1 / 98

STRATEGI PEMBELAJARAN PKn

STRATEGI PEMBELAJARAN PKn. BAB I STRATEGI PEMBELAJARAN. Kompetensi Dasar Mahasiswa mengetahui interaksi belajar mengajar, faktor- faktor yang mempengaruhi interaksi belajar mengajar serta penerapannya. Indikator Mahasiswa dapat : Menjelaskan pengertian interaksi belajar mengajar

Download Presentation

STRATEGI PEMBELAJARAN PKn

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. STRATEGI PEMBELAJARAN PKn

  2. BAB ISTRATEGI PEMBELAJARAN • Kompetensi Dasar • Mahasiswa mengetahui interaksi belajar mengajar, faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi belajar mengajar serta penerapannya. • Indikator • Mahasiswa dapat : • Menjelaskan pengertian interaksi belajar mengajar • Menganalisis pola interaksi belajar mengajar yang multi arah/optimal • Menganalisis faktor yang mempengaruhi interaksi belajar mengajar • Mengaplikasikan interaksi belajar mengajar yang baik di kelas

  3. Media :Gambar-gambar pola interaksiCD “Pembelajaran kreatif produktif”Sumber Lain:- Buku/Referensi lain yang relevan - Survai ke sekolah-sekolah • Pengertian Interaksi Belajar Mengajar • Interaksi belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bersifat interaktif dari berbagai komponen untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam perencanaan pembelajaran

  4. B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Belajar Mengajar 1. Faktor Guru Guru adalah pengelola pembelajaran atau disebut pembelajar. Pada faktor ini yang perlu diperhatikan adalah keterampilan mengajar, mengelola tahapan pembelajaran, dan memanfaatkan metode 2. Faktor Siswa Siswa adalah subyek yang belajar atau disebut belajar. Pada faktor siswa yang harus anda perhatikan adalah karakteristik siswa baik karakteristik umum maupun karakteristik khusus.

  5. 3. Faktor Kurikulum Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dan siswa dalam mengorganisasikan tujuan dan isi pelajaran. Pada faktor ini perlu diperhatikan bagaimana merumuskan tujuan pembelajaran dan mengorganisasikan isi pembelajaran 4. Faktor Lingkungan Lingkungan atau latar adalah konteks terjadinya pengalaman belajar. Pada faktor ini perlu diperhatikan lingkungan fisik dan lingkungan non fisik yang menunjang situasi interaksi belajar mengajar optimal

  6. Pengorganisasian Materi • Penataan Kelas • Tahapan Pembelajaran • Keterampilan Mengajar C. Penerapan Interaksi Belajar Mengajar Penerapan interaksi belajar mengajar secara spesifik dimaksudkan untuk pemberian gambaran bahwa apa yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran harus direncanakan secara sistematis. Dengan demikian terdapat hubungan antara komponen perencanaan pembelajaran dengan proses pembelajaran seperti rangkaian sistem di bawah ini.

  7. Input Proses Output Outcome Perencanaan Pembelajaran Interaksi Belajar mengajar Mutu Aktivitas Belajar Siswa Hasil Belajar Siswa Dengan demikian indikator keberhasilan dari proses pembelajaran adalah pelaksanaan interaksi belajar mengajar yang dikelola guru secara tepat. Guru dapat mengelola interaksi belajar mengajarnya dengan pendekatan siswa aktif atau pendekatan guru aktif. Kesimpulan Interaksi belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bersifat interaktif dari berbagai komponen untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam perencanaan pembelajaran. Hasil belajar (menurut Gagne dan Briggs) menjadi lima kategori yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik dan sikap. Pola interaksi belajar mengajar dapat terjadi searah, dua arah dan multi arah

  8. BAB IIDASAR-DASAR KOMUNIKASI • Kompetensi Dasar • Mahasiswa mengetahui dasar-dasar komunikasi • Indikator • Mahasiswa dapat : • Menyebutkan definisi komunikasi • Menjelaskan proses komunikasi • Menganalisis syarat-syarat keberhasilan komunikasi • Menjelaskan komunikasi antar pribadi dalam kegiatan belajar mengajar • Menganalisis komponen keterampilan berkomunikasi antar pribadi

