480 likes | 942 Views
BOUNDARY LAYER (LAPISAN BATAS). Sub-chapters 11.1. Prandtl’s boundary layer equations 11.2. The steady-flow laminar boundary layer on a flat plate parallel to the flow 11.3. Turbulent boundary layers 11.4. Turbulent flow in pipes
E N D
Sub-chapters • 11.1. Prandtl’s boundary layer equations • 11.2. The steady-flow laminar boundary layer on a flat plate parallel to the flow • 11.3. Turbulent boundary layers • 11.4. Turbulent flow in pipes • 11.5. The steady, turbulent boundary layer on a flat plate
1. Prandtl’s Boundary Layer Equations Simplifikasi boundary layer oleh Ludwig Prandtl • Permukaan padatan dipakai sebagai sumbu x, lihat Gambar 1. • Gravitasi tidak penting dibanding gaya-gaya lain • Aliran 2-dimensi dalam arah x dan y. Karena itu Vz = 0, dVx/dz, dVy/dz dan dVz/dz = 0. • Aliran pada arah y sangat lambat dibanding arah x (Vy << Vx) sehingga P/ y 0 • (2Vx/x2) dalam neraca momentum << (2Vx/y2) sehingga (2Vx/y2) diabaikan. Gradien Vx arah y sangat besar.
. • Dengan simplifikasi ini, persamaan neraca momentum menjadi (11.1) • Neraca massa dengan densitas konstan • (11.2) • Pers (11.1) dan (11.2) ini dinamakan boundary-layer eqns atau Prandtl’s boundary-layer equations.
Aliran dalam pipa mungkin laminar atau turbulen. Pers (11.1) dan (11.2) berlaku pada aliran laminar. • .
2. Boundary-layer laminar pada pelat datar sejajar aliran Pada boundary-layer laminar (lihat Gambar 2) • Vx and Vy = 0 pada y = 0 • Vx = V pada y jauh dari dinding = V • Vy = 0 pada seluruh x dan y • P/x = 0 di dalam boundary-layer. P di dalam boundary layer P di luar boundary layer Maka Pers 11.1 menjadi (11.4)
Jika ujung pelat digerakkan dalam fluida diam (11.5) dan di mana erf adalah Gauss’ error function Maka Vx = f(t) atau f(x/V) • Gambar 11.3 menunjukkan korelasi di pelat tipis
2.1. Boundary Layer Thickness • Gambar 3 menunjukkan distribusi Vx sebagai fungsi dari y. Pada posisi di mana Vx/V 1, • 5 (11.9) • adalah boundary layer thickness, yang besarnya fungsi dari jarak x. Maka boundary layer tumbuh sebanding dengan akar jarak dari ujung pelat. • Pers 11.9 dinamakan Blasius’ solution. Rumus ini berlaku pada pelat datar maupun pelat sedikit berkurva seperti permukaan sayap pesawat.
Contoh 1. Hitunglah • Pada titik di sayap pesawat 2ft dari leading edge ketika pesawat terbang 200 mi/jam di udara. • Pada titik 2 ft dari hidung kapal ketika bergerak 10 mi/jam di air Jawaban: • Untuk udara, = 5 • Untuk air, = 5
Gaya gesek (drag force) pada pelat bisa diperoleh dari = (1.5) • Diferensial absis di Gambar 3 terhadap Vx pada x konstan menghasilkan (11.10) atau (11.11)
Suku kiri Pers (11.11) disubstitusi ke Pers (1.5) untuk mendapatkan shear stress. Kemudian shear stress digunakan untuk menghitung gaya gesek. • Pada y=0 atau = 0 (di permukaan), di Gambar 3 = 0,332. Maka, shear stress di sebarang titik di permukaan adalah 0 = 0,332 V (V/(x))0.5 (11.12) • Koefisien gesek setempat (local drag coefficient), dengan tanda apostrop (‘) (11.13)
maka (11.14) • (11.15) maka (11.16)
Gambar 4 menunjukkan plot untuk local drag coefficient. Plot untuk aliran laminar memenuhi Pers 11.16. • Pada leading edge pelat (x=0) Rex = 0 = Secara fisik tidak realistis sehingga Pers 11.16 tidak benar pada daerah dekat leading edge. • memberikan drag force local, yang mana tidak praktis. Data drag force keseluruhan pelat lebih berguna. Gaya pada pelat dengan lebar W adalah . (11.17)
Drag coefficient untuk keseluruhan pelat adalah (11.18) • Substitusi Pers 11.16 ke Pers 11.18 (11.19)
