230 likes | 482 Views
Ini cerita tentang Perang di Iraq. Tentang anak dan bapak. Tentang keluarga. Cerita singkat tentang Saleh dan Raheem. Fotografi oleh Dianne Fitzmaurice Narasi oleh Associated Press Diterjemahkan oleh Aswin. Baca dan lihat.
E N D
Ini cerita tentang Perang di Iraq Tentang anak dan bapak Tentang keluarga
Cerita singkat tentang Saleh dan Raheem Fotografi oleh Dianne Fitzmaurice Narasi oleh Associated PressDiterjemahkan oleh Aswin Baca dan lihat
Raheem, sang ayah selalu berada disamping anaknya untuk memberikan belaian-belaian seperti ini Saleh Khalaf, seorang anak iraq umur 9 tahun, terkena ledakan bom. JIwanya yang kuat --dimana Saleh memperoleh panggilan "Lion Heart"-- telah membuat tim bedah Angkatan Udara di Iraq untuk melakukan misi internasional untuk menyelamatkannya.
Ledakan mengakibatkan abdomen Saleh robek terbuka, menghancurkan lengan kanannya dan hampir semua jari tangan kirinya, memecahkan mata kirinya dan membunuh saudara tuanya. Saleh dan Ayahnya dibawa ke Rumah Sakit anak di Oakland, meninggalkan bunda yg sedang mengandung dan dua saudara perempuannya di Iraq.
Raheem menggelar sajadahnya untuk menunaikan sholat setiap harinya Selama masa penyembuhan, dia dan ayahnya tinggal di Rumah Keluarga Rumah Sakit Anak. Para pemerhati di Bay Area mengirim Saleh mainan serta boneka-boneka binatang
Di sini dia menunggu operasi untuk memperbaiki lipatan di mata kirinya sehingga dia bisa menggunakan mata buatan. Pada bulan ke sepuluh setelah ledakan, Saleh telah melakukan sebanyak 32 Operasi. setelah proses operasi, Saleh masih membutuhkan berbulan-bulan rehabilitasi dan terapi emosional.
Bagi Raheem, setiap malam selalu di awali tidur bersama Saleh dan kemudian dia tertidur pulas di kursi ketika Saleh tertidur. Dia masih berkabung dengan meninggalnya anak tertuanya bernama Dia. Dua bulan setelah kejadian, Raheem masih belum memberitahu Saleh tentang meninggalnya saudaranya
Saleh menggambar sebuah pesawat terbang menjatuhkan bom-bomnya Walaupun berjiwa keras, Saleh sensitif terhadap penampilannya. Suatu siang, ketika dia melihat anak-anak lain memandanginya, Saleh marah dan kesal. Perawat yang merasa iba padanya dengan cepat melekatkan sebuah spidol ke tangannya sehingga dia bisa menggambar.
Saleh pulih lebih cepat dari yang diperkirakan. Suatu malam di Rumah Sakit Anak, dia dan seorang penghuni penampungan, Khaled Abdorabihe, bermain sepakbola di gang sampai seorang perawat memergoki mereka dan menyuruh Saleh untuk kembali ke tempat tidur
Saleh melompat kegirangan sementara Daniel sedang menyediakan tempat tidur barunya Satu bulan setelah Saleh sembuh, petugas Rumah Sakit dengan halus memberitahu Raheem bahwa mereka membutuhkan Rumah Keluarga untuk pasien-pasien lainnya. Pasangan dari daerah Bay Area --Leslie dan Daniel Troutner-- menyelamatkan mereka, dengan menyediakan suatu tempat bagi Saleh dan Raheem di Oakland.
Dalam perjalanannya ke toserba, dia lupa memakai kacamata hitamnya dan terlihat sedang memalingkan muka dari pandangan orang-orang Saleh selalu menggunakan kacamata hitamnya untuk menyembunyikan bekas lukanya setelah dia keluar dari Rumah Sakit.
Di depan bangunan apartemennya, dia terduduk di tanah menangis sementara Raheem berdiri tak berdaya di sisinya. Kesal dengan pandangan orang-orang, Saleh berlari keluar dari toko. Raheem mengejarnya dan mecoba untuk menenangkannya tapi ini terlalu berat bagi Saleh.
Setelah operasi besar, Saleh mulai berani berbicara di kelas di Park Day School. Ketika gilirannya untuk bercerita di kursi pendongeng. Saleh mendapat perhatian besar dari anak-anak lainnya dengan cerita tentangnya di Iraq. Dia bercerita tentang menangkap ikan di sungai dekat rumahnya dan bagaimana hewan-hewan liar berkeliaran di lingkungannya.
Saleh cepat mendapat teman di kelasnya, dia berjalan melenggang di gang berangkulan bersama Owen Clark (kanan) dan Austin Bisharat. Saleh sangat dekat dengan Austin, seorang anak keturunan Palestina-Amerika.
Raheem mulai bekerja pada pukul 4 subuh. Karena sekarang dia harus mandiri, Raheem membutuhkan pekerjaan untuk membiayai Saleh dan dirinya. Dia mendapatkan kerja di sebuah penampungan di Rumah Sakit yang menolong menyelamatkan hidup anaknya.
Saudara ipar Hadia, Kareem, menolong mereka melalui perjalanan panjang keluar dari Iraq.Di sini mereka hampir memasuki Yordania. Setelah hampir satu tahun tiba di Amerika Serikat, Saleh mendapatkan suakanya, sebagaimana halnya dengan anggota keluarganya yang lain -- bunda Hadia, saudara Marwa dan Zahra dan Bayi kecil Ali.
Lega setelah melewati perbatasan menuju Yordania yang aman, Hadia terlihat tenang sedangkan Marwa tertidur di jok depan mobil van. Sekarang semuanya harus menunggu untuk mendapatkan visa dan memulai perjalanan ke Amerika, dimana Hadia dan anak-anak akan dipesatukan dengan Saleh dan Raheem.
Di Amman, Yordania, Hadia bersama keluarga untuk berfoto di studio untuk mendapatkan foto passport mereka. Bayi Kecil Ali dimana yang akan dipertemukan dengan Saleh dan Raheem, didudukkan di paha seorang asisten untuk menjaganya supaya tetap terbangun untuk difoto.
Saleh dan Raheem melihat Hadia dan anak-anaknya di San Fransisco International Airport untuk pertama kalinya dalam waktu lebih dari satu tahun. "Itu mereka!" Saleh berteriak sambil berlari dan ayah mengejarnya. Di tangannya, Saleh memegang erat sebuah cincin yang dia beli di wal-mart sebagai hadiah untuk bunda tercintanya.
Saleh bergegas memeluk ibunda dan saudara kecilnya, Ali, di Bandara Internasional San Fransisco. Hadia berlutut dan memeluk anaknya yang dia pikir sudah meninggal. Di belakangnya, Raheem membuka tangannya kepada anak-anaknya, Marwa dan Zahra.
Di apartemen, Raheem, Hadia dan anak-anaknya akan tinggal di oakland jauh dari perumahan padatnya dengan listrik seadanya dimana mereka pernah tinggal bersama di perkamupngan Iraq. Di malam kedatangannya, Raheem dan Saleh sangat bahagia dengan kembalinya keluarga mereka, mereka menari bergembira.
Setelah mereka bertinggal di apartemennya di Oakland, hadia menyiapkan hidangan untuk keluarganya. Raheem, bersama dengan Marwa yang berada penuh di dekapan Ayahnya, memberi sentuhan sayang untuk Hadia ketika Hadia berkata bahwa dia terlihat lucu tanpa kumisnya.