580 likes | 1.17k Views
TENORM. Oleh : Veronica Subdirektorat Evaluasi Dosis dan Lingkungan Direktorat Inspeksi Instalasi & Bahan Nuklir Cisarua , 21 Mei 2013. Tujuan Instruksional Umum.
E N D
TENORM Oleh : Veronica SubdirektoratEvaluasiDosisdanLingkungan DirektoratInspeksiInstalasi & BahanNuklir Cisarua, 21 Mei 2013
Tujuan Instruksional Umum Peserta mampu menjelaskan tentang pengawasan TENORM sesuai dengan peraturan perundangan terhadap instansi pengguna dan/atau penghasil TENORM.
Tujuan Instruksional Khusus Setelahmempelajarimodulinipesertamampu : • Memahamidasarhukumpengawasan TENORM. • Memperolehinformasitentangpotensi TENORM di pertambangandanindustri • Memperolehinformasitentangpengawasan TENORM. • Mengetahuiprosedurpenanganan TENORM yang selamatdanaman. • Melaksanakanpengawasn TENORM di pertambangandanindustrisebagaiimplementasidariPerka No. 9 tahun 2009.
Pengertian NORM (Naturally Occurring Radioactive Material) zat radioaktif yang secara alami terdapat dialam (PP No.33 /2007)- Pada batuan: uranium, torium, anak-anak radioaktifturunannya, dan potassium. - Radium dan keturunannya lebih mudah terlarut dlm air. - Sebagian besar bahan yg tidak mudah larut sepertiuranium dan toriumakan tetap berada dlm batuan.TENORM (Technologically Enhanced Naturally Occurring Radioactive Materials),zat ra alam yang karena kegiatan manusia atau proses teknologi mengalami peningkatan paparan radiasi potensial jika dibandingkan dengan keadaan awal ( PP No. 33 /2007
TELADAN INTERNASIONAL YG BERKAITAN DGN PENGATURAN/PENGAWASAN TENORM • ICRP 60 ; Limitasi Dosis 1 mSv/th, instrumen pengendalian 1 Bq/gr. • BSS-115; Tk pengecualian 10 μSv/th (exemption level) • IAEA-RS-G-1.7; Action Level = 0,5 μSv/j, Tk. Klirens /exclusi pengecualian C aktivitas = 1 Bq/gr • UNSCEAR; Distribusi Global dlm tanah, ekslusi, pengecualian dan klirens = 1Bq/gr ( u/ K-40 10 Bq/gr) • EC-RP 122 , Berdasarkan Work activity ; dose constraint = 300 μSv/j, pengecualian & tk klirens 0,5 Bq/gr (u &th), 5 Bq/gr ( wet sludge) • ICRP No. 77 ; Dose constrain u/ masy = 0,3 mSv/th, tk pengecualian • ICRP No. 82 ; masy 1 mSv/th (intervention exemption level ) 10 mSv/th (Iterv start line), 100 mSv/th (intv obligation line) • Jepang; Intervention –exemption ; 1mSv/th, action level = 0,5 μSv/j • SSRCR vol 1,2004 ;(Amerika) Regulation and Licensing of TENORM kriteria pengecualian 185 Bq/kg; SSCR vol 1 1991Pengawasan Bahan Nuklir; dikecualikan dr izin bila < 0,05 % berat U, Th,U+Th; tdk memproses/ mengkonsentrat biji • Canada, ; <1mSv/th (insidental pekerja TENORM/ non licence), > 1 mSv/th( pekerja TENORM / licence) 11. Malaysia: Memandang TENORM sbg radioaktif diatur oleh AELB, Radiation Safety mengikuti konsep Internasional.
REGULASI TERKAIT TENORM • PP 33 Tahun 2007 Bab IV IntervensiPasal49 ayat 1 dan 3, Pasal 50, Pasal 51, Pasal52 danPasal 59 • PerkaBAPETEN No.09 tahun 2009 tentangIntervensiterhadappaparan yang berasaldariTENORM
PP 27 Tahun 2002 Pasal 32 : • Setiap orang atau badan yang melakukan penambangan bahan galian non-nuklir yang dapat menghasilkan limbah radioaktif sebagai hasil samping penambangan wajib melakukan analisis keselamatan radiasi. • Hasilanalisiskeselamatanradiasisbgmdimaksudayat 1 wajibdisampaikankepadaBadanPengawas. • Tata caraanalisiskeselamatanradiasidimaksudayat 1 diaturlebihlanjutkeputusanKepalaBadanPengawas.