Contoh 2. Pelat 1 m2 ditarik di belakang kapal menggunakan kawat tipis dan panjang sehingga tak mengganggu aliran. Boundary layer pada kedua sisi pelat adalah laminar. Kecepatan kapal = 15 km/jam. Berapa gaya yang diperlukan untuk menarik pelat? Jawab: • Reynolds number:
Maka • dan =11,3 N=2,54 lbf
2.2. Displacement Thickness * • Gambar 5 memberikan penjelasan untuk * untuk system pelat dengan lebar W ( gambar). Streamlines di sebelah kanan ujung pelat menggambarkan seolah-olah terjadi kenaikan tebal aliran sebesar * karena boundary layer. Neraca materialnya adalah:
. (11.20) • Dengan membagi Pers 11.20 dengan W dan mengurangi V* pada kedua sisi, maka (11.21) • atau (11.22) • . (11.22a) • Pengertian fisik displacement thickness * ditunjukkan oleh Pers (11.22a) dan Gambar 6. Besarnya * adalah ketebalan boundary layer yang seolah-olah mempunyai kecepatan uniform sebesar V. Pers 11.22 berlaku baik aliran laminar maupun turbulen.
. • Dengan mengalikan kedua sisi Pers 11.22 dengan maka diperoleh • (11.23)
Karena adanya boundary layer, aliran melalui suatu titik pada permukaan berkurang oleh volume ekivalen area hitam di Gambar 6 kanan. • Pengurangan volume ini diberikan oleh integral . • Kalau area disamakan dengan area hitam di gambar 6 tengah, yang volumenya *V, maka * didefinisikan sebagai jarak di mana permukaan harus bergerak dalam arah y untuk mengurangi volume yang ekivalen dengan volume karena efek boundary layer.
Integrasi Pers 11.23 dengan menggunakan daerah sebelah kiri di atas kurva Gambar 3 akan diperoleh nilai sebesar 1,72, sehingga Pers 11.23 menjadi • (11.24) • Perbandingan Pers 11.24 dan Pers 11.9 menunjukkan bahwa */ = 1,72/5 atau 1/3.
2.3. Momentum Thickness • Gambar 7 menunjukkan system untuk neraca momentum. • Neraca momentum: • Momentum masuk – momentum keluar + gaya gesek = 0
Bila gaya gesek diberikan ke fluida yang seolah-olah mengalir dengan kecepatan uniform V, maka perubahan momentum fluida karena perubahan ketebalan sebesar = WV.V dan dari Pers (11.17) • (11.25) atau • (11.26) • Dengan nilai 0 yang diketahui dari Pers 11.12, maka • (11.27)
Perbandingan Pers 11.27 dan Pers 11.9 menunjukkan bahwa /* = 0,664/5 1/8. • Dengan neraca momentum di Gambar 7 maka • (11.28) atau • . (11.28a) • Pers (11.28a) menunjukkan momentum ekivalen oleh kecepatan uniform V karena ketebalan = momentum karena kecepatan. • Pers (11.28) berlaku juga untuk aliran turbulen.
3. Turbulent Boundary Layers • Aliran di boundary layer mungkin laminar atau turbulen. Di pipa transisi terjadi pada Re 2000 atau lebih tinggi bila dinding pipa sangat halus atau vibrasi 0. • Pada pelat datar, transisi terjadi pada Re dari 3,5x105 hingga 2,8x106. • Transisi sangat dipengaruhi oleh kekasaran permukaan dan turbulensi aliran utama. • Gambar 8 menunjukkan boundary layer pada permukaan halus yang cukup panjang. Pada boundary layer turbulen terdapat laminar sublayer.
Aliran laminar mudah diprediksi. Aliran turbulen sulit diprediksi dan memerlukan percobaan. • Pada aliran turbulen kecepatan pada suatu titik berfluktuasi terhadap waktu, maka berlaku • . (11.29) • di mana (11.30)
4. Turbulent Flow in Pipes • Ada shear stress karena friksi antara dinding pipa dan fluida dan Reynolds stress karena friksi antar fluida yang mempunyai velocity yang berbeda. • Terdapat perbedaan profil velocity sebagai fungsi radius dalam pipa (lihat Gambar 9). Aliran laminar berbentuk parabolic, aliran turbulen berbentuk plug-flow (velocity uniform pada penampang pipa). • Baik aliran laminar maupun turbulen, eddy pada dinding pipa hilang dan memenuhi 0 = . Gradien aliran turbulen lebih besar.
