10 likes | 220 Views
-42. Pengakuan ini menunjukkan bahwa manusia telah memiliki bibit-bibit religiusitas. dalam alam ruhaninya. Ahli-alili psikologi, agama menyebutnya sebagai religious. instinct atau naluri keberagamaan, yaitu suatu yang naluri untuk meyakini dan.
E N D
-42 Pengakuan ini menunjukkan bahwa manusia telah memiliki bibit-bibit religiusitas dalam alam ruhaninya. Ahli-alili psikologi, agama menyebutnya sebagai religious instinct atau naluri keberagamaan, yaitu suatu yang naluri untuk meyakini dan mengadakan penyembahan terhadap suatu kekuatan di luar dirinya (Subandi, 1997). Disamping istilah agama, juga terdapat istilah religi (religion, bahasa Inggris) dan dun (al-diin, bahasa Arab), yang artinya sepadan dengan agama. Walaupun secara etimologis memiliki arti yang berbeda tetapi secara terminologis dan teknis, makna dari kedua istilah ini adalah sama (Anshari, 1997). Pengertian keberagamaan dan pengertian religiusitas (religiusity) memiliki pengertian yang sama. Religi berasal dari bahasa latin yaitu religio, yang akar katanya adalah relegere atau religare. Religare berarti berhati-hati dan berpegang teguh pada kaidah atau aturan yang ketat Menurut Gazalba (Kurniawan, 1997) religare artinya mengikat, yaitu ikatan manusia dengan tenaga gaib. Religi adalah serangkaian aturan dan kewajiban-kewajiban yang mengharuskan pemeluknya untuk mengikuti dalam rangka mengikatkan diri kepada yang gaib. Istilah religi atau agama berbeda dengan religiusitas (Mangunwijaya, 1982) agama menunjuk pada aspek formal, yang berkaitan dengan aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban, sedangkan religiusitas menunjuk pada aspek religi yang telah dihayati individu di dalam hati. Adisubroto (1987) menjelaskan bahwa manusia religius adalah manusia yang struktur mental secara keseluruhannya secara tetap diarahkan kepada Pencipta nilai mutlak, memuaskan dan tertinggi