1 / 89

MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA

MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA. BAB 5 JALAN PERKOTAAN. 1. PENDAHULUAN. 1.1. Lingkup dan Tujuan 1.1.1. Definisi segmen jalan perkotaan :

arva
Download Presentation

MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA BAB 5 JALAN PERKOTAAN

  2. 1. PENDAHULUAN 1.1. LingkupdanTujuan 1.1.1. Definisisegmenjalanperkotaan : • Mempunyaipengembangansecarapermanendanmenerus minimum padasalahsatusisinya, jalandiataudekatpusatperkotaandenganpenduduk > 100.000 orang. • Indikasiantara lain karakteristikaruslalulintaspuncakpagidan sore (didominasikend. Pribadidansepeda motor), peningkatanarus yang cukuppada jam puncak. • Tipejalanperkotaanadalah : 2/2 UD, 4/2 UD, 4/2 D, 6/2 D, Jalansatuarah (1-3/1)

  3. 1.1.1. Penggunaan TipeJalaninitidakharusberkaitandengansistemklasifikasifungsionaljalan Indonesia, UU Jalan No. 13, 1980 & UU tentangLaluLintasdanAngkutanJalan No. 14 tahun 1992. Dapatdigunakanpadakondisi: • Alinyemendataratauhampirdatar • Alinyemenhorisontallurusatauhampirlurus • Mempunyaikarakteristik yang hampirsamasepanjangjalan

  4. 1.1.3. SegmenJalan : • Diantarasimpangdantidakterpengaruholehsimpangbersinyalatausimpangtakbersinyalutamadan • Mempunyaikarakteristik yang hampirsamasepanjangjalan. Batas segmenjalanperkotaandapatberupa : Perubahankarakteristikjalan yang berartiwalaupuntidakadasimpangdidekatnya. Penentuanaksessegmenjalankejalanperkotaanbebashambatan • Jalurhubungdandaerahjalinanharusdipisahkandarijalanumum. • Analisamenggunakanprosedurjalinandan/ ataujalanbebashambatan.

  5. 1.1.4. Jaringanjalan/koridordibagidalamkomponensbb : • Segmenjalan • Simpangbersinyal • Simpangtakbersinyal • BagianJalinan Analisamasing-masingkemudiandigabunguntukmemperolehkapasitasdankinerjasistemsecaramenyeluruh.

  6. Jikaanalisajaringandiperlukanprosedurperhitungansegmenjalandapatdigunakanpadadengancara:Jikaanalisajaringandiperlukanprosedurperhitungansegmenjalandapatdigunakanpadadengancara: • Hitungwaktutempuh, denganprosedursegmenjalanperkotaanseolah-olahtidakadagangguandaripersimpanganuntukdaerahjalinan. • Untuksetiapsimpangataudaerahjalinanutamapadajaringan, hitungtundaannya. • Tambahkantundaansimpang/jalinankewaktutempuhtakterganggu (untukmemperolehwaktutempuhkeseluruhan) • Kecepatan rata-rata adalahjarakkeseluruhandibagiwaktutempuhkeseluruhan.

  7. 1.2. KARAKTERISTIK JALAN 1.2.1. Geometrik Tipe jalan berpengaruh terhadap kinerja jalan (seperti : UD/D/SATU ARAH Lebar jalur lalu lintas (lebar bertambah kecepatan arus bebas dan kapasitas bisa bertambah) Karakteristik bahu (sebagai batas denan trotoar berpengaruh pada hambatan samping, kapasitas dan kecepatan) Median (dengan adanya median dapat meningkatkan kapasitas) Lengkung vertikal (makin berbukit makin lambat kecepatn kendaraan) Lengkung horizontal (jari-jari tikungan tajam makin memaksa kendaraan bergerak makin lambat) Jarak pandang

  8. KOMPOSISI ARUS DAN PEMBAGIAN ARAH : • Pembagian arah lalu lintas • Komposisi lalu lintas, mempengaruhi hubungan arus-kecepatan jika kapasitas dinyatakan dalam kend. per jam PENGENDALIAN LALU-LINTAS : • Batas kecepatan (jarang diberlakukan => hanya sedikit berpengaruh pada kecepatan arus bebas), • Kinerja lalu-lintas dipengaruhi oleh : pembatas parkir, berhenti sepanjang sisi jalan, akses tipe kendaraan tertentu, akses dari lahan samping jalan

  9. TATA GUNA LAHAN DAN AKTIVITAS SAMPING JALAN : • Aktivitas samping jalan menimbulkan hambatan samping seperti : pejalan kaki, angkutan umum dan kendaraan lain yang berhenti, kendaraan lambat, keluar masuknya kendaraan dari samping jalan. • Oleh karena itu maka MKJI mengelompokannya dalam lima kelas (sangat rendah => sangat tinggi sebagai fungsi frekuensi kejadian sepanjang segmen jalan yang diamati.

