180 likes | 879 Views
HIPERSENSITIFITAS. Lisa Andina, S.farm, Apt. Pengertian . Hipersentifitas adalah suatu respon antigenik yang berlebihan yang terjadi pada individu yang sebelumnya telah mengalami suatu sensitisasi dengan antigen Paparan kedua suatu Ag dapat menimbulkan respon imun sekunder yang berlebihan .
E N D
HIPERSENSITIFITAS Lisa Andina, S.farm, Apt.
Pengertian • Hipersentifitas adalah suatu respon antigenik yang berlebihan yang terjadi pada individu yang sebelumnya telah mengalami suatu sensitisasi dengan antigen • Paparan kedua suatu Ag dapat menimbulkan respon imun sekunder yang berlebihan .
Berdasarkan mekanisme reaksi imunologik yang terjadi, Gell dan Coomb membagi reaksi hipersensitifitas menjadi 4 golongan, yaitu: • Tipe I (reaksi anafilaktik) • Tipe II (reaksi sitotoksik) • Tipe III (reaksi kompleks imun) • Tipe IV (reaksi tipe lambat)
Hipersensitifitas Tipe I (Reaksi Anafilaktik) • Terjadi dalam waktu cepat (2-30 menit) setelah paparan kedua. • Reaksi dapat terjadi bila: • Jumlah Ag yg masuk cukup banyak • Status imunologik humoral/seluler meningkat • Faktor penting reaksi anafilaktik adalah IgE. • Umumnya reaksi anafilaktik bersifat sistemik sehingga menyebabkan syok dan depresi pernafasan yg dpt berakibat fatal. • Reaksi anafilaktik juga dapat bersifat reaksi lokal termasuk reaksi alergi seperti asma dan kemerahan pada kulit.
Sel mast dan basofil mempunyai sekitar 500.000 situs tempat menempelnya IgE • Apabila IgE yang melekat pada sel mastosit terpapar dengan alergen yang spesifik, maka akan diikat oleh IgE sedemikian sehingga alergen tersebut membentuk jembatan atau crosslinking di antara kedua molekul IgE >> degranulasi sel mastosit dan basofil • Lepasnya mediator kimiawi: histamin, heparin, eosinophil cemotactic factor, leukotrin, prostaglandin • Akibatnya: • Vasodilatasi • Peningkatan permeabilitas vaskular • Penyempitan saluran bronkus • Edema pada mukosa • Hipersekresi lendir
Hipersensitifitas Tipe II (Reaksi Sitotoksik) • Umumnya terjadi akibat aktifasi sitem komplemen setelah mendapat rangsangan kompleks antigen-antibodi • Kompleks antigen-antibodi pada permukaan sel sasaran akan dihancurkan komplemen, makrofag, limfosit T-sitotoksik dan sel NK • Beberapa contoh reaksi hipersensitivitas II: • Reaksi yang terjadi pada transfusi darah • Apabila golongan darah tidak sesuai pada saat transfusi, misalnya gol. B di transfusikan pada gol. A, maka antigen yg terdapat pd permukaan sel darah gol B akan bereaksi dengan anti-B pada serum penerima. • Reaksi ini akan mengaktifasi komplemen, sehingga menyebabkan hemolisis sel darah merah donor ketika masuk ke dalam tubuh penerima donor. • Reaksi penolakan jaringan transplantasi • Terjadi apabila penerima sebelumnya pernah terpapar antigen jaringan transplantasi tersebut atau karena sistem imun mengenali jaringan transplantasi tersebut sebagai nonself.
Anemia hemolitik akibat obat • Molekul obat dapat berfungsi sebagai hapten, karena molekulnya terlalu kecil untuk bersifat sebagai antigenik • Tetapi apabila obat dapat menempel pada sel trombosit maka kompleks ini akan bersifat sebagai antigen yang dapat merangsang pembentukan antibodi • Contohnya : • obat sedormid dapat mengikat sel trombosit, merangsang antibodi dan mengaktifkan komplemen sehingga dapat melisiskan trombosit dan menyebabkan trombositopenik pupura • Kloramfenikol dapat mengikat sel darah putih menyebabkan agranulositosis • Fenasetin, kina, sulfonamid, klorpromazin dapat mengikat sel darah merah dan meyebabkan anemia hemolitik
Reaksi hemolitik pada bayi baru lahir akibat faktor rhesus • Penyakit yang berhubungan dengan reaksi hemolitik akibat faktor rhesus disebut hemolytic disease of the newborn (HDNB) • Terjadi apabila wanita dengan Rh- menikah dengan pria Rh+, maka kemungkinan 50% bayinya akan Rh+ • Jika bayi yang dilahirkan mempunyai Rh+, maka ibu yang Rh- akan terpapar antigen Rh pada waktu melahirkan bayinya melalui darah plasenta • Sebagian sel darah merah bayi masuk ke sirkulasi darah ibu • Di dalam tubuh ibunya akan terbentuk antibodi terhadap Rh+ (IgG) • Pada kehamilan berikutnya, jika janin Rh+ maka pada saat dilahirkan , antibodi terhadap Rh+ akan masuk ke dalam janin dan merusak sel darah merah janin • Pada saat dalam kandungan, sirkulasi ibunya dapat menetralkan racun dan produk disintegrasi darah janin • Pada saat dilahirkan darah janin tdk lagi mendapatkan perlindungan >> anemia berat dan jaundice • HDNB dapat dicegah dengan imunisasi pasif yang mengandung anti-Rh pada ibu Rh- , diharapkan jika antibodi Rh dan darah janin Rh+ memasuki darah ibu tidak memproduksi anti-Rh • Jika HDNB tdk dapat dicegah, maka dilakukan transfusi darah untuk menyelamatkan bayi
Hipersensitifitas Tipe III(Reaksi kompleks imun) • Reaksi yang melibatkan antibodi terhadap antigen yang larut dan bersirkulasi dalam serum • Berbeda dengan reaksi hipersentifitas II yang ditujukan kepada antigen yang berada pada sel atau permukaan sel • Kompleks antigen dan antibodi tersebut mengendap pada jaringan tertentu • Pembentkan kompleks ini akan mengakibatkan inflamasi • Apabila kompleks tersebut mengendap, maka terjadi aktifasi komplemen • Aktifasi komplemen tersebut tidak hanya menghancurkan kompleks antigen-antibodi, tetapi juga merusak jaringan di sekitarnya. • Contoh: • Glomerulonefritis
Hipersensitifitas Tipe IV (Reaksi tipe lambat) • Reaksi hipersensitifitas tipe IV atau tipe lambat merupakan reaksi yang melibatkan respon imun selular khususnya oleh sel T • Reaksi ini terjadi akibat paparan antigen asing, khususnya pada jaringan tubuh yang ditangkap oleh sel fagosit yaitu makrofag yang kemudian disajika ke pada sel T dengan determinan antigenik