Perka BAPETEN 09 tahun 2009BAB I Ketentuan Umum • Badan Pengawas Tenaga Nuklir yang selanjutnya disebut BAPETEN adalah instansi yang bertugas melaksanakan pengawasan melalui peraturan, perizinan, dan inspeksi terhadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir. • Intervensi adalah setiap tindakan untuk mengurangi atau menghindari paparan atau kemungkinan terjadinya paparan kronik dan paparan darurat. • Technologically Enhanced Naturally Occurring Radioactive Material yang selanjutnya disingkat TENORM adalah zat radioaktif alam yang dikarenakan kegiatan manusia atau proses teknologi terjadi peningkatan paparan potensial jika dibandingkan dengan keadaan awal.
Perka BAPETEN 09 tahun 2009BAB I Ketentuan Umum • Tingkat Intervensi adalah tingkat dosis yang dapat dihindari dengan melakukan tindakan protektif atau remedial untuk situasi paparan kronik atau paparan darurat. • Penghasil TENORM adalah orang atau badan yang karena kegiatannya di bidang energi dan sumber daya mineral, dan industri menghasilkan TENORM. • Tindakan Remedial adalah tindakan mengembalikan pada keadaan semula sehingga konsentrasi radioaktif berada di bawah Tngkat Intervensi. • Sandblasting adalah proses untuk pembersihan permukaan yang keras, antara lain pipa, badan kapal laut, dengan metode pengikisan dengan cara menyemprotkan pasir berupa tin slag, silika, copper slag, atau garnet dengan tekanan tinggi.
Perka BAPETEN 09 tahun 2009BAB I Ketentuan Umum Peraturan Kepala BAPETEN ini mengatur tentang pelaksanaan Intervensi terhadap paparan yang berasal dari TENORM dan Tingkat Intervensi. Pasal 3 (1) Pelaksanaan Intervensi terhadap paparan yang berasal dari TENORM berlaku untuk kegiatan di bidang: a. energi dan sumber daya mineral; dan b. industri. (2) Kegiatan di bidang energi dan sumber daya mineral meliputi: a. penambangan, pengolahan, dan pemurnian: 1. mineral logam; 2. mineral bukan logam; dan 3. batu bara; b. eksploitasi dan pengilangan minyak dan gas bumi; dan c. pembangkitan tenaga listrik menggunakan bahan baku batu bara. (3) Kegiatan di bidang industri terdiri atas: a. peleburan logam; dan b. proses sandblasting.
Perka BAPETEN 09 tahun 2009BAB II Pelaksanaan Intervensi Pasal 4 (1)Penghasil TENORM harus melakukan analisis keselamatan radiasi untuk TENORM untuk setiap lokasi TENORM yang dimiliki atau berada di dalam penguasaannya. (2) Analisis keselamatan radiasi untuk TENORM paling sedikit meliputi: a. jenis dan proses kegiatan yang dilaksanakan; b. jumlah atau kuantitas TENORM; c. jenis dan tingkat konsentrasi radionuklida; dan d. paparan radiasi dan/atau kontaminasi tertinggi di permukaan TENORM.