  10. PERILAKU PENGEMUDI DAN POPULASI KENDARAAN • Di Indonesia perilaku pengemudi dan tingkat perkembangan daerah perkotaan menunjukkan keanekaragaman. • Begitu pula dengan populasi kendaraan dalam umur, tenaga dan kondisi kendaraan. • Pengaruh-pengaruh ini diperhitungkan dalam UKURAN KOTA.

  11. DEFINISI DAN ISTILAH

  12. JUMLAH LAJUR JALAN PERKOTAAN

  13. UKURAN KOTA UNTUK JALAN PERKOTAAN

  14. KELAS HAMBATAN SAMPINGAN JALAN PERKOTAAN

  15. 2. METODOLOGI 2.1. Pendekatanumum 2.2. Variabel 2.3. HubunganDasar 2.4. KarakteristikGeometrik 2.5. PanduanRekayasaLaluLintas 2.6. BaganAlirProsedurPerhitungan

  16. 2.1. PENDEKATAN UMUM ProsedurperhitungandalamBabinisecaraumum, serupadengan US Highway Capacity Manual 1994 dan 2000) 2.1. TipePerhitungan Kecepatanarusbebas, kapasitas, derajatkejenuhan, kecepatanpadakondisiarussesungguhnya, Aruslalulintas yang dapatditampungolehsegmenjalantertentudenganmempertahankantingkatkinerjaatauderajatkejenuhantertentu.

  17. 2.1.2. Tingkat Analisis • Tahap analisis operasional dan perencanaan • Tahap perancangan, • Perbedaannya adalah tingkat ketelitiannya 2.1.3. Periode Analisis • Analisis kapasitas, arus dan kecepatan menggunakan periode satu jam puncak untuk operasional dan perencanaan. • Untuk perancangan digunakan AADT yang dikonversikan ke arus dengan tabel yang disediakan 2.1.4. Jalan terbagi dan tak terbagi • Untuk jalan tak terbagi analisanya berdasarkan gabungan kedua arah pergerakan • Untuk jalan terbagi perlakuannya terpisah untuk masing-masing lintasan seperti jalan satu arah.

  18. 2.2. VARIABEL 2.2.1. Arusdankomposisilalulintas Nilaiaruslalulintas (Q) mencerminkankomposisilalulintasdalamsatuanmobilpenumpang (smp) Pengaruhkendaraantakbermotordimasukkansebagaikejadianterpisahdalamfaktorpenyesuaianhambatansamping.

  19. 2.2.2. Kecepatan Arus Bebas FV = (FVO + FVW) x FFVSF x FFVcs 2.2.3. Kapasitas C = C0 x FCw x FCSP x FCSF x FCCS 2.2.4. Derajat Kejenuhan DS = Q/C 2.2.5. Kecepatan V = L/TT 2.2.6. Perilaku Lalu Lintas Berdasarkan nilai-nilai dari kecepatan, derajat kejenuhan

  20. 2.3. HUBUNGAN DASAR 2.3.1. Hubungan Kecepatan – arus – kerapatan V = FV x [ 1- D/Dj)(1-1)]1(1-1) D0/Dj = [(1-m)/(1-m)]1/(1-1)

  21. 2.4. KARAKTERISTIK GEOMETRIK 2.4.1. JalanDua-LajurDuaArahTakTerbagi (2/2 UD) LebarJalurlalu-lintaslebihkecilatausamadengan 10,5 m KondisiDasartipejalanini : • LebarJalurlalulintas 7,0 m • Lebarbahuefektif 2 m padamasing-masingsisi • Tidakada median • Pemisahanarahlalulintas 50-50 • Kelashambatansampingrendah (L) • Ukurankota 1,0 – 3,0 juta • Tipealinemendatar

  22. 2.4.2. JalanEmpat-LajurDuaArahTakterbagi (4/2D) Lebarjalurlalu-lintaslebihdari 10,5 m kurangdari 16 m. KondisiDasartipeJalanini : • Lebarjalur 3,5 m (lebarjalurlalulintas total 14,0 ) • Kereb (tanpabahu) • Jarakkerebdanpenghalangterdekatpadatrotoar 2 m • Tidakada median • Pemisahanarahlalulintas 50-50 • Kelashambatansamping : Rendah (L) • Ukurankota 1,0 – 3,0 juta • Tipealinemen : datar

