1 / 22

PENEGAKKAN HUKUM TERKAIT PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI JAWA TENGAH

PENEGAKKAN HUKUM TERKAIT PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI JAWA TENGAH. AKBP BAMBANG DWI HARTOYO, S.H., M.Hum. PENDAHULUAN.

caesar
Download Presentation

PENEGAKKAN HUKUM TERKAIT PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI JAWA TENGAH

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PENEGAKKAN HUKUM TERKAIT PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI JAWA TENGAH AKBP BAMBANG DWI HARTOYO, S.H., M.Hum

  2. PENDAHULUAN Indonesia merupakansebuahnegara yang berdasarkepadaPancasila, dimanapadasilapertamamenyebutkan “Ketuhanan Yang MahaEsa”, dan Indonesia memangmengakuidanmenjunjungtingginilai-nilaikeagamaan, namun Indonesia bukanlahnegara agama melainkannegaraPancasila. Semua agama dankepercayaan yang hidupdi Indonesia memilikikedudukan yang samadanadajaminanmengenaikebebasanberagama, sehingga agama mempunyaikedudukan yang terhormatdandengandemikiankepentingan agama perludilindungi, diikutijugadenganpengaturan yang menyangkutkehidupankeagamaan.

  3. Norma hukum yang memberikanjaminanperlindunganhukumterhadap agama telahdiaturdalamUndang-UndangDasar 1945 yaitudalamPasal 28E, Pasal 28I, danPasal 29 sebagaimanaberikut : • Pasal 28E ayat (1) “Setiaporangbebasmemeluk agama danibadatmenurutagamanya. • Pasal 28I ayat (1) “Hakberagamaadalahhakasasimanusia yang tidakdapatdikurangidalamkeadaanapapun” • Pasal 29 ayat (1) “Negara berdasaratasKetuhanan Yang MahaEsa” danayat (2) Negara menjaminkemerdekaantiap-tiappendudukuntukmemelukagamanyamasing-masingdanberibadatmenurutagamanyadankepercayaanitu”.

  4. Atasdasar Norma HukumKonstitusitersebut yang mengaturmengenai agama merupakanmandat yang berisijaminanbagisetiaporanguntukmemperolehperlindunganhukumterhadapagamanyayaitu : • Negara berdasaratasKertuhanan Yang MahaEsa. • Negara menjaminkemerdekaantiap-tiappendudukuntukmemelukagamanyamasing-masingdanuntukberibadatmenurutagamanyadankepercayaanitu. • Bebasmemeluk agama danberibadatmenurutagamanya. • Menjujungnilai-nilai agama. • Hak agama sebagaibagiandarihakasasimanusia yang tidakdapatdikurangiidalamkeadaanapapun.

  5. Disampingjaminanperlindunganhukum yang terdapatdalamUndang-UndangDasar 1945, pemerintahjugamengaturnyadidalamKitabUndang-UndangHukumPidana (KUHP) tentangpenodaanataupenistaanterhadap agama sebagaimanatercantumdalampasal 156a. Dalamperkembangannyaorang yang melakukantindakpidanaterhadappenodaan agama tidakterfokuspadatidakpidanatersebutsajanamunadaekses lain yang berkembangtimbulnyatindakpidana yang lain karenaadanyasekelompokmasyarakat yang tidakpuasdenganputusan hakim sehinggamelakukanpengrusakanterhadapfasilitasumum, pembakarankendaraanaparat, melakukanpencuriandan lain sebagainya.

  6. Juga yang terjadipadaakhir-akhirini yang berkembangdimasyarakatdandianggapolehmasyarakatsebagaialiransesatkarenatidaksesuaidenganajaran agama Islam yang sebenarnyasehinggamemicumasyarakatuntukmembubarkanbahkanbertindakanarkis. Kasus yang seringtimbulyaitutentangsengketapendiriantempatibadah yang dapatmemicukonflikantarumatberagama. Karenabangsa Indonesia berdasarkanPancasila, sehinggamasyarakatnyamemelukberbagaimacam agama yaitu agama Islam, Nasrani, Hindu danBudhasertaadaalirankepercayaan yang lain yang dianutolehsebagianmasyarakat Indonesia.