  9. Media : • Bagan proses komunikasi • Sumber lain : • Buku/referensi lain yang relevan • Contoh-contoh komunikasi yang efektif A. Pengertian Komunikasi dapat diidentifikasikan dengan berbagai cara antara lain seperti berikut (Wiryawan & Noorhadi, 1990) a. Komunikasi dapat dipandang sebagai proses penyampaian informasi. Dalam pengertian ini, keberhasilan komunikasi sangat tergantung dari penguasaan materi dan pengaturan cara-cara penyampaiannya; sedangkan pengirim dan penerima pesan bukan merupakan komponen yang menentukan.

  10. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan dari seseorang kepada orang lain. Pengertian ini secara implisit menempatkan pengirim pesan sebagai penentu utama keberhasilan, sedangkan penerima pesan dianggap objek yang pasif. • Komunikasi diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Pengertian ini memberikan pesan yang seimbang antara pengirim pesan, pesan yang disampaikan, dan penerima pesan, yang merupakan 3 komponen utama dalam proses komunikasi. Pesan dapat disimpulkan dengan berbagai media, namun pesan itu hanya punya arti jika pengirim dan penerima pesan berusaha menciptakan arti tersebut.

  11. B. Proses Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses, bukan hal yang statis. Implikasi dari hal ini adalah bahwa komunikasi memerlukan tempat, dinamis, menghasilkan perubahan dalam usaha mencapai hasil, melibatkan interaksi bersama, serta melibatkan suatu kelompok. Proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut: encoding Komunikator Pesan Komunikan decoding Pengirim Pesan Penerima Pesan

  12. Syarat-syarat Keberhasilan Komunikasi • Ketercapaian tujuan komunikasi merupakan keberhasilan komunikasi. Keberhasilan ini tergantung dari berbagai faktor sebagai berikut: a. Komunikator (pengirim Pesan) Komunikator merupakan sumber dan pengirim pesan. Kepercayaan penerima pesan pada komunikator serta keterampilan komunikator dalam melakukan komunikasi menentukan keberhasilan komunikasi b. Pesan yang disampaikan 1) Daya tarik pesan itu sendiri 2) Kesesuaian pesan dengan kebutuhan penerima pesan 3) Lingkup pengalaman yang sama (area of shared experience) antara pengirim dan penerima pesan tentang pesan tersebut, serta 4) Peran pesan dalam memenuhi kebutuhan penerima pesan

  13. c. Komunikan (penerima pesan) Keberhasilan komunikasi tergantung dari : 1) Kemampuan komunikan menafsirkan pesan 2) Komunikan sadar bahwa pesan yang diterima memenuhi kebutuhannya 3) Perhatian komunikan terhadap pesan yang diterima d. Konteks Komunikasi berlangsung dalam setting atau lingkungan tertentu. Lingkungan yang kondusif (nyaman, menyenangkan, aman, menantang) sangat menunjang keberhasilan komunikasi. d. Sistem penyampaian Sistem penyampaian pesan berkaitan dengan metode dan media. Metode dan media yang sesuai dengan berbagai jenis indera penerima pesan yang kondisinya berbeda-beda akan sangat menunjang keberhasilan komunikasi.

  14. D. Komponen Keterampilan Berkomunikasi Antar Pribadi Sokolove dan Sadker (1977) merinci keterampilan berkomunikasi antar pribadi menjadi 3 kelompok Kemampuan untuk mengungkapkan peran siswa Kemampuan menjelaskan perasaan yang diungkapkan siswa Mendorong siswa untuk memilih perilaku alternatif Komunikasi dosen dan mahasiswa

  15. Kesimpulan Proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut: encoding Komunikator Komunikan Pesan decoding Pengirim Pesan Penerima Pesan • Syarat keberhasilan komunikasi: • Komunikator (pengirim pesan) • Pesan yang disampaikan • Komunikan (penerima pesan) • Konteks • Sistem penyampaian