  23. 2.4.3. JalanEnam-LajurDuaArahTerbagi (6/2 D) Lebarjalurlalu-lintaslebihdari 18 m kurangdari 24m. KondisiDasartipejalanini : • Lebarjalur 3,5 (lebarjalurlalulintas total 21,0 m) • Kereb (tanpabahu) • Jarakantarkerebdanpenghalangterdekatpadatrotoar 2m • Ada median • Pemisahanarahlalulintas 50-50 • Kelashambatansamping : Rendah (L) • Ukurankota 1,0 – 3,0 juta • Tipealinemen : datar

  24. 2.4.4. Jalansatuarah Lebarjalurlalu-lintasdari 5 m sampaidengan 10,5 m KondisiDasartipeJalanini : • Lebarjalurlalulintas 7 m • Lebarbahu paling efektif paling sedikit 2 m padasetiapsisi • Kelashambatansamping : Rendah (L) • Ukurankota 1,0 – 3,0 juta • Tipealinyemen : datar

  25. 2.5. PANDUAN REKAYASA LALU LINTAS 2.5.1. Tujuan Memberikan saran rentang arus lalu lintas yang layak untuk tipe dan denah standar jalan perkotaan dalam masalah perancangan, perencanaan dan operasional. 2.5.2. Tipe jalan standar dan penampang melintang : • Parameter perencanaan untuk kelas jalan yang berbeda • Tipe penampang melintang dalam batasan tertentu berkenaan dengan lebar jalan dan bahu. • Sejumlah standar tipe penampang melintang telah dipilih untuk penggunaan khusus seperti yg ditunjukkan pada Tabel 2.5.2:1. • Semua penampang melintang diasumsikan mempunyai bahu berkerikil yg dapat digunakan untuk parkir dan kendaraan berhenti, tetapi bukan untuk dilalui lalu-lintas.

  26. 2.5.3. Pemilihantipejalandanpenampangmelintang • Dokumenstandarjalan • Pertimbanganekonomi • Kinerjalalulintas • Pertimbangankeselamatanlalulintas • PertimbanganLingkungan 2.5.4. PerencanaanRinci • Sesuaikandengandokumenstandar yang ada • Standarjalansedapatmungkintetapsepanjangrute • Bahujalanharus rata dansamatinggidenganjalurlalulintas • Halanganterletakjauhdiluarbahujalan

  27. Jalan Perkotaan : Pembuatan Jalan baru

  28. Pelebaran (Peningkatan Jalan)

  29. Kelandaian Khusus Definisi: • Suatu bagian jalan yang curam secara menerus • Khusus untuk jalan 2 lajur 2 arah tak terbagi pada alinyemen bukit dan gunung • Kelandaian (> 3% rata-rata) untuk keseluruh segmen • Pengaruh :Pengurangan kapasitas dan penurunan kinerja Panduan Rekayasa Lalu Lintas Bertujuan : • Saran penyelesaian saat melakukan perencanaan & analisis operasional jalan dengan kelandaian khusus • Standar tipe & penampang melintang • Pemilihan tipe jalan dan penampang melintang

  30. Jalan Perkotaan (?)

  31. Jumlah Lajur

  32. 3. PROSEDUR PERHITUNGAN LANGKAH A: DATA MASUKAN LANGKAH A-1: DATA UMUM • PenentuanSegmen • Data Identifikasisegmen LANGKAH A-2 KONDISI GEOMETRIK Rencanasituasi Penampangmelintangjalan Kondisipengaturanlalulintas LANGKAH A-3 KONDISI LALU LINTAS

  33. Ukuran Kota

  34. Tabel A-3:1 Nilai Ekivalen Mobil Penumpang untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi

  35. Tabel A-3:2 Nilai Ekivalen Mobil Penumpang Untuk Jalan Perkotaan Terbagi dan Satu Arah

  36. Tabel A-4:1 Kelas Hambatan Samping untuk Jalan Perkotaan

  37. Kecepatan arus bebas kendaraan ringan FV = (FV0 +FVW) x FFVSF x FFVCS Dimana: FV = kecepatan arus bebas kendaraan ringan (km/jam) FV0 = kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam) FVW = FP lebar lajur lalu lintas efektif (km/jam) FFVSF = FP hambatan samping FFVCS = FP ukuran kota

  38. Tabel B-1:1 Kecepatan Arus Bebas Dasar FV0 untuk Jalan Perkotaan

  39. Tabel B-2:1 FP FVW untuk Pengaruh Lebar Jalur Lalu Lintas Pada Kecepatan Arus Bebas Kendaraan Ringan

  40. Tabel B-3:1 FP FFVSF untuk Pengaruh Hambatan Samping dan Lebar Bahu Pada Kecepatan Arus Bebas Kendaraan Ringan untuk Jalan Perkotaan Dengan Bahu

More Related