  7. Untukmencegahterjadinyasuatukonfliktersebut, pemerintahdalamhaliniiKementerian Agama danKementerianDalamNegerimembuatperaturanbersama No 8 Tahun 2006 dan No 9 Tahun 2006 yang berisitentangPedomanPelaksanaanTugasKepala Daerah/WakilKepala Daerah dalamPemeliharaanKerukunanUmatBeragama, Pemberdayaan Forum KerukunanUmatBeragama, danPendirianRumahIbadat. BagaimanapemerintahdalamhaliniPolriuntukmelakukanpenegakanhukum agar tidakterjadiperpecahanantarumatberagamaapabilaterjadikonflikyaitudenganmenggunakanjalur“penal” (hukumpidana) danjalur“non penal” (diluarhukumpidana)

  8. PERUMUSAN MASALAH • Dari pembahasantersebutdiatasdapatdirumuskanpermasalahansebagaiberikut : • Faktor-faktorapasaja yang menjadipenyebabperpecahankerukunanumatberagamadiJawa Tengah ?. • Kasusapasaja yang dapatmenimbulkanperpecahankerukunanumatberagamadiJawa Tengah ?. • Bagaimanapenegakkanhukumterhadapkasus yang terjadisupayatetapterpeliharanyakerukunanumatberagamadiJawa Tengah ?.

  9. PEMBAHASAN 1. FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI PENYEBAB KONFLIK KERUKUNAN UMAT BERAGAMA. Bahwanegara Indonesia berlandaskanPancasila, dimanasesuaidengansilakesatuberbunyiKetuhanan Yang MahaEsa yang dijabarkandalamrumusanPancasilabutirkesatuyaitu : Bangsa Indonesia menyatakankepercyaannyadanketaqwaannyaterhadapTuhan Yang MahaEsa. Manusia Indonesia percayadantaqwaterhadapTuhan Yang MahaEsa, sesuaidengan agama dankepercayaannyamasing-masingmenurutdasarkemanusiaan yang adildanberadab. Mengembangkansikaphormatmenghormatidanbekerjasamaantarapemeluk agama denganpenganutkepercayaan yang berbeda-bedaterhadapTuhan Yang MahaEsa. MembinakerukunanhidupdiantarasesamaumatberagamadankepercayaanterhadapTuhan Yang MahaEsa. Agama dankepercayaanterhadapTuhan Yang Esaadalahmasalah yang menyangkuthubunganpribadimanusiadenganTuhanYanagMahaEsa.

  10. f. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. g. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain. • Kehidupan umat beragama juga diatur di dalam Undang-Undang Dasar 1945 sebagai mana tercantum dalam : • Pasal 28E ayat (1) “Setiap orang bebas memeluk agama dan ibadat menurut agamanya. • Pasal 28I ayat (1) “Hak beragama adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun” • Pasal 29 ayat (1) “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa” dan ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu”.

  11. Dari uraian tersebut diatas sudah jelas bahwa Negara memberikan jaminan kebebasan kepada setiap warga negara untuk : • Bebas memeluk agama dan ibadat menurut agamanya masing-masing. • Sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. • Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. • Untuk tetap terpeliharanya kerukunan umat beragama, Pemerintah telah membuat Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 2006 dan No. 9 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Umat Beragama dan Pendirian Rumah Ibadat. • Dengan adanya landasan hukum yang kuat yang mengatur tentang kehidupan umat beragama di Indonesia dan harus ditaati oleh seluruh warga negara Indonesia, seharusnya tidak terjadi adanya konflik warga sesama umat beragama atau konflik antar umat beragama yang bisa merusak kerukunan umat beragama. Hal tersebut bisa terjadi karena :

