320 likes | 397 Views
LITERATURE REVIEW STUNTING. Oleh HENI, S.Kep.,Ners.,M.Kep. Disampaikan dalam : SEMINAR DAN WORKSHOP BERSINERGIS MENCEGAH DAN MENGATASI STUNTING Majalengka , 06 JULI 201 9. SITUASI GLOBAL STUNTING. TAHUN 2017 22,2 % ATAU SEKITAR 150,8 JUTA BALITA DI DUNIA MENGALAMI STUNTING
E N D
LITERATURE REVIEW STUNTING Oleh HENI, S.Kep.,Ners.,M.Kep Disampaikandalam : SEMINAR DAN WORKSHOP BERSINERGIS MENCEGAH DAN MENGATASI STUNTING Majalengka, 06 JULI 2019
SITUASI GLOBAL STUNTING • TAHUN 2017 22,2 % ATAU SEKITAR 150,8 JUTA BALITA DI DUNIA MENGALAMI STUNTING • ANGKA INI MENGALAMI PENURUNAN JIKA DIBANDINGKAN DENGAN ANGKA STUNTING PADA TAHUN 2000 YAITU 32,6% (Joint Child Malnutrition Eltimates, 2018) • MENURUT WHO, INDONESIA TERMASUK KE DALAM NEGARA KE 3 DGN PREVALENSI TERTINGGI DI REGIONAL ASIA TENGGARA SETELAH PERINGKAT KE 2 INDIA DAN PERINGKAT KE 1 TIMOR LESTE (child stunting data visualization dashboard, WHO, 2018)
SITUASI STUNTING DI INDONESIA • KEJADIAN BALITA STUNTING (PENDEK/KERDIL) MERUPAKAN MASALAH GIZI UTAMA YANG DIHADAPI INDONESIA • BERDASARKAN PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) SELAMA 3 TAHUN TERAKHIR, STUNTING MEMILIKI PREVALENSI TERTINGGI DIBANDING DENGAN MASALAH GIZI LAINNYA SEPERTI GIZI KURANG, KURUS DAN GEMUK • HASIL RISKESDAS TAHUN 2007 MENUNJUKKAN PREVALENSI BALITA PENDEK DI INDONESIA SEBESAR 36,8%, PADA TAHUN 2010 TERJADI SEDIKIT PENURUNAN MENJADI 35,6%, TAHUN 2013 ADA PENINGKATAN KEMBALI MENJADI 37,2%, TAHUN 2018 MENGALAMI PENURUNAN MENJADI 30,8% • ADANYA PENURUNAN ANGKA KEJADIAN STUNTING AKAN MENJADI UKURAN KEBERHASILAN PROGRAM YANG SUDAH DIUPAYAKAN OLEH PEMERINTAH
DEFINISI STUNTING : KONDISI DIMANA BALITA MEMILIKI PANJANG/TINGGI BADAN YANG KURANG JIKA DIBANDINGKAN DENGAN UMURNYA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA STUNTING : • Situasi ibu dan calon ibu Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan serta setelah persalinan mempengaruhi pertumbuhan janin dan risiko terjadinya stunting. Faktor lainnya pada ibu yang mempengaruhi adalah postur tubuh ibu (pendek), jarak kehamilan yang terlalu dekat, ibu yang masih remaja, serta asupan nutrisi yang kurang pada saat kehamilan. Faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu hamil adalah terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan, dan terlalu dekat jarak kelahiran. Usia kehamilan ibu yang terlalu muda (di bawah 20 tahun) berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Bayi BBLR mempengaruhi sekitar 20% dari terjadinya stunting.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA STUNTING • Situasi bayi dan balita Nutrisi yang diperoleh sejak bayi lahir tentunya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhannya termasuk risiko terjadinya stunting. Tidak terlaksananya inisiasi menyusu dini (IMD), gagalnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, dan proses penyapihan dini dapat menjadi salah satu faktor terjadinya stunting. Sedangkan dari sisi pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) hal yang perlu diperhatikan adalah kuantitas, kualitas, dan keamanan pangan yang diberikan
Situasi sosial ekonomi dan lingkungan Kondisi sosial ekonomi dan sanitasi tempat tinggal juga berkaitan dengan terjadinya stunting. Kondisi ekonomi erat kaitannya dengan kemampuan dalam memenuhi asupan yang bergizi dan pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan balita. Sedangkan sanitasi dan keamanan pangan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit infeksi Berdasarkan data Joint Child Malnutrition Estimates tahun 2018, negara dengan pendapatan menengah ke atas mampu menurunkan angka stunting hingga 64%, sedangkan pada negara menengah ke bawah hanya menurunkan sekitar 24% dari tahun 2000 hingga 2017. Pada negara dengan pendapatan rendah justru mengalami peningkatan pada tahun 2017.
Upaya pencegahan stunting : • Stunting merupakan salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs) yang termasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan ke-2 yaitu menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan. Target yang ditetapkan WHO adalah menurunkan angka stunting hingga 40% pada tahun 2025. • Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah menetapkan stunting sebagai salah satu program prioritas. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi stunting di antaranya sebagai berikut :
a. Ibu hamil dan bersalin : • Intervensi pada 1.000 hari pertama kehidupan; • Mengupayakan jaminan mutu ante natal care (ANC) terpadu; • Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan; • Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori, protein, dan mikronutrien (TKPM); • Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular); f. Pemberantasan kecacingan; • Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam Buku KIA; • Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif; • Penyuluhan dan pelayanan KB.
b. Balita : • Pemantauan pertumbuhan balita; • Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita; • Menyelenggarakan stimulasi dini perkembangan anak; • Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal
c. Anak Usia Sekolah : • Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS); • Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS; • Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS); • Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan narkoba
d. Remaja • Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pola gizi seimbang, tidak merokok, dan mengonsumsi narkoba; • Pendidikan kesehatan reproduksi.
e. Dewasa muda • Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB); • Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular); • Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi seimbang, tidak merokok/mengonsumsi narkoba
METODE Metode yang digunakandalamtelaahliteraturiniadalahmengumpulkandanmenganalisisartikel-artikelpenelitianmengenaistunting. Artikeldidapatdarijurnal-jurnalelektronikdariEBSCOHost, ProQuest, dan PubMed, google Scholar menggunakan kata kuncistunting dan anak. Kriteriainklusitelaahliteraturiniadalahartikelditerbitkanantara 2014-2019danbisamengaksesfull text.
The factor affecting stunting on Toddlers in Rural and Urban Areas Farah OkkyAridiyah, Ninna Rohmawati, Mury Ririanty INDONESIA, 2015
Faktor-faktor penentu stunting masa kanak-kanak di Republik Demokratik Kongo: analisis lebih lanjut terhadap Survei Demografi dan Kesehatan 2013–2014
HUBUNGAN ANTARA TINGGI BADAN ORANG TUA DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 24-59 BULAN DI KECAMATAN TOMBATU UTARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Kisye C.G Laala*, Maureen I. Punuh*, Nova H. Kapantow, 2018
Kecukupan Asupan Zinc Berhubungan dengan Perkembangan Motorik pada Balita Stunting dan Non-Stunting Hesty Dwi Septiawahyuni*, Dewi Retno Suminar1 INDONESIA, 2015
Factors associated with recovery from stunting among under-five children in two Nairobi informal settlementsFaktor-faktor yang berhubungan dengan pemulihan dari stunting pada balita di dua permukiman informal NairobiCheikh Mbacke ´ FayeID1,2*, Sharon Fonn2, Jonathan Levin2- South Africa 2018 Hasil dari penelitian : • Imunisasi anak tepat waktu, paritas ibu, status sosial ekonomi adalah faktor penting yg berhubungan dengan waktu untuk pulih dari stunting dalam lima tahun pertama kehidupan anak • Usia anak saat mengalami stunting, paritas dan usia ibu memiliki pengaruh kuat terhadap pemulihan pasca stunting • Akses ke layanan kesehatan, peran serta tenaga kesehatan dan proses pengasuhan anak berpengaruh dalam meningkatkan proses tumbuh kembang dilokasi penelitian • Intervensi : meningkatkan kesehatan reproduksi ibu usia muda di daerah kumuh.
Stunting Problems and Interventions to Prevent Stunting (A Literature Review). 2015 • Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan (growth faltering) akibat akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan. Keadaan ini diperparah dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh (catch up growth) yang memadai. • Indikator yang digunakan untuk mengidentifikasi balita stunting adalah berdasarkan indeks Tinggi badan menurut umur (TB/U) menurut standar WHO child growth standart dengan kriteria stunting jika nilai z score TB/U < -2 Standard Deviasi (SD) (Picauly & Toy, 2013; Mucha, 2013) • Periode 024 bulan merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan sehingga disebut dengan periode emas. Periode ini merupakan periode yang sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Untuk itu diperlukan pemenuhan gizi yang adekuat pada usia ini (Mucha, 2013).
Fokus Gerakan perbaikan gizi ditujukan kepada kelompok 1000 hari pertama kehidupan, pada tatanan global disebut Scaling Up Nutrition (SUN) dan di Indonesia disebut dengan Gerakan Nasional Sadar Gizi dalam Rangka Percepatan Perbaikan Gizi Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan. Intervensi yang dilakukan terdiri dari intervensi spesifik (jangka pendek) dan intervensi sensitif (jangka panjang). • SUN movement merupakan upaya global dari berbagai negara dalam rangka memperkuat komitmen dan rencana aksi percepatan perbaikan gizi, khususnya penanganan gizi sejak 1.000 hari dari masa kehamilan hingga anak usia 2 tahun. Gerakan ini merupakan respon negara-negara di dunia terhadap kondisi status gizi di sebagian besar negara berkembang. • Gerakan SUN merupakan upaya baru untuk menghilangkan kekurangan gizi dalam segala bentuknya. Prinsip gerakan ini adalah semua orang memiliki hak atas pangan dan gizi yang baik • Intervensi yang dilakukan pada SUN adalah intervensi spesifik dan intervensi sensitif
Terima kasih………………… Semoga Bermanfaat