Perka BAPETEN 09 tahun 2009BAB II Pelaksanaan Intervensi Pasal 5 (1) Penghasil TENORM, setelah melakukan analisis keselamatan radiasi untuk TENORM, menyampaikan: a. hasil analisis keselamatan radiasi untuk TENORM kepada kepala BAPETEN paling lama 20 (duapuluh) hari kerja terhitung sejak hasil analisis keselamatan radiasi TENORM diketahui; dan b. salinan hasil analisis keselamatan radiasi untuk TENORM kepada instansi yang berwenang di bidang energi dan sumber daya mineral, industri, dan lingkungan hidup. (2) Kepala BAPETEN, setelah menerima hasil analisis keselamatan radiasi untuk TENORM, melakukan penilaian atas hasil analisis keselamatan radiasi untuk TENORM paling lama 15 (limabelas) hari kerja terhitung sejak hasil analisis keselamatan radiasi untuk TENORM diterima
Perka BAPETEN 09 tahun 2009BAB II Pelaksanaan Intervensi Pasal 5 (3) Penilaian atas hasil analisis keselamatan radiasi untuk TENORM didasarkan pada Tingkat Intervensi. (4) Jika penilaian atas hasil analisis keselamatan radiasi untuk TENORM menunjukkan Tingkat Intervensi dilampaui, Kepala BAPETEN, dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak batas akhir penilaian atas hasil analisis keselamatan radiasi, menerbitkan ketetapan yang menyatakan bahwa Intervensi terhadap paparan yang berasal dari TENORM perlu dilaksanakan oleh Penghasil TENORM melalui tindakan remedial.
Perka BAPETEN 09 tahun 2009BAB II Pelaksanaan Intervensi Pasal 5 (5) Jika penilaian atas hasil analisis keselamatan radiasi untuk TENORM menunjukkan Tingkat Intervensi tidak dilampaui, Kepala BAPETEN, dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak batas akhir penilaian atas hasil analisis keselamatan radiasi, menerbitkan ketetapan yang menyatakan bahwa Intervensi terhadap paparan yang berasal dari TENORM tidak perlu dilaksanakan oleh Penghasil TENORM. (6) Kepala BAPETEN menyampaikan salinan ketetapan yang menyatakan bahwa Intervensi terhadap paparan yang berasal dari TENORM perlu atau tidak perlu dilaksanakan oleh Penghasil TENORM kepada instansi yang berwenang di bidang energi dan sumber daya mineral, industri dan lingkungan hidup.
Perka BAPETEN 09 tahun 2009BAB II Pelaksanaan Intervensi Pasal 6 Kepala BAPETEN dapat melaksanakan penilaian langsung atas hasil analisis keselamatan radiasi untuk TENORM, di lokasi TENORM yang dimiliki atau berada di dalam penguasaan Penghasil TENORM. Pasal 7 (1) Tingkat Intervensi dapat dinyatakan dalam: a. jumlah atau kuantitas TENORM paling sedikit 2 (dua) ton; dan b. tingkat kontaminasi sama dengan atau lebih kecil dari 1 Bq/cm2 (satu becquerel persentimeter persegi) dan/atau konsentrasi aktivitas sebesar: 1 Bq/gr (satu becquerel pergram) untuk tiap radionuklida anggota deret uranium dan thorium; atau 10 Bq/gr (sepuluh becquerel pergram) untuk kalium.
Perka BAPETEN 09 tahun 2009BAB II Pelaksanaan Intervensi Pasal 7 (2) Radionuklida paling kurang meliputi: a. Pb-210; b. Ra-226; c. Ra-228; d. Th-228; e. Th-230; f. Th-234; dan/atau g. Po-210. (3) Radionuklida Po-210 hanya berlaku untuk penentuan konsentrasi aktivitas radionuklida anggota deret uranium dan thorium pada kegiatan eksploitasi dan pengilangan gas bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b.
Perka BAPETEN 09 tahun 2009BAB II Pelaksanaan Intervensi Pasal 8 (1) Penghasil TENORM, untuk dapat melaksanakan Intervensi terhadap paparan yang berasal dari TENORM melalui tindakan remedial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4), harus menyampaikan: a. dokumen rencana tindak pelaksanaan Intervensi kepada Kepala BAPETEN; dan b. salinan dokumen rencana tindak pelaksanaan Intervensi kepada instansi yang berwenang di bidang energi dan sumber daya mineral, industri, dan lingkungan hidup.
