680 likes | 2.75k Views
KLASIFIKASI HADIS. PEMBAGIAN HADIS BERDASARKAN JUMLAH PERAWI 2. PEMBAGIAN HADIS BERDASARKAN KUALITAS PERAWI. BERDASARKAN JUMLAH PERAWI. PERTAMA HADIS MUTAWATIR
E N D
KLASIFIKASI HADIS PEMBAGIAN HADIS BERDASARKAN JUMLAH PERAWI 2. PEMBAGIAN HADIS BERDASARKAN KUALITAS PERAWI
BERDASARKAN JUMLAH PERAWI PERTAMA HADIS MUTAWATIR • Yaitu hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang adil pada setiap tingkat sanadnya, dan mustahil diantara meraka akan melakukan kebohongan (secara bersama) (Subhi Shalih). • Hadis mutawatir terbagi dua: 1. Mutawatir lafzi, yakni hadis yang diriwayatkan secara muwatir dengan lafal yang sama persis. Seperti hadis : hadis
hadis 2. Hadis mutawatir makna, yakni hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi dengan menggunakan lafal yang bebeda, tetapi esensinya tetap sama. Contoh hadis: Hadis mutawatir memiliki nilai satu tingkat di bawah Al-Qur’an. Karena itulah, para ulama seperti Ibnu Hajar mengatakan bahwa kewajiban mengamalkan hadis mutawatir adalah sejalan dengan kewajiban mengamalkan ajaran al-Qur’an. Keduanya sama-sama memiliki nilai kebenaran yang qath’i (pasti kebenarannya berasal dari Nabi saw).
KEDUA HADIS AHAD Yaitu hadis yang diriwayatkan oleh satu orang perawi atau lebih yang jumlahnya hanya sedikit, tidak mencapai jumlah mutawatir (Subhi Shalih). • Hadis ahad memiliki nilai kebenaran di bawah hadis mutawatir. Nilai kebenarannya hanya sampai pada nilai zhan (dugaan). Artinya kebenaran hadis tersebut berasal dari Nabi harus diteliti terlebih dahulu. Karena kemungkinan terjadinya kebohongan dalam periwayatan hadis tersebut sangat lah mungkin. Contoh: hadis
BERDASARKAN KUALITAS PERAWI • Dalam hal ini hadis terbagi kepada 3: PERTAMA HADIS SHAHIH Yaitu hadis yang sanadnya bersambung, perawinya adil dan dhabit dari awal sampai akhir, serta sanad dan matannya tidak mengandung syaz dan illat (Ibnu Shalah). Sebuah hadis baru bisa diketahui shahih atau tidak setelah dilakukan penelitian. Karena itulah para ulama hadis abad ke-4 H sudah melakukannya , seperti Bukhari dan Muslim. hadis
KEDUA HADIS HASAN. Yaitu hadis yang sandanya bersambung, perawinya adil dan dhabit, serta terhindar dari Illat dan tahlili. Hanyan saja nilai kebenarannya berada satu tingkat di bawah hadis shahih, karena perawinya yang kurang secara dhabit (hafalan). Namun dalam pengamalannya ulama mengatakan bahwa hadis hasan bisa diamalkan, sebagaimana hadis shahih, jika nilai dhabit perawinya tidak terlalu kurang. hadis
KETIGA HADIS DHA’IF. • Yaitu hadis yang tidak memenuhi persyaratan pada hadis shahih dan hasan, yakni sanad tidak bersambung, tidak adil dan dhabit, terdapat syaz dan illat. Terkait dengan boleh tidaknya beramal dengan hadis dha’if, terdapat perbedaan pendapat. • Tidak boleh beramal dengannya. (Bukhari). • Boleh, karena bagaimanapun hadis lebih baik dari pendapat ulama (Abu Daud). • Boleh digunakan untuk fadhail amal (keutamaan amal). (Ibnu Hajar). hadis