Aliran turbulen memenuhi (11.31) • di mana nilai n bervariasi dari 1/10 pada Re tertinggi ke 1/6 pada Re terendah. • Gambar 10 adalah distribusi kecepatan universal untuk aliran turbulen untuk pipa halus. Terdapat dua variable, u+ dan y+. dan di mana x = rwall – r
Di Gambar 10 terdapat variabel yang disebut friction velocity u*, yang besarnya • (11.32) • Gambar 10 menunjukkan 3 zone dari dinding pipa hingga sumbu pipa, yaitu: laminar sublayer, buffer layer dan turbulent core. • Laminar sublayer: shear stress karena viscous shear. • Turbulent core: shear stress karena turbulent Re stress. • Buffer layer: viscous and Re stress punya order of magnitude yang sama. Sulit mengukur di laminar sublayer dan buffer layer.
Contoh 3. Air mengalir dalam pipa halus 3 in ID dengan velocity rata-rata 10ft/s. Berapa jarak tepi laminar sublayer dan buffer layer dari dinding pipa? Berapa kecepatan rata-rata di titik- titik tsb? Jawab: • Dari Gambar 10 untuk pipa halus, f = 0,0037 • Dari Gambar 10 batas laminar sublayer u+ 5 dan y+5, maka =1,2x10-4ft = 0,037mm • Pada tepi buffer layer u+ 12 dan y+ 26, maka
. • =1,2x10-4ft=0,037mm • Pada tepi buffer layer u+ 12 dan y+ 26, maka • Vx = 5,2 ft/s=1,59 m/s, rwall- r = 7 x 10-3 in = 0,18 mm.
5. Steady, Turbulent Boundary Layer on A Flat Plate • Tidak ada solusi analitis untuk boundary layer turbulen pada pelat datar. Asumsi-asumsi Prandtl: • Kecepatan rata-rata dalam arah x pada suatu titk memenuhi Pers 11.31 dengan pangkat 1/7 (Prandtl’s 1/7 power rule) dalam bentuk • (11.33) • Pada Re antara 3 x 103 dan 3 x 105, plot faktor friksi untuk pipa halus bisa digunakan (11.34)
Kombinasi Pers 11.33 dan 11.34 menghasilkan (11.35) • Pers 11.35 dan persamaan2 lain menghasilkan (11.36) (11.37) Contoh 4. Speedboat menarik pelat halus dengan lebar = 1 ft and panjang = 20 ft melalui air diam dengan kecepatan 50 ft/s. Tentukan tebal boundary layer pada ujung pelat dan drag pada pelat!
Jawab: • Pada ujung pelat, • Dari Pers 11.35, • Sebagai pendekatan pertama, seluruh boundary layer turbulen, maka dengan Pers 11.37 • = • =178 lbf =790 N
Untuk menentukan besarnya kesalahan dengan asumsi seluruh pelat turbulen, kita asumsikan bahwa transisi dari laminar ke turbulen terjadi pada Rex = 106. Ini berkaitan dengan jarak = 1/100 panjang pelat (=106/108); maka boundary layer untuk jarak 0,2 ft diasumsikan laminar. Untuk daerah ini drag karena laminar boundary layer diberikan oleh Pers 11.19 • . =1,3 lbf = 5,8 N
Pada perhitungan yang mengasumsikan seluruh pelat pada kondisi turbulen, maka = 4,4 lbf = 19,5 N • Dari 0 hingga 0,2 ft, perbedaan F antara laminar dan turbulen = 19,5 – 5,8 = 13,7 N, sangat kecil dibanding 790 N.
Corrections for Chap 11. Four corrections in deNevers’s book • Eq. 11.27. = 0.664 x/Rex0.5. • Eq. 11.34. f = 0.00791/Re0.25 • Problem 11.14. 0 = 0.5 ρ Vx,avg2.f • Problem 11.14. 0/ρ = 0.225.V2 (/(V.))1/4