470 likes | 790 Views
Kewaspadaan Universal. Mencegah T ransmisi S ilang P enyakit B erbahaya Kepada Orang Lain. Eni kusyati. Kuman Flora Kulit. Staphylococcus epidermidis, other coagulase negative Staph., Corynebacterium sp., Brevibacterium sp., Proprionibacterium acnes , Pityrosporum sp.
E N D
Kewaspadaan Universal Mencegah Transmisi Silang Penyakit Berbahaya Kepada Orang Lain Eni kusyati
Kuman Flora Kulit Staphylococcus epidermidis, other coagulase negative Staph., Corynebacterium sp., Brevibacterium sp., Proprionibacterium acnes, Pityrosporum sp..
Bakteri pada luka Setelah empat minggu • Umum = Proteus, E. coli, and Klebsiella. • Luka semakin dalam : Anaerobes, dan polymicrobial. Escherichia coli
Bakteri pada awal luka akut • Normal skin flora predominate. • S. aureus, and Beta-hemolytic Streptococcus soon follow. (Group B Streptococcus and S. aureus) umum pada “diabetic foot ulcers” Staphylococcus Aureus
Kuman pada luka infeksi Staphylococcus aureus, Beta-hemolytic Streptococcus (S. pyogenes, S. agalactiae), E. coli, Proteus, Klebsiella, anaerobes, Pseudomonas, Acinetobacter, Stenotrophomonas (Xanthomonas).
Kuman yang menginfeksi • Cellulitis ; β-hemolytic streptococci (A, B, C, G), Staphylococcus aureus • Luka terinfeksi (tanpa antibiotic ): sama cellulitis, sering monomicrobial • Luka infeksi chronic atau dengan antibiotic sebelumnya : S. aureus, β-hemolytic streptococci, Enterobacteriaceae (biasanya polymicrobial) • Luka masesari : Pseudomonas aeruginosa (polymicrobial) • Luka lama sembuh , antibiotic spec. luas : S. aureus (MRSA), coagulase-negative staphylococci, enterococci (VRE), diphtheroids, Enterobacteriaceae (ESBL resistance), Pseudomonas, nonfermentative gram-negative’s, dapat fungi (polymicrobial) • Luka necrosis, gangrene, sangat bau : Mixed aerobic gram-positive cocci, Enterobacteriace, nonfermentative gram-negative’s, obligate anaerobes Lipsky et al., CID 39:885-910 (2004)
Infeksi luka • Menghambat penyembuhan & penyebab utama morbiditas & mortalitas baik di komunitas atau rumah sakit • Merupakan hasil interaksi dinamik antara penjamu, potensial patogen & lingkungan • Berisiko infeksi karena respon imun yang tidak optimal & memicu “high bacterial load” • (Mangram AJ, et.al, 1999 , Cantor A,2004)
Infeksi luka • Gangguan pada jamu karena toksin mikrobial • Bakteri menginfeksi, perubahan struktur, produksi enzim dan metabolik yang mengkontribusi virulensi dan patogenik • Baik bakteri aerob dan anaerob berkoloni hampir pada semua luka (Mangram AJ, et.al, 1999 & Cooper RA, 2005)
Interaksi antara penjamu dan mikroorganisme pada luka • Terminologi • Contamination • Colonization • Critical colonization • Infection • (Landis SJ, 2008)
Contamination • Keberadaan bakteri dalam luka • Semua luka kronik terkontaminasi • Bakteri tidak mengalami replikasi • Tidak merusak jaringan dan penyembuhan berlangsung
Colonazation • Tahap berikut melibatkan hubungan pada mikrobial dengan penjamu • Bakteri mengalami replikasi • Luka dapat sembuh • Sumber potensial : • - organisme lokal kulit: carynebacteria spp, prapianibacteria spp, coagulase-negative staphylococci dan viridans streptococci. • - lingkungan ekternal: multi-resistant organisms (MROs): MRSA • - Sumber endogenous; streptococcus spp, coliforms dan anaerobes
Crtitical colonization • Tahap krusial dimana konfrontasi antara bakteri dan penjamu menghasilkan fisura dan pelindung pada kompartemen permukaan luka • Gambaran klinik: lambatnya penyembuhan, nyeri, exudat>>, perubahan warna pada dasar luka, jaringan granulasi mudah rapuh, normal/abnormal jaringan granulasi, bau yang tidak sedap
Infeksi pada luka, kulit & jaringan lunak • Dapat disebabkan oleh:staphylococcus aureus & kelompok streptococci (GAS), pseudomonas aeruginosa, enterococci & kelompok streptococci, anaerobic microbial; fusobacterium necrophorum & bacteroides fragillis. • Mikroorganise; virulensi tinggi: streptococcus pyogenes atau psudomonas aeruginosa (Lazzarini L, 2004 & Ljung A, Yanagisawa N, Wadstrom T, 2006)
TUJUAN PENCEGAHAN INFEKSI • Bagian dari kualitas pelayanan kesehatan • Mencegah infeksi silang dalam prosedur klinik seperti ganti balutan • Menurunkan risiko transmisi penyakit menular seperti Hepatitis B dan AIDS
Aplikasi Kewaspadaan Standar • Setiap orang dapat merupakan sumber infeksi • Membudayakan cuci tangan • Menggunakan barier protektif (misalnya: sepatu, masker, kacamata, gaun bedah, sarung tangan) • Penggunaan aseptik medik , bedah, dan antiseptik • Memproses instrumen agar aman digunakan • Budaya aman dalam setiap prosedur • Pengelolaan limbah berbahaya secara adekuat
Kontrol terhadap luka terinfeksi • Dressing steril • Udara ruangan • Lantai • Peralatan • Pembuangan • Teknik
Survey • Pasien yang berisiko • Unit perawatan • Data laboratorium
Beberapa cara mengurangi risiko transmisi penyakit • Diantara klien-petugas • Cuci tangan • Gunakan Barier Protektif • Sarung tangan • Pelindung mata (kacamata, masker) • Apron/Celemek • Budaya aman di tempat kerja • Jangan memasang tutup/membengkokkan jarum suntik bekas pakai • Selalu berhati-hati dalam memegang/mengelola benda tajam
CUCI TANGAN • Saat datang dan pulang dari tempat kerja • Sebelum dan setelah memeriksa klien • Sebelum dan setelah pakai sarung tangan • Setelah terpapar darah atau sekret tubuh • Setelah tersentuh material berbahaya/toksik • Sebelum dan setelah makan • Setelah menggunakan toilet/buang air
Mencuci tangan Gunakan sabun, air bersih mengalir 10-15 detik dan pakai handuk pribadi atau tissue Sebagai alternatif, dapat gunakan bilasan alkohol-gliserin (asalkan tangan tak kotor secara fisik)
Cuci tangan pra-bedah • Gunakan larutan antiseptik (bila tersedia) dan bilas dengan air bersih mengalir • Gunakan sikat halus untuk membersihkan kuku • Gunakan spons untuk membersihkan kulit • Keringkan tangan dan lengan dengan handuk
INGAT ! • Setiap tindakan dengan risiko infeksi harus dilaksanakan secara hati-hati dan benar. • Tingginya angka infeksi pasca tindakan menunjukkan rendahnya mutu pelayanan
Barier Protektif • Gunakan kacamata pelindung, masker, celemek dan sepatu tertutup.
Gunakan Sarung Tangan • Saat melakukan prosedur bedah • Ketika melakukan periksa dalam • Saat mengambil sampel darah • Jika menangani peralatan/linen yang terkontaminasi bahan/sekret menular • Saat mengelola dan membuang limbah • Membersihkan percikan darah/sekret tubuh di peralatan, permukaan meja bedah, lantai
PERLINDUNGAN TRANSMISI PENYAKIT BAGI PETUGAS KESEHATAN • Kebanyakan infeksi terjadi akibat paparan dengan darah atau cairan tubuh pasien yang secara klinis belum menunjukkan gejala adanya penyakit • Aplikasikan budaya bersih dan aman seperti cuci tangan dan memakai sarung tangan. • Mencegah terjadinya luka tusuk/sayat dan melakukan prosedur antisepsis • Proses peralatan dan sarana kesehatan
Risiko Transmisi Penyakit • Risiko transmisi HIV setelah tertusuk jarum suntik dari pasien dengan HIV positif adalah 4 : 1000 • Risiko penularan HBV setelah tertusuk jarum suntik dari pasien dengan HBV positif adalah 27 - 37 : 100
Prevalensi HIV dalam darah donor di Indonesia pada tahun 1992-2001 0.016 0.014 0.012 0.010 Per 1000 HIV-positif 0.008 0.006 0.004 0.002 0.000 1992 – 1993 1993 – 1994 1994 – 1995 1995 – 1996 1996 – 1997 1997 – 1998 1998 – 1999 1999 – 2000 2000 – 2001 Sumber: National AIDS Programme, Indonesia July 2002
Mencegah Luka Tusuk • Gunakan teknik zona aman untuk membawa atau memindah-tangankan benda/instrumen tajam • Pilih media/penghantar instrumen tajam yang sesuai (misalnya: wadah logam) • Gunakan pinset atau klem ketika mengambil jarum atau memasang skalpel/pisau bedah • Beritahukan pada operator bahwa anda akan memberikan instrumen tajam yang diminta
Mencegah Luka Tusuk • Gunakan pinset saat mengambil jarum dan zona aman sebagai penghantar instrumen tajam
Mencegah Luka Tusuk Gunakan klem atau pemegang jarum saat memasang atau melepaskan pisau bedah atau instrumen tajam lain yang harus disatukan atau dipisahkan
Eradikasi mikroorganisme di peralatan bekas pakai melalui berbagai tingkatan proses Memproses peralatan bekas pakai: • Dekontaminasi • Cuci dan Bilas • Disinfeksi Tingkat Tinggi • Sterilisasi
Sterilisasi Kimiawi Uap panas tekanan tinggi Panas kering Dekontaminasi Tahapan Proses peralatan DTT • Merebus • Mengukus • Kimiawi Cuci dan Bilas Keringkan,dinginkan, simpan atau siap pakai
Dekontaminasi • Masukkan peralatan bekas pakai yang akan digunakan kembali ke dalam larutan klorin 0,5% segera setelah digunakan. • Rendam selama 10 menit dan segera lakukan pembilasan. • Lakukan pula pembersihan permukaan peralatan (misalnya meja bedah) dengan larutan klorin 0,5%.
Cara membuat klorin 0,5% dari konsentrat atau sediaan yang mengandung 5% klorin :
Pencucian • Cuci dengan air bersih dan sabun atau deterjen • Sikat dengan sikat halus hingga tampak bersih • Lakukan penyikatan dalam air pencuci untuk menghindarkan percikan • Buka engsel atau sambungan peralatan • Bilas merata dengan air bersih.
Desinfeksi Tingkat Tinggi(Perebusan) • Susun peralatan hingga terendam dalam air • Rebus hingga mendidih dalam panci bertutup. • Hitung waktu dari saat air mulai mendidih hingga 20 menit untuk proses DTT • Jangan menambah sesuatu ke dalam panci setelah penghitungan waktu dimulai • Keringkan di udara terbuka sebelum disimpan.
Desinfeksi Tingkat Tinggi (Pengukusan) Susun peralatan/sarung tangan agar semua bagian terpapar uap dan tak terendam air pengukus Kukus hingga keluar uap air dari pengukus dan mulai saat itu, hitung hingga 20 menit Jangan menambah air atau peralatan selama pengukusan berlangsung
Desinfeksi Tingkat Tinggi secara Kimiawi • Masukkan peralatan kedalam larutan dekontaminan yang tersedia • Rendam selama 20 menit. • Bilas dengan air DTT • Biarkan kering sebelum digunakan dan disimpan.
DTT Kimiawi • Sebelum tingkat DTT harus dilakukan dulu dekontaminasi, cuci-bilas dan keringkan • Gunakan larutan Klorin 0,1-0,5% atau Glutaraldehida 2% • Gunakan larutan baru atau belum kedaluarsa • Pakai wadah berpenutup, bahan non-korosif • Digunakan untuk instrumen tidak tahan panas atau peralatan optik • Instrumen harus terendam dengan baik • Waktu DTT 20 menit dan bilas dengan air DTT sebelum digunakan
Autoklaf 106 kPa, 121°C, 20 menit & 30 menit (tanpa bungkus & terbungkus) Sterilisasi Kimiawi Rendam dalam Glutaraldehida selama 10 jam Panas kering 170°C selama 60 menit atau 160°C selama 120 menit
Menyiapkan kulit atau mukosa untuk prosedur pembedahan • Jangan menggunakan pisau cukur pada area pembedahan • Pada area berambut, lakukan pengguntingan bila menghalangi lapangan pandang operator • Tanyakan riwayat alergi antiseptik pada klien. • Bersihkan area operasi dengan sabun. • Usapkan larutan antiseptik pada area operasi secara secara melingkar atau atas-bawah
Mengamankan atau membuang instrumen tajam Masukkan dalam wadah khusus yang tahan bocor atau tusukan Lakukan dekontaminasi sebelum di buang atau dimasukkan ke dalam wadah tersebut Jangan menekuk atau mematahkan jarum dengan tangan
Mengelola Limbah • Untuk mencegah infeksi atau cedera berbahaya akibat benda tajam pada petugas pengelola limbah • Menghindarkan penularan penyakit ke masyarakat sekitar • Pisahkan limbah terkontaminasi dan non-kontaminasi • Masukkan bahan-bahan terkontaminasi kedalam pembungkus tahan bocor atau kantong plastik. • Dibuang secara dibakar atau ditanam.
Cara Pengelolaan Limbah • Gunakan sarung tangan rumah tangga • Tempatkan limbah berbahaya dalam wadah tertutup dan aman • Masukkan instrumen/benda tajam ke dalam tempat khusus/tahan tusuk • Buang limbah cair pada saluran khusus • Bakar/tanam limbah padat yang terkontaminasi • Cuci tangan, sarung tangan dan wadah yang telah digunakan untuk mengelola limbah
Rangkuman • Pencegahan Infeksi merupakan upaya untuk mencegah transmisi silang dan diterapkan dengan mengacu pada kewaspadaan standar • Proses peralatan atau instrumen harus dilakukan secara benar dan taat azaz agar diperoleh hasil maksimal dan memenuhi syarat • Pencegahan Infeksi tidak selalu berati penambahan biaya, yang paling penting adalah pembudayaan lingkungan bersih dan aman serta menumbuhkan perilaku bekerja secara standar dan selalu menjaga kualitas pelayanan