  16. BAB IIIKETERAMPILAN DASAR MENGAJAR • Kompetensi Dasar • Mahasiswa mengetahui 8 keterampilan dasar mengajar, serta dapat meng-aplikasikannya • Indikator • Mahasiswa dapat : • Menjelaskan 8 keterampilan dasar mengajar • Menganalisis 8 keterampilan dasar mengajar • Mengaplikasikan 7 keterampilan dasar mengajar dalam latihan micro teaching • Media : • VCD “mengajar” • Sumber Lain : • Buku/referensi lain yang menunjang • Website

  17. DELAPAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR A. Keterampilan Bertanya Keterampilan bertanya sangat perlu dikuasai oleh guru/dosen karena hampir pada setiap kegiatan belajar mengajar guru mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan guru menentukan kualitas jawaban murid. Keterampilan bertanya dapat dibagi 2 sebagai berikut: a. Keterampilan bertanya dasar, dengan komponen- komponennya 1) pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat 2) pemberian acuan 3) pemusatan perhatian 4) Penyebaran pertanyaan a) ke seluruh kelas b) ke siswa tertentu c) meminta siswa lain menanggapi jawaban temannya

  18. 5) pemindahan giliran 6) pemberian waktu berpikir, 7) pemberian tuntutan dengan cara: a) mengungkapkan pertanyaan dengan cara lain b) menyederhanakan pertanyaan c) mengulangi penjelasan sebelumnya b. Keterampilan bertanya lanjut, yang terdiri dari komponen-komponen berikut : 1) Mengubah tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, yaitu dari tingkatan yang paling rendah (mengingat) ke tingkat yang lebih tinggi seperti memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi

  19. 2) Pengaturan urutan pertanyaan, yaitu mulai dari pertanyaan yang paling sederhana diikuti dengan yang agak kompleks, sampai kepada pertanyaan yang paling kompleks. 3) Penggunaan pertanyaan pelacak dengan berbagai teknik seperti : a) Klarifikasi, yaitu meminta penjelasan lebih lanjut atas jawaban siswa b) meminta siswa memberi alasan atas jawabannya c) Meminta kesepakatan pandangan dari siswa lain d) Meminta ketepatan jawaban e) Meminta jawaban yang lebih relevan f) Meminta contoh g) meminta jawaban yang lebih kompleks 4) Peningkatan terjadinya interaksi, dengan cara meminta siswa lain memberi jawaban atas pertanyaan yang sama

  20. B. Keterampilan Memberi Penguatan Penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Seorang guru/dosen perlu menguasai keterampilan memberikan penguatan karena “penguatan” merupakan dorongan bagi siswa/mahasiswa untuk meningkatkan penampilannya, serta dapat meningkatkan perhatian. Penguatan dapat diberikan dalam bentuk : a. Verbal, yaitu berupa kata-kata / kalimat pujian, seperti bagus, tepat sekali, atau “saya puas akan pekerjaanmu”. b. Non verbal, yaitu berupa : 1) gerak mendekati 2) mimik dan gerakan badan 3) sentuhan 4) kegiatan yang menyenangkan 5) Token (simbol atau benda kecil lain)

  21. Dalam memberikan penguatan, dosen/guru perlu memper-hatikan hal-hal berikut : a. Penguatan harus diberikan dengan hangat dan antusias sehingga peserta dapat merasakan kehangatan tersebut b. Penguatan yang diberikan harus bermakna, yaitu sesuai dengan perilaku yang diberi penguatan c. Hindarkan respon negatif terhadap jawaban peserta d. Peserta yang diberikan penguatan harus jelas (sebutkan namanya, atau tunjukkan pandangan kepadanya). e. Penguatan dapat diberikan kepada kelompok peserta tertentu f. Agar menjadi lebih efektif, penguatan harus diberikan segera setelah perilaku yang baik ditunjukkan g. Jenis penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi.

  22. C. Keterampilan Mengadakan Variasi Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian : a. Variasi dalam gaya belajar, yang dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti 1) variasi suara: rendah, tinggi, besar, kecil 2) memusatkan perhatian 3) membuat kesenyapan sejenak 4) mengadakan kontak pandang 5) variasi gerakan badan dan mimik, dan 6) mengubah posisi, misalnya dari depan kelas ke tengah atau ke belakang

  23. b. Variasi dalam penggunaan media dan bahan pelajaran, yang meliputi 1) variasi alat dan bahan yang dapat dilihat 2) variasi alat dan bahan yang dapat didengar, serta 3) variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi c. Variasi dalam pola interaksi dan kegiatan D. Keterampilan Menjelaskan Kegiatan menjelaskan bertujuan untuk : a. Membimbing siswa/mahasiswa memahami berbagai konsep, hukum, prinsip, atau prosedur. b. Membimbing siswa / mahasiswa menjawab pertanyaan “mengapa” secara bernalar c. Melibatkan siswa/mahasiswa untuk berpikir d. Mendapat balikan mengenai pemahaman siswa/mahasiswa e. Menolong siswa / mahasiswa menghayati berbagai proses penalaran

  24. Keterampilan menjelaskan terdiri dari berbagai komponen sebagai berikut : a. Komponen merencanakan penjelasan, mencakup : 1) Isi pesan (pokok-pokok materi) yang dipilih dan disusun secara sistematis disertai dengan contoh-contoh, dan 2) Hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik penerima pesan (siswa/mahasiswa) b. Komponen menyajikan penjelasan, yang mencakup hal-hal berikut : 1) Kejelasan, yang dapat dicapai dengan berbagai cara seperti: a) bahasa yang jelas b) berbicara yang lancar c) mendefinisikan istilah-istilah teknis, dan d) berhenti sejenak untuk melihat respon siswa/mahasiswa atau penjelasan siswa

  25. 2) Penggunaan contoh dan istilah, yang dapat mengikuti pola induktif atau pola deduktif 3) Pemberian tekanan pada bagian-bagian yang penting dengan cara: penekanan suara, membuat ikhtiar, atau mengemukakan tujuan 4) Balikan tentang penjelasan yang disajikan dengan melihat mimik siswa atau mengajukan pertanyaan.. Dalam menerapkan keterampilan menjelaskan, perlu diperhati-kan hal-hal sebagai berikut: 1) penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, atau akhir pelajaran sesuai dengan keperluan 2) Penjelasan harus relevan dengan tujuan 3) Materi yang dijelaskan harus bermakna 4) Penjelasan yang diberikan sesuai dengan kemampuan dan latar belakang siswa/mahasiswa.

  26. E. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru/dosen untuk menciptakan suasana siap mental dan penuh perhatian pada diri siswa/mahasiswa. Sedangkan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru/dosen untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran. • Tujuan kegiatan membuka dan menutup pelajaran adalah : • Membangkitkan motivasi dan perhatian • Membuat siswa/mahasiswa memahami batas tugasnya • Membantu siswa/mahasiswa memahami hubungan berbagai materi yang disajikan, dan • Membantu siswa/mahasiswa mengetahui tingkat keberhasilan nya

  27. Komponen-komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran adalah sebagai berikut: a. Membuka pelajaran, mencakup hal-hal sebagai berikut: 1) Menarik perhatian siswa/mahasiswa dengan berbagai cara 2) Menimbulkan motivasi dengan : a) kehangatan dan keantusiasan b) menimbulkan rasa ingin tahu c) mengemukakan ide yang bertentangan, dan d) memperhatikan minat siswa/mahasiswa 3) Memberikan acuan dengan cara : a) mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas b) menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan c) mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas, dan d) mengajukan pertanyaan

  28. 4) Membuat kaitan, dengan cara : a) mengajukan pertanyaan appersepsi, atau b) merangkum pelajaran yang lalu b. Menutup pelajaran, mencakup hal-hal berikut : 1) Meninjau kembali, dengan cara merangkum atau membuat ringkasan 2) Mengadakan evaluasi penguasaan siswa/mahasiswa, dengan meminta mereka : a) mendemonstrasikan keterampilan b) menerapkan ide baru pada situasi lain c) mengekspresikan pendapat sendiri, dan d) memberikan soal-soal latihan 3) Memberikan tindak lanjut, yang dapat berupa pekerjaan rumah, merancang sesuatu, atau berkunjung ke suatu tempat

  29. Keterampilan Membimbing Diskus Kelompok Kecil • Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan • Pengertian dan tujuan : • Mengajar kelompok kecil dan perorangan, terjadi dalam konteks pengajaran klasikal. Di dalam kelas, seorang guru/dosen mungkin menghadapi banyak kelompok kecil serta banyak siswa/mahasiswa yang masing-masing diberi kesempatan belajar secara kelompok maupun perorangan. Kesimpulan Keterampilan mengajar : 1. Keterampilan bertanya 2. Keterampilan memberi penguatan verbal: “bagus” dan seterusnya Non verbal : - Gerak mendekati - Mimik - Kegiatan menyenangkan - Token (symbol)

  30. 3. Keterampilan mengadakan vriasi Gaya mengajar : - Suara - Posisi berdiri - Kesenyapan - Kontak pandang - Gerakan badan/mimic Media/bahan belajar - Dilihat - Didengar - Diraba/dimanipulasi Pola Interaksi dan kegiatan - Klasikal - Kelompok - Perorangan 4. Keterampilan menjelaskan 5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran - Evaluasi - Tindak lanjut/PR 6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil 7. Keterampilan mengelola kelas 8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan

  31. BAB IVSTRATEGI/METODE PEMBELAJARAN • Kompetensi Dasar • Mahasiswa mengetahui beberapa metode pembelajaran • Indikator • Mahasiswa dapat : • Membuat peta konsep tentang pembelajaran terpadu • Menjelaskan 5 langkah “problem solving” • Memberikan contoh pembelajaran “isu kontroversial” • Menjelaskan 5 langkah “studi kasus” • Mempraktekkan “cooperative learning” secara berkelompok dalam micro teaching • Menjelaskan langkah-langkah dalam “cooperative learning” • Mempraktekkan “VCT-Games” dalam pembelajaran PPKN • Membedakan antara “dialog imperatif” dan “dialog kreatif” • Menjelaskan langkah-langkah “pembelajaran kreatif produktif” • Mempraktekkan “pembelajaran kreatif produktif” dalam micro teaching

  32. Media : • VCD “Model-model Pembelajaran” dari DIKNAS • Indikator • Bahan-bahan tentang pembelajaran • Referensi lain yang menunjang A. Pengajaran Terpadu (Integrated) Pembelajaran terpadu (integrated learning) adalah keseluruhan komponen, substansi (material maupun non material), prosedur, dan proses yang dirancang dengan sengaja, sadar, dan untuk dilaksanakan dalam rangka supaya mahasiswa dapat belajar. Keadaan terpadu memiliki ciri bahwa di dalamnya harus terdapat penyatuan secara fungsional maupun struktural antara komponen dan substansinya, serta antar tahapan keseluruhan peristiwa belajar yang dikehendaki. Pendidikan IPS merupakan sentral dari kajian pokok dari berbagai ilmu sosial yang berkembang selama ini. Penggunaan konsep sebagai konsep kunci “key concept” dapat digunakan sebagai inti pokok kajian salah satu mata pelajaran, kemudian dibahas melalui berbagai tinjauan. Untuk lebih jelasnya lihat bagan di bawah ini

  33. Politik Hukum Pemerintah Ekonomi Kopersai Bisnis PsikologiSosial PIPS SEBAGAI BIDANG STUDI TERPADU Dimensi Interdisiplin Sosiologi Antropologi Sejarah Budaya Geografi &Lingkungan Hidup DIMENSI INTEGRAL Bagan Perspektif IPS Terpadu (Sumber Mit Witjaksono, Pembelajaran Terpadu, Depdikbud, 1991)

  34. Mit Wijaksono (1991) memberikan batasan pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut: • Pembelajaran terpadu sebagai bentuk aktivitas belajar mengajar yang secara struktural sama dengan program satuan pembelajaran untuk satu pokok bahasan dalam GBPP kurikulum, hanya muatan materi (content) dan konteks berbeda, yaitu berasal dari berbagai pokok bahasan untuk satu mata pelajaran, atau antar pokok bahasan dari dua atau lebih mata pelajaran • Pembelajaran terpadu berfungsi sebagai wadah, ajang, muara penyatu kaitan konsep-konsep yang dikandung beberapa pokok bahasan dan atau beberapa mata pelajaran yang seharusnya memiliki keterkaitan dan keterpaduan pemahamannya.

  35. R. Fogarty (1991) dalam 10 model keterpaduan, yang dapat dijadikan rujukan dalam pembelajaran terpadu IPS. R. Fogarty membagi tiga kelompok besar model yaitu : a. Interdisiplin yang terdiri dari 1. Fragmentasi, yaitu sejumlah materi yang dibahas, dikaji secara terpadu, tetapi dengan cara bagian demi bagian. Pada bagian kajian tertentu (contoh pada bagian kesimpulan) semua kajian yang dilakukan per bagian tadi “disatukan” secara integratif. Dengan demikian siswa mendapatkan informasi yang utuh dari berbagai kajian yang semula dilakukan secara terpisah. Jika diilustrasikan dalam gambar adalah sebagai berikut:

  36. 2. Koneksi adalah suatu cara mengajarkan satu pokok bahasan yang ditinjau secara terpisah dari sudut ekonomi, sejarah, geografi, tetapi tetap memiliki saling keterhubungan satu dengan yang lainnya. Model ini diilustrasikan sebagai berikut: 3. Sarang burung, model ini adalah menempatkan satu pokok kajian yang merupakan bagian dari kajian yang lain. Contoh: kenaikan harga BBM. Secara teoritis ini permasalahan adalah terjadinya “kelangkaan” di masyarakat (jumlah barang terbatas dan jumlah permintaan bertambah/ teori scarcity)

  37. Akibat dari keadaan itu kebutuhan rumah tangga meningkat, kemudian masalah politik dan ketenagaan turut terganggu pula. Jadi pada model ini permasalahan inti dibahas secara meluas sesuai bidang disiplin ilmu-ilmu yang terkait. Hal ini dapat diilustrasikan seperti : b. Antar disiplin yang terdiri dari 4. Sekuen adalah model pembahasan yang mendampingkan dua disiplin ilmu dalam membahas satu konsep yang memiliki kedekatan pembahasan. Misal: “mata pencaharian penduduk desa”.

  38. Hal ini dapat dibahas dengan cara melihat dari geografi dan ekonomi. Secara geografis penduduk desa akan bekerja di sawah. Ditinjau dari ekonomi, penghasilan orang di sawah relatif berbeda dengan yang bekerja di kantor. Ilustrasi digambarkan sebagai berikut: 5. Pembagian, model ini membahas tentang pembagian kajian. Misalnya : “pertumbuhan penduduk. Hal ini dapat dibahas dengan mempelajari matematika (menghitung jumlah penduduk, jumlah laki-laki dan perempuan, kelahiran, kematian). Pada contoh ini siswa di samping belajar geografi (pertumbuhan penduduk) sekaligus belajar matematika. Hal ini diilustrasikan seperti di bawah ini.

  39. 6. Jaringan, model ini relatif sudah banyak dikenal. Model ini mengisyaratkan bahwa satu pokok bahasan ditinjau dari semua disiplin ilmu yang memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Contoh: “SDA” dibahas dari sudut ekonomi, geografi, PPKN, matematika, dan sebagainya. Model ini dapat diilustrasikan sebagai berikut: 7. Untaian simpul, model ini memberikan pilihan kepada guru untuk mengajarkan satu topik bahasan secara bersinggungan dengan berbagai konsep kunci dari bidang ilmu lainnya. Misal: konsep “perubahan penduduk (geografi) dapat dikaji teori Robert T. Malthus “pertumbuhan melalui deret hitung dan deret ukur (konsep ekonomi). Model ini diilusrasikan sebagai berikut:

  40. 7. Integrasi, model ini memberikan kesempatan kepada guru untuk melihat satu topik dibahas dari semua disiplin ilmu secara antar disiplin. Jadi topik yang sedang dibahas dapat saja dari semua sisi kemampