP Sebelum & Sesudah Intubasi • Sebelum intubasi • Dewasa (>8 th) = Rasio 30 : 2 (utk 1 & 2 penolong) • Anak (1-8 th) • Bayi (<1 th ) • Setelah intubasi • Kompresi 100 x/mnt • Ventilasi 8 - 10 x/mnt • 5 x siklus 30 :2 (= 2mnt) nilai ulang sirkulasi 30 : 2 (1 penolong) 15 : 2 (2 penolong)
EVALUASI • Sesudah 5 siklus ventilasi dan kompresi kemudin pasien dievaluasi kembali. • Jika tidak ada nadi karotis, dilakukan kembali kompresi dan bantuan nafas dengan rasio 30:2. • Jika ada nafas dan denyut nadi teraba letakan pasien pada posisi mantap. • Jika tidak ada nafas tetapi nadi teraba, berikan bantuan nafas sebanyak 10- 12 x/menit dan monitor nadi setiap 10 detik. • Jika sudah terdapat pernafasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga agar jalan nafas tetap terbuka.
RJP DIHENTIKAN • Kembalinya ventilasi & sirkulasi spontan • Ada yang lebih bertanggung jawab • Penolong lelah atau sudah 30 menit tidak ada respon. • Adanya DNAR • Tanda kematian yang irreversibel
RJP TIDAK DILAKUKAN • DNAR (Do Not Attempt Resuscitation) • Tanda kematian : rigor mortis, dekapitasi • Sebelumnya dengan fungsi vital yang sudah sangat jelek dengan terapi maksimal • Bila menolong korban akan membahayakan penolong
KOMPLIKASI RJP • Nafas buatan : • inflasi gaster • regurgitasi • mengurangi volume paru • Bila terjadi inflasi gaster • perbaiki jalan nafas • hindari TV yang besar dan laju nafas yang cepat
KOMPLIKASI RJP • Fraktur iga & sternum,sering terjadi terutama pada orang tua, RJP tetap diteruskan walaupun terasa ada fraktur iga. Fraktur mungkin terjadi bila posisi tangan salah. • Pneumothorax • Hemothorax • Kontusio paru • Laserasi hati dan limpa, posisi tangan yang terlalu rendah akan menekan procesus xipoideus ke arah heper (limpa) • Emboli lemak
(A) Asses Responsiveness • Responsive • Observe • Treat as indicated • Not Responsive • Activate EMS • Call for defibrilator • (A) Asses breathing (open the airway, look, listen, and feel) • Breathing • Place in recovery position • Not Breathing • (B) Give 2 slow breath • (C) Check pulse • Observe • Treat as indicated Pulse No Pulse • Rescue breathing •Endotracheal intubation • Oxygen •History • IV •Physical Examination • Vital sign •Monitor, 12 leads Start CPR(C)
Suspected Cause Ventricular fibrillation/tachycardia VF/VT) Present on monitor/defibrillator? Hypotension/ Shock/ Acute Pulmonary Edema Go to Fig 8 VF/VT Go to Fig 2 • Intubate • Confirm tube placement; Consider end-tidal CO2 Indicator • Confirm ventilation • Determine rhythm & cause Acute MI Go to Fig 9 Arrhythmia Electrical Activity Too Fast Go to Fig 6 Too Slow Go to Fig 5 Yes No Pulseless Electrical Activity (PEA) Go to Fig 3 Asystole Go to Fig 4
Tujuan • Pencegahan gagal nafas dan henti sirkulasi dengan diagnosa dan intervensi dini. • Bantuan ventilasi dan sirkulasi dasar
Sebab-sebab henti jantung dan paru pada anak • Lebih sering merupakan akibat kadar oksigen darah yang rendah (hypoxemia yang lama) karena gagal atau henti nafas.
Beberapa kejadian yang memerlukan resusitasi • Luka karena kecelakaan. • Tersedak karena benda asing, seperti makanan, cairan, dan lain-lain. • Inhalasi asap. • Sindroma mati mendadak pada anak • Infeksi saluran nafas
Menentukan keadaan pasien • Tentukan keadaan anak, tak responsif atau dalam keadaan kesulitan nafas • Penolong harus segera menilai mengguncangkan bahu anak. • Bila anak mengalami kecelakaan berat seperti adanya trauma kepala atau leher pengamanan servikal.
Mintalah pertolongan • Bila telah dipastikan tidak ada respon / terdapat tanda-tanda gagal nafas penolong harus meminta pertolongan
Posisi penolong dan pasien • Posisi terlentang pada permukaan yang keras dan rata. Pada saat akan menelentangkan anak bila didapatkan perlukaan pada kepala dan leher harus dilakukan kontrol servikal.
Tengadahkan kepala – topang dagu (chin Lift – head tilt) Gerakan mengedapankan rahang (mencakillan) Jaw Thrust Buka jalan nafas
Memberi bantuan nafas • Prinsip pemberian bantuan nafas: • Bantuan nafas penolong merupakan satu-satunya tindakan yang penting dalam membantu anak yang henti nafas. • Volume nafas yang cukup adalah yang dapat menyebabkan rongga dada turun naik.
Sirkulasi periksa nadi • Anak lebih dari 1 tahun arteri karotis • Anak kurang dari 1 tahun arteri brakhilis
Kompresi dada Menggunakan 2 atau 3 jari pada tulang dada dikompresi sampai kedalaman 0,5-1 inchi (1,3 – 2,5 cm) dengan kecepatan 100 x /menit atau 160 – 200 kali dalam 2 menit
Koordinasi Kompresi dan Bantuan Nafas • Kompresi dada harus selalu disetai dengan bantuan nafas. • Pada anak usia 1 s/d 8 tahun dan bayi usia kurang dari 1 tahun , rasio kompresi – ventilasi 15:2 dipakai pada RJP 2 penolong. RJP 1 penolong rasio kompresi – ventilasi 30:2. • Kompresi harus dihentikan sesaat untuk ventilasi yang cukup, dianjurkan untuk memberikan kecepatan kompresi 80 – 100 x/menit atau 160 – 200 kali dalam 2 menit. • Bayi dan anak harus dinilai kembali setelah 5 siklus (kompresi – ventilasi 2 menit). • Pada setiap akhir kompresi ke 5, selang waktu harus diberikan untuk ventilasi ( 1 detik setiap nafas) jika sudah terintubasi.
Menghentikan RJP • Lamanya kematian klinis • Prognosis pasien ( ditinjaui dari penyebab henti jantung.) • Penyebab henti jantung ( pada henti jantung karena listrik minimal 1 jam ) Sebaiknya keputusan penghentian RJP diserahkan kepada dokter