250 likes | 715 Views
Kritik Atas :. Kesalahpahaman Feminis. Terhadap. Mufasir dan Metode Penafsirannya. Oleh : Taufik Apandi. Mufasir. Metode Tafsir. Syari’at Islam. Feminisme. Liberal. Sosial. Teologi Feminis. Radikal. Ekofeminisme. Paradigma :
E N D
Kritik Atas : Kesalahpahaman Feminis Terhadap Mufasir dan Metode Penafsirannya Oleh : Taufik Apandi
Mufasir Metode Tafsir Syari’at Islam
Feminisme Liberal Sosial TeologiFeminis Radikal Ekofeminisme Paradigma : MerubahStrukturalDemiKesetaraandanKeadilan Gender Sosial : Menghilangkan Agama TeologiFeminis : Menggunakan Agama
Kristen Al-Qur’an Teologi Feminis Ditafsirkandenganideologipatriarkat yang menyudutkanwanita Islam As-Sunnah Yahudi
Al-Qur’an Tafsir Ditulisoleh MufasirLaki-Laki Metode yang Tradisional Bias Gender
Menyoal Mufasir Laki-Laki Tidak Melibatkan Perempuan dalam Penafsiran Merampas Hak-Hak Perempuan Dominannya Pengalaman Laki-Laki Sesuai dengan Kepentingan Mufasir (Amina Wadud, Quran Menurut Perempuan … hal.17)
Menyoal Metode Tafsir Metode TafsirTradisional / Atomistik Hanya pada aspek : hukum, tasawuf, nahwu-sharaf, balaghah, atau sejarah. Ahistoris Tidak peka terhadap perkembangan zaman (Amina Wadud, Quran Menurut Perempuan … hal.16)
Mufasir Laki-Laki MetodeTafsirTradisonal Gugatan FEMINIS MetodeTafsirKontekstual [Hermeneutika] Menafsirkan dengan OptikPerempuan TeoriGerakanGanda Keadilan Gender ideal-moral ReinterpretasiFeminis : Ayat-ayattentangwaris, kepemimpinanlaki-laki, dsbberubah, ditafsirkanberdasarkankeadilan gender
KepemimpinanRumahTangga الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ (an-Nisa : 34)وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ KontekstualbukanNormatif kontekstual-historikal pekerjaandomestiksebagaikewajibanperempuan kesadaransosialwanitarendah kaumlaki-lakiungguldalamnafkah tidakrelevanlagi kaumwanitabekerja / menafkahikeluarga budayadankondisiberubah
KritikTerhadapKaumFeminis MufasirLaki-Laki MetodeTafsirTradisonal • BerasaldariTradisi Barat • Kelirumemahamimetodetafsirtradisional • Salahmemahamikonsepasbabun-nuzul • BerasaldariTradisi Barat • Generalisir • Berdasarkanjeniskelamin, • Tidakdisebutkanalasankelemahan, maupunjenispenyimpangan yang dilakukanparamufsir • Tidak Fair
Rasulullah saw. Sahabat, danTabi’in Kredibilitas Mufasir AdanyaTradisiKritik AdanyaSyaratdanAdabMufasir
1. MufasirSahabat, danTabi’in Muadz bin Jabal diutuske Yaman (Sahih Bukhari,misalnya bab : “Akhd ash Shadaqah min al-Aghniya wa Turaddu fi al- Fuqara Haitsu Kanu”. Sahih Muslim, Misalnya bab : “Ad-Du’a ila Asy-Syahadatain wa Syara’i al-Islam” Sahabat : khalifah yang empat, Ibn Abbas, Ibn Mas’ud, Aisyah, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Tabi’in : Mujahid, Atha, Ikrimah, Zaid bin Aslam, dll
2.SyaratdanAdabMufasir 1. Syarat Keilmuan : - Mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang al-Quran dan as-Sunnah, - Mengetahui pendapat dan penafsiran para sahabat. - Menguasaiberbagai bidang ilmu ; ilmu bahasa Arab, seperti Nahwu, Sharaf, balaghah, dsb, dan Ulumul Qur’an. • 2. Syarat ‘Aqliyyah : • Mempunyai kemampuan akal yang baik, kuat dalam beristidlal dan bagus dalam beristinbath, • Mampu melakukan tarjih terhadap dalil-dalil yang bertentangan, • Mengetahui perbedaan pendapat dengan benar.