  12. Pemahaman mengenai Pancasila sudah mulai luntur karena sekarang sudah tidak ada lagi penataran P4 yang dulu diikuti oleh seluruh masyarakat Indonesia. • Timbulnya aliran sesat yang dianggap sebagian besar umat Islam ajarannya menyimpang dari ajaran agama Islam yang sebenarnya. • Kurangnya pemahaman terhadap hukum dan lebih patuh terhadap tokoh agama yang dianut. • Pendirian tempat ibadat yang dianggap tidak sesuai dengan ketentuan sehingga mendapat protes dari warga masyarakat. • Adanya perbuatan yang dianggap sebagai penistaan atau penodaan terhadap agama sehingga dapat menimbulkan konflik antar umat beragama yang berakibat merusak kerukunan umat beragama. • Ketentuan peraturan yang ada hanya dipahami oleh tokoh-tokoh agama tertentu saja sehingga masyarakat tidak memahami karena kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat.

  13. 2. KASUS-KASUS YANG TERJADI YANG DAPAT MENIMBULKAN PERPECAHAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI JAWA TENGAH. Banyaknya aliran sesat yang berkembang di masyarakat dan sering diberitakan oleh mass media sehingga dihujat oleh sebagian kalangan masyarakat karena ajaran tersebut dianggap menyimpang dari ajaran agama Islam yang sebenarnya. Menurut Ketua Tim Pengacara Muslim (TPM) Mahendradatta bahwa tumbuh suburnya aliran sesat adalah ringannya sanksi pidana yang berlaku sehingga tidak memberikan efek jera terhadap penyebar ajaran sesat. Kasus yang pernah terjadi di Jawa Tengah yang semula hanya merupakan kasus Penodaan Terhadap Agama berkembang menjadi kasus tindak pidana yang lain. Kasus Penodaan Terhadap Agama dengan tersangka ANTONIUS RICHMOND BAWENGAN, alamat Jalan Kyai Kenal dusun Kenalan Rt 03 Rw 03, Kelurahan Kranggan Kabupaten Temanggung, Pada tanggal 8 Pebruari 2011 Pengadilan Negeri Temanggung memutus pidana penjara selama 5 tahun. Masa yang tidak puas dengan keputusan hakim kemudian melakukan tindakan anarkis dengan melakukan pengrusakan terhadap fasilitas umum,, pembakaran kendaraan petugas, dan melakukan pencurian. Atas kejadian tersebut 25 orang tersangka yang terlibat tindakan anarkis sudah disidangkan dan sudah mendapat putusan hakim.

  14. PERMASALAHAN BERNUANSA AGAMA DAN KASUS YANG TERJADI SEJAWA TENGAH TAHUN 2013. a. Pada bulan Maret 2013 di desa Masaran Kabupaten Sragen, pihak gereja Katolik Santa Perawan Maria Difatima akan mendirikan gereja cabang di tanah milik Bpk JUNTORO namun mendapat penolakan dari warga dan kelompok MMI pimpinan Drs. SUWANDI dengan alasan tidak memenuhi syarat sesuai dengan PBM Menag dan Mendagri No. 8 dan No. 9 Tahun 2006. Solusi penyelesaian permasalahan dilakukan musyawarah antara pihak gereja dengan masyarakat setempat dengan mediator Pemkab Sragen. Adapun hasilnya pendirian ditunda dan pihak gereja akan melakukan pendekatan dengan warga masyarakat setempat. b. Pada bulan Maret 2013 bertempat di Pemkab Klaten dilaksanakan musyawarah / rapat koordinasi yang membahas rencana pembangunan / renovasi gereja Santo Lukas di Dk Gempol Desa Kebondalem Kidul Kecamatan Prambanan Klaten karena ditolak oleh warga masyarakat setempat yang didukung oleh kelompok Igaras Klaten, Solo dan Yogyakarta dan rapat dihadiri instansi / pihak-pihak yang terkait. Alasan penolakan karena sewaktu minta persetujuan warga hanya merenovasi gereja tetapi kenyataannya akan membangun baru. Hasil musyawarah sementara tidak dilanjutkan dan harus mengajukan proposal baru.

