100 likes | 416 Views
Karya Nadhira Sekarputri. All About Sukhoi Superjet 1oo. Kenapa Bisa Jatuh?.
E N D
Karya Nadhira Sekarputri All About Sukhoi Superjet 1oo
Kenapa Bisa Jatuh? Kemungkinan....1. Cuaca Buruk dan TurbulensiPesawat diduga memasuki ruang hampa. Sebab, setelah meminta izin untuk turun, pesawat Sukhoi turun secara drastis dalam waktu singkat, dari 10 ribu kaki sampai 6.000 kaki. Di kalangan pilot, hal itu dinilai tak lazim. Di wilayah ini, karena berkontur gunung, sering terjadi turbulensi udara dan tercipta ruang hampa udara yang membahayakan penerbangan.Data BMKG menunjukkan, cuaca di Gunung Salak saat itu berawan tapi aman untuk penerbangan. Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia Andi Alisjahbana menyatakan, dalam keadaan gelap total dan cuaca buruk pun, pesawat ini bisa dikendalikan.2. Komunikasi Air Traffic ControlDiduga ada kesalahpahaman saat pilot meminta izin turun kepada ATC. Mengapa pesawat diizinkan turun ke ketinggian 6.000 kaki, padahal di sana ada Gunung Salak yang tingginya 7.000 kaki. Ketua Asosiasi Pilot Garuda Stephanus Gerardus , berpendapat pilot tak mungkin turun bila tak mendapat izin. Bila ada cuaca buruk, semestinya pilot tidak menurunkan pesawat, tapi malah naik. 3. Human ErrorStephanus Gerardus mengatakan tidak tertutup kemungkinan pilot memang sengaja menurunkan ketinggian pesawat untuk melakukan demonstrasi manuver pesawat.
Siapa Dia? Oh.... • Badannya tinggi besar. Rambutnya putih. Tetap terlihat segar dan fit diusianya yang tak lagi muda. • Namanya, Alexander Yablontsev. Dia adalah pilot dari pesawat Sukhoi Superjet (SSJ) 100 yang menabrak tebing curam di salah satu sisi Gunung Salak, Bogor, pada promo flight pesawat itu pada Kamis (9/5/2012). • Membaca riwayat karirnya, akan membuat mata terbelalak. Pria ini sangat luar biasa. Tidak heran dia menjadi pilot pertama sekaligus pilot penguji dan instruktur pada SSJ 100 yang sedang digeber pemerintah Rusia menjadi pesawat berkelas dunia itu. • Yablontsev adalah pensiunan angkatan udara Rusia dengan pangkat terakhir letnan kolonel. Di angkatan udara dia mengawali karir sebagai pilot pesawat tempur. • Kemudian, pada 1989-1996, pria berusia 57 tahun ini bergabung dalam korps kosmonot (di Amerika Serikat, Astronot). Dia bahkan menjadi pilot ujicoba termuda dalam proyek pesawat ulang alik “Buran” era Uni Sovyet itu. Meski begitu, dia belum pernah sekalipun terbang ke luar angkasa. • Pada 1997, program “Buran” dihentikan. Karirnya di korps kosmonot itu juga berakhir. Dia pun banting setir ke penerbangan sipil. Di penerbangan sipil itu dia mulai berpengalaman menerbangkan Boeing 737 dan juga aspek bisnis penerbangan sipil. • Di penerbangan sipil, dia mengawali karir di maskapai Transaero. Namun tidak lama, karena dia diberhentikan akibat pengurangan karyawan di maskapai akibat krisis keuangan Rusia pada 1998.
Pertama Kali Atau.. Pertama dan Terakhir? Yup! Aleksandr Yablontsev, pilot Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di kawasan Gunung Salak pada Rabu 9 Mei 2012 lalu, baru pertama kali menerbangkan pesawat di wilayah Indonesia. Sebagai pilot senior, ia sudah malang-melintang membawa berbagai jenis pesawat. "Di Indonesia, ia baru pertama kali," kata Sunaryo, konsultan bisnis PT Trimarga Rekatama sekaligus agen penjualan Sukhoi di Indonesia, Kamis 10 Mei 2012.Menurut Sunaryo, sebelum peristiwa nahas, pilot Yablontsev dan kopilot Aleksandr Kochetkov melakukan preparation flight dan between flight (persiapan penerbangan) masing-masing selama 30 dan 35 menit. Persiapan penerbangan singkat itu dilakukan di sekitar Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.Dalam penerbangan itu, kata dia, kru pesawat memastikan semuanya dalam keadaan bagus. "Sinyal pesawat bagus, wing-nya bagus, kokpit bagus, dan indikator-indikatornya menyala," ucap Sunaryo. Sunaryo menyebutkan, rekam jejak pilot Rusia cukup baik. "Track record-nya bagus," katanya. Sedangkan kondisi Sukhoi, sebelum tiba di Indonesia terlebih dulu menempuh perjalanan dari Rusia ke Kazakhstan, Pakistan, dan Myanmar.
Ukh! Nabrak Tebing! Pesawat Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Gunung Salak kondisinya hancur dan hanya meninggalkan serpihan. Berdasarkan pantauan di lokasi kejadian, Jumat (11/5/2012), pesawat tersebut diperkirakan menabrak tebing Gunung Salak dan kemudian terbakar. Sebab kondisi pepohonan di lokasi terlihat hangus terbakar. Bangkai pesawat berupa serpihan yang hangus terbakar itu kemudian jatuh ke dalam jurang. Sementara itu, hingga siang ini tim sar gabungan masih melakukan upaya membuka jalur menuju lokasi untuk dijadikan jalur evakuasi.Peralatan yang digunakan berupa mesin gergaji, tambang dan peralatan untuk menebas pohon.
Cari... Cari.... Hmmmm.... Kemarin sore tim SAR gabungan telah mendekati ekor pesawat Sukhoi Superjet 100. Ekor pesawat akhirnya ditemukan dalam keadaan hancur."Kami asusmi ekor peswat utuh, tapi telah hancur berantakan," ungkap Kepala Basarnas Marsekal Madya Daryatmo kepada wartawan di Media Center Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (14/5/2012).Hingga saat ini, sambungnya, tim masih berada di sana dan terus mengumpulkan puing ekor pesawat. "Selama kita telaten dan terus mencari barang tersebut, Tuhan akan beri jalan," sambungnya.Mengenai jumlah kantong jenazah, tim SAR gabungan telah berhasil mengevakuasi 25 kantong. "Berapa (jumlah korban) dan siapanya itu urusan DVI, tugas kami mengambil kumpulan korban yang kita bisa temukan," ungkap Daryatmo.