Perka BAPETEN 09 tahun 2009BAB II Pelaksanaan Intervensi Pasal 8 (2) Dokumen rencana tindak pelaksanaan Intervensi paling sedikit berisi tentang: a. analisis terhadap: 1. tindakan remedial yang akan dilaksanakan Penghasil TENORM; dan 2. dosis yang dapat diterima personil yang melaksanakan Intervensi terhadap paparan yang berasal dari TENORM; b. pihak yang dilibatkan dalam pelaksanaan Intervensi terhadap paparan yang berasal dari TENORM; c. estimasi jadwal pelaksanaan Intervensi terhadap paparan yang berasal dari TENORM; d. prosedur pelaksanaan tindakan remedial; dan e. alat pelindung diri personil yang tersedia
Perka BAPETEN 09 tahun 2009BAB II Pelaksanaan Intervensi Pasal 15 Penghasil TENORM wajib mengajukan izin penyimpanan zat radioaktifsesuai dengan peraturan perundang-undangan jika: a. dalam jangka waktu 60 (enampuluh) hari kerja terhitung sejak tindakan remedial lanjutan selesai dilakukan, Intervensi terhadap paparan yang berasal dari TENORM melalui tindakan remedial tidak berhasil mencapai nilai di bawah Tingkat Intervensi; b. terdapat hasil samping berupa TENORM yang melebihi Tingkat Intervensi sebagai hasil dari kegiatan Intervensi terhadap paparan yang berasal dari TENORM yang dilaksanakan oleh Penghasil TENORM; atau c. tidak melaksanakan: 1. tindakan remedial awal dalam jangka waktu; dan/atau 2. tindakan remedial lanjutan dalam jangka waktu.
Perka BAPETEN 09 tahun 2009BAB II Pelaksanaan Intervensi Pasal 16 (1) Penghasil TENORM melaporkan pelaksanaan Intervensi terhadap paparan yang berasal dari TENORM kepada Kepala BAPETEN paling lama 60 (enampuluh) hari kerja terhitung sejak Intervensi terhadap paparan yang berasal dari TENORM melalui tindakan remedial selesai dilaksanakan. (2) Laporan pelaksanaan Intervensi terhadap paparan yang berasal dari TENORM palingkurang berisi tentang: a. pelaksana intervensi; b. pengukuran kontaminasi/konsentrasi aktivitas TENORM; c. jumlah atau kuantitas TENORM untuk masing-masing material yang memiliki nilai di atas atau di bawah Tingkat Intervensi; d. dosis yang diterima oleh personil yang melaksanakan Intervensi; e. paparan radiasi di sekitar lokasi pelaksanaan intervensi; dan f. lokasi penempatan TENORM. (3) Salinan laporan pelaksanaan Intervensi terhadap paparan yang berasal dari TENORM disampaikan kepada instansi yang berwenang di bidang energi dan sumber daya mineral, industri, dan lingkungan hidup.
KEBERADAAN TENORM • Di Indonesia sudah banyak kegiatan industri pertambangan yang menghasilkan TENORM (Technologically Enhanced Naturally Occurring Radioactive Materials), antara lain tambang minyak dan gas bumi, tambang metal (besi, tembaga, aluminium, timah), PLTU (batubara dan panas bumi), pabrik papan gypsum (Gypsum Plaster Board), pabrik pulp dan kertas dan pengolahan air minum. • Radionuklida yang terkandung di dalam NORM/TENORM tersebut adalah U-238, Th-232, Th-228 bersama dengan anak luruhnya Ra-226, Ra-228, Rn-222, Rn-220, Pb-210, Po-210, dan K-40.
