1 / 9

BEHAVIORALISME (Pendekatan Tingkah Laku)

BEHAVIORALISME (Pendekatan Tingkah Laku). Kemunculan Behavioralisme. Kekecewaan terhadap studi politik yang sangat normatif (fokus pada what should be bukan what is ): Bagaimana seharusnya sebuah negara dan kelembagaannya diwujudkan? Bagaimana negara difungsikan ?

archer
Download Presentation

BEHAVIORALISME (Pendekatan Tingkah Laku)

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. BEHAVIORALISME(Pendekatan Tingkah Laku)

  2. Kemunculan Behavioralisme • Kekecewaan terhadap studi politik yang sangat normatif (fokus pada what should be bukan what is): • Bagaimana seharusnya sebuah negara dan kelembagaannya diwujudkan? • Bagaimana negara difungsikan? • Cara berpikir tersebut tdk bikin ilmu politik sebagai sebuah ilmu sebenarnya karena lebih banyak bersifat spekulatif,  tidak mampu melakukan prediksi dan eksplanasi. • Intinya: pendekatan lama tidak ilmiah.

  3. Pengaruh Filfafat Positivisme • Empirisisme (berbasis pada fakta) • Objektivisme (menjarakkan diri dari realita)  Bebas nilai

  4. Beberapa Kredo Dasar Dalam Behavioralisme • Regularitas fenomena ada pola tertentu dari perilaku politik manusia • Verifikasi pengetahuan harus terdiri dari proposisi yang sudah mengalami pengujian yang empiris, semua fakta harus berdasar fenomena yang bisa diamati: apa yang telah diucapkan dan apa yang telah diperbuat; perilaku individu dan kelompok politik.

  5. Metode yang matematis data diolah dan dikuantifikasi secara matematis. Dengan cara ini peneliti bisa mengesampingkan kepentingan dan nilai yang mereka miliki untuk merencanakan, melaksanakan, dan menganalisis penelitian. • Bebas nilai penelitian ilmu politik harus objektif. Tujuan ilmu politik bukan untuk wujudkan kehidupan yang lebih baik, tapi hanya menjelaskan, memahami dan menggambarkan fenomena politik secara realistis. Tidak bicara soal benar-salah. Ilmu politik dianggap sebagai ilmu murni, bukan terapan.

  6. Sistematisasi Penelitian dalam ilmu politik harus dipandu oleh teori, dan berorientasi pada teori. • Interdisipliner

  7. Behavioral Revolution • The New Science of Politics (mazhab Chicago, Charles Merriam cs) lihat perkembangan behavioralism sebagai revolusi di dalam ilmu politik sehingga disebut pula sebagai mampu menolak dan menjungkir balikkan semua metode dan prosedur kerja yang lama diyakini ilmuwan politik di masa itu. • Revolusi behavioral tandakan ilmu politik sudah mampu menjadi ilmu yang normal(Normal Science) seperti ilmu-ilmu lain.

  8. Beberapa Kelemahan • Ilmu politik tidak dapat, dan tidak akan dapat menjadi sains dalam artian yang sebenarnya. Terlampau banyak variables yang harus dikontrol ketika orang harus menjelaskan gejala politik. • Perilaku orang seringkali tak bisa ditebak dan tak terpola. Perilaku manusia yang tampak hanya memperlihatkan sebagian dari gejala.

  9. Kuantifikasi itu tidak akan mencapai hasil yang sesungguhnya. Sejumlah gejala sosial dan politik tidaklah dapat dikuantifikasi. • Di dalam banyak hal sejumlah persoalan politik melibatkan masalah moral dan etika. • Interdisipliner penting, tapi jadi diri dan kekhasan ilmu politik tetap harus ada

More Related