SyaratdanAdabMufasir • Syarat Diniyah dan Adabiyah : • Akidahnya harus benar, • Menunaikan kewajiban-kewajiban agama, • Konsisten dalam adab dan akhlak Islam, • Bebas dari kungkungan hawa nafsu, serta takut kepada Allah. • Tidak terlintas bid’ah, sombong, cinta dunia atau condong kepada kemaksiatan dalam hatinya. • - Berniat baik, • - Berakhlak baik, • - Ta’at dan beramal, • - Berlaku jujur dan teliti dalam penukilan, • - Berjiwa mulia, • Lantang dalam menyampaikan kebenaran, • Mempersiapkan dan menempuh langkah-langkah penafsiran, dsb
3. AdanyaTradisiKritik • Rasulullah saw. • (meluruskan danmenjelaskan makna yang sebenarnya. Ketika ada salah seorang sahabat kurang tepat dalammemahami kandungan maknasuatu ayat) • 2. Para sahabat • Tabi’in • (Kritik rijal tafsir secara umum) • Para ulama • (pengembangantradisikritik)
ValiditasMetodeTafsirTradisional قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كَيْفَ تَقْضِي إِذَا عَرَضَ لَكَ قَضَاءٌ قَالَ أَقْضِي بِكِتَابِ اللَّهِ قَالَ فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فِي كِتَابِ اللَّهِ قَالَ فَبِسُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فِي سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا فِي كِتَابِ اللَّهِ قَالَ أَجْتَهِدُ رَأْيِي وَلَا آلُو فَضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَدْرَهُ وَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَفَّقَ رَسُولَ رَسُولِ اللَّهِ لِمَا يُرْضِي (Sunan Abu Daud, bab ; Ijtihad ar-Ra’yi fi al-Qadha’I. Sunan at-Tirmidzi, bab ; Ma Ja,a fi al-Qadhi Kaifa Yaqtadhi) Al-Qur’an As-Sunnah QaulSahabat PenafsiranTabi’in PendekatanKebahasaan
Al-Qur’an As-Sunnah Penafsiran Menyimpang [Syadz] (Dr. Abdurrahman bin Shalih ad-Dahasy, Al-AqwalAsy-Syadahfi At-Tafsir : Nasy’atuhawaAsbabuhawaAtsaruha. UniversitasIbnSa’ud. 2004. hal.19-24 QaulSahabat PenafsiranTabi’in PendekatanKebahasaan
KaidahAsbabunNuzul Yang MenjadiAcuanAdalahJawaban, BukanPertanyaan Peristiwayang terjadipadamasa Nabisaw., ataupertanyaanyangditujukan kepadabeliau yang karenanya al-Qur’an diturunkan (Abdul Fatah Abdul Ghani al-Qadhi,Asbab An-Nuzul An AshShahabat wa Al-Mufassirin.2007. hal.5) Yang MenjadiWahyuadalahLafadz, BukanPertanyaan atauPeristiwa العبرة بعموم اللفظ لا بخصوص السبب قال ابن تيمية : قولهم هذه الأية نزلت في كذا... لم يقصدوا أن حكم الاية مختص بأولئك الأعيان دون غيرهم فان هذا لا يقوله مسلم ولا عاقل علي الإطلاق (Dr. Fahd bin Abdurrahman bin Sulaimanar-Rumi, BuhutsfiUshul at-TafsirwaManahijuh. Beirut : 1414 H. Hal.138. )
KaidahAsbabunNuzul SeorangLaki-lakimenciumpipiseorangperempuantanpasengaja. { أَقِمْ الصَّلَاةَ طَرَفَيْ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنْ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ} فَقَالَ الرَّجُلُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلِي هَذَا قَالَ لِجَمِيعِ أُمَّتِي كُلِّهِمْ (SahihBukhari, Bab : Ash-ShalatKaffarat. Juz.2) Syekh Muhammad al-Ghazali : Kondisimasyarakatketikaturunnya al-Qur’anmerupakankomunitasmanusia yang kondisinyamerupakangambaran yang selalumenimpamanusiadisepanjangzaman . Hukumberlakuuntuksetiapkasus yang serupahinggaharikiamat. (Muhammad al-Ghazali, KaifaNata’amalMa’a Al-Qur’an. Kairo : NahdhahMishr. 2005. Hal. 80)
Mufasir Laki-Laki MetodeTafsirTradisonal KredibilitasTafsir dan MetodetAFSIR MetodeTafsirRasulullah saw., Para Sahabat, Tabi’in, danJumhurUlama SyaratdanAdabMufasir Tradisi Kritik Kaidah Asbabun-Nuzul OrisinalitasPenafsiran : MenafsirkanAyat-ayatTentangPerempuansesuaidenganAjaran Islam . BukanDekonstruksi.
KepemimpinanRumahTangga الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ (an-Nisa : 34)وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ Normatif Tekstual-kontekstual Kelebihan Laki-laki (sempurnaakal, agama, fisik, mahar, menafkahi, dll) mengurus, melindungi, melakukan perbaikan, memberikan rasa aman, “ قَوَّامُون” Laki-lakimenjadipemimpin Kesadaransosialwanitatinggi kaumwanitabekerja / menafkahikeluarga
KESIMPULAN Gugatanterhadapmufasirdanmetodepenafsirannyamerupakanjustifikasiatasupayadekonstruksisyari’ahdandemikepentingan Barat (Kesetaraan Gender, HAM, dll) Tidak Ada Halangan untuk Mengakui Penafsiran MufasirLaki-lakiSelama Mereka Berpegang pada PersyaratandanKaidahPenafsiran MetodeTafsirTradisional , TermasukKontekstual, danMemeperhatikanTantanganZaman
SekedarRenungan……. “Masalah Kita sekarang adalah bukan pria dan perempuan tidak setara, tetapi hanya sedikit sekali pria sejati atau wanita sejati yang tinggal di dunia ini” -[Sachiko Murata]-