Tambang & Industri penghasil TENORM Pertambangan : 1. Migas 4. Nikel 2. Batu bara 5. Granit 3. Emas6. Timah Industri : • Pembangkit listrik batu bara, panas bumi, gas • Penjernihan air • Sandblasting • Plaster board • Pupuk fospat • Produksi baja • Pulp &paper • Migas • Peleburan timah & tembaga • Gelas • Keramik • Bahan bangunan
Sebaran TENORM di Indonesia Sand blasting Tambang Minyak dan Gas Tambang Minyak dan Gas Tin Slag, Monazit Tambang Zircon Tambang Emas Tambang Batubara, Minyak dan Gas • Gipsfosfat • - Keramik
Identifikasi keberadaan TENORM (Laju dosis –action Level 50 μSv/jam, untuk kepentingan intervensi) • Pengukuran konsentrasi radioaktivitas (sampel : udara, padat,slag, sludge, cair > 1 Bq/gram)
DAMPAK TENORM TERHADAP PEKERJASumber: Drs. Bunawas, APU - Peneliti BATAN, Maret 2005 • LAPORAN UNSCEAR, 2000 • DOSIS DITERIMA PEKERJA INDUSTRI NON NUKLIR 1,8 mSv/tahun. • JUMLAH PEKERJA INDUSTRI NON NUKLIR 6,5 JUTA ~ 8 KALI PEKERJA NUKLIR • PERKIRAAN di INDONESIA, 2004 • a. DOSIS DITERIMA PEKERJA INDUSTRI NON • NUKLIR 2,25 mSv/tahun. • b. JUMLAH PEKERJA INDUSTRI NON NUKLIR • ~ 6 KALI PEKERJA NUKLIR
PengolahanLimbah B3, KawasanKabil Contoh karung vinyl yg dipakai: • Status kawasaninidisediakanolehPemda BATAM cqBapedalda • Kawasaninidikelolaolehbbrppihakswasta • Seluruhlimbah B3 ygdihasilkanolehindustridi BATAM wajibdikumpuldikawasanini. • Secaraumum, limbahygdikumpulsudahdikemas (package) kedalamkarung vinyl kapasitas 1 ton ataupu drum besi. • Limbahhasilbuanganprosessand-blasting yang berpotensimengandung TENORM dikemasdalamkarung vinyl kapasitas 1 ton tsb, danditumpukdidalamruangan.
PT. Citrabara, Batam • PT ini bergerak dlm usaha sandblasting. • Bbrp lokasi terkontamisasi sangat tinggi. Citrabara 1Citrabara 2Citrabara 3
Tata caraAnalisisKeselamatanRadiasidapatmeliputi : • Metodologi Pengukuran dan Sampling • Alat Ukur • Proteksi Radiasi • Pengelolaan Limbah • Monitoring Radiasi Lingkungan
PENGELOLAAN LIMBAH TENORM Dalam beberapa tahun terakhir, produksi TENORM di bidang industri telah meningkat karena pesatnya pertumbuhan industri-industri tersebut. Limbah baik padat, cair, gas ataupun partikulat yang mengandung NORM yang berpotensi memberikan dampak radiologi pada pekerja, anggota masyarakat dan lingkungan apabila terlepas ke lingkungan. NORM yang terkandung dalam komponen-komponen ini terdiri dari radionuklida alam yang mempunyai umur paro sangat panjang maka dari itu pengelolaan limbah NORM/TENORM perlu mendapat perhatian. Erwin Kasma, Dr. Eng.
PENGELOLAAN LIMBAH TENORM Pengelolaan TENORM merupakansalahsatu aspek penting dalam keselamatan radiasi, bertujuanuntukmembatasipemaparanmasyarakatdanpekerjaterhadapradiasipengiondan melindungi lingkungan dari pelepasan radioaktivitasalamataupeningkatankonsentrasiradioaktivitasalam.
PENGELOLAAN LIMBAH TENORM PengelolaanLimbah TENORM adalahlangkah-langkahterintegrasi yang mencakupsemuaaspekatausimpuldarisiklusperedaranlimbahsejakproduksisampaipenyimpananataupembuangan. Satuhalpentingharusdiingatdalampengelolaanlimbah TENORM adalah bahwastrategipengelolaanharusmempertimbangkantidakhanyaresikodariradiasiataubahanradioaktiftetapijugaresikodari non radioasi, karena kedua resiko ini dimiliki oleh TENORM sehinggadalampenetapanopsi
PENGELOLAAN LIMBAH TENORM pengelolaannya kedua resiko tersebut harus jadi bahan kajian. Sebagai contoh sludge, untuk pemilihan opsi metode pembuangan atau opsi pemrosesannya lebih mempertimbangkan aspek kontaminan non radioaktif daripada aspek radioaktifnya
THANK YOU