  15. c. Pada tanggal 26 Juni 2013 bertempat di Pemkab Klaten dilaksanakan audensi Aliansi Ormas Igaras dengan Pemkab Klaten terkait pengajuan IMB Griya Samadi Wisma Tyas Dalem Rejoso (Tempat semedi/pengobatan/ibadah umat Katholik) di desa Rejoso Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten. Dalam audensi Ormas Igaras tetap menolak renovasi dan pengajuan IMB dengan alasan bukan tempat ibadah namun disinyalir sebagai tempat ibadah umat Katholik sehingga tidak sesuai dengan PBM Menag dan Mendagri No. 8 dan No. 9 Tahun 2006. Solusi yang dilakukan pihak Pemkab tidak menerbitkan IMB dan menyegel Griya Samadi. d. Pada tanggal 28 September 2013 pukul 15.00 wib, di desa Prigelan Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo saat akan dilaksanakan pengajian rutin MTA terjadi penolakan oleh kurang lebih 1000 orang warga masyarakat dengan cara memblokir jalan masuk serta pengusiran jamaah MTA yang berjumlah sekitar 100 orang. Adapun alasan penolakan karena warga setempat tidak ada pengikut sedangkan peserta berasala dari luar daerah. Langkah yang diamabil dilakukan himbauan dari Muspika untuk tidak lagi melakukan kegiatan di desa tersebut.

  16. e. Pada bulan Nopember 2013 di dukuh Gudang desa Kragilan Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali, warga masyarakat setempat menolak rencana pembangunan Mushola Ahmadiyah dengan alasan ajarannya dianggap sesat dan jumlah jamaahnya hanya 8 orang sehingga tidak sesuai dengan PBM No. 8 dan No. 9 Tahun 2006. Solusi pembangunan mushola dihentikan dengan surat keputusan yang diterbitkan oleh Camat Mojosongo f. Pada tanggal 3 Desember 2013 di desa Kapencar Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo saat ada pekerjaan perluasan lahan parkir taman rohani di desa Kapencar tiba-tiba sekelompok warga yang lewat melihat alat berat/begu. Selanjutnya dipertanyakan untuk apa ternyata dijawab untuk perluasan lahan parkir gereja dan taman rohani. Kemudian warga beramai-ramai menghentikan kegiatan pengerjaan dan memerintahkan pengemudi alat berat untuk dibawa ke gereja Santo Pilipus. Warga setempat merusak pot bunga dan papan pengumuman yang ada di gereja dan selanjutnya kegiatan tersebut dicegah oleh petugas dari Polres Wonosobo dan dilakukan mediasIi selanjutnya warga masyarakat pulang dan alat berat di bawa ke Polsek Kertek.

  17. g. Pada buian Desember 2013 saat dilaksanakan pengajian MTA yang berlangsung dirumah WAGIMAN, pekerjaan guru, alamat ds Pegonten Kecamatan Kebonagung Demak dan di rumah PRAYITNO desa Turirejo Kecamatan Kota Demak didatangi dan dihentikan pengajiannya oleh Banser setempat dengan alasan ajarannya tidak sesuai dengan budaya setempat. Selanjutnya kegiatan pengajian ditiadakan sampai sekarang. 3. PENEGAKKAN HUKUM TERHADAP KASUS YANG TERJADI UNTUK MENJAGA TETAP TERPELIHARANYA KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI JAWA TENGAH. Bahwa negara Indonesia adalah negara hukum sebagaimana bunyi pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen, dimana prinsip negara hukum dilihat dari aspek pelaksanaan hukum mengandung arti yaitu segala tindakan pemerintah dan tindakan masyarakat harus selalu sesuai dengan hukum yang berlaku ( DR. Kusnu Goesniadhie S., S.H., M.Hum ).

  18. Bangsa Indonesia menganut aliran positivisme dan azas legalitas sebagaimana tercantum dalam pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang berbunyi “Tiada suatu perbuatan boleh dihukum, melainkan atas kekuatan ketentuan pidana dalam undang-undang yang ada terdahulu darii pada perbuatan itu”. Jadi seseorang tidak boleh dipidana atau dihukum kalau tidak ada undang-undang atau peraturan yang dilanggar. Penegakkan hukum yang dilakukan oleh Polri harus seimbang dengan keamanan dan ketertiban masyarakat yaitu apabila melakukan penegakan hukum tidak boleh timbul permasalahan baru dengan kerugian yang lebih besar. Untuk itu penegakkan hukum yang dilakukan oleh Polri dengan menggunakan dua jalur yaitu lewat jalur “penal (hukum pidana) dan lewat jalur “non penal” (bukan/diluar hukum pidana). • Penegakkan hukum lewat jalur penal (hukum pidana). • Apabila ada masyarakat yang melakukan tindak pidana atau pelanggaran hukum, maka Polri dalam melakukan penegakkan hukum dengan menggunakan hukum pidana formil dalam hal ini menggunakan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan hukum pidana materiil dalam hall ini menggunakan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

  19. Pasal yang diterapkan terhadap tindak pidana yang berkaitan dengan keagamaan yaitu : Pasal 156a KUHP yaitu tentang penodaan agama. Pasal 175 KUHP yaitu tentang merintangi suatu pertemuan umum agama yang tidak terlarang. Pasal 176 KUHP yaitu tentang sengaja mengganggu dengan mengadakan hura-hura membuat gaduh sesuatu pertemuan agama umum yang tidak terlarang. Pasal 170 KUHP yaitu dimuka umum bersama-sama melakukan kekerasan terhadap orang atau barang. Pasal 351 KUHP yaitu tentang penganiayaan, dan Pasal 362 KUHP yaitu tentang pencurian.

  20. Penegakkan hukum lewat jalur non penal (bukan/diluar hukum pidana). • Tidak semua tindak pidana yang terjadi harus diselesaikan lewat jalur penal, namun ada yang diselesaikan lewat jalur non penal walaupun unsur-unsur pidananya terpenuhi. Polri dalam melakukan penegakkan hukum mempertimbangkan aspek keamanan dan ketertiban masyarakat yaitu dalam melakukan penegakkan hukum tidak menimbulkan permasalahan baru dan menimbulkan kerugian yang lebih besar. • Dalam menyelesaian lewat jalur non penal kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut : • Memanfaatkan Forum Kerukunan Umat Beragama yang telah terbentuk dimasing-masing Kabupaten. • 2) Melakukan koordinasi dengan pejabat pemerintah setempat. • 3) Melakukan koordinasi dengan tokoh agama maupun tokoh masyarakat setempat. • 4) Mempertemukan kedua belah pihak yang bersengketa.

  21. PENUTUP • Kesimpulan. • Dalam rangka memelihara kerukunan umat beragama di Jawa Tengah, Polri pada saat melakukan penegakkan hukum dengan menggunakan jalur penall (hukum pidana) yaitu memproses tersanagka sampai ke sidang pengadilan. Dan menggunakan jalur non penal (bukan/diluar hukum pidana) yaitu lebih mengedepankan musyawarah dan mufakat karena penegakkan hukum yang dilakukan harus seimbang dengan keamanan dan ketertiban. • Saran. • Agar kerukunan umat beragama di Jawa Tengah tetap terpelihara, maka disarankan sebagai berikut : • Diadakan pertemuan Forum Kerukunan Umat Beragama secara rutin. • b. Diadakan sosialisasi Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 2006 dan No. 9 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian Rumah Ibadat kepada tokoh agama, tokoh pemuda dan tokoh masyarakat. • c. Melakukan pencegahan secara dini apabila ada gejala yang mengarah timbulnya konflik antar umat beragama.

  22. Sekian dan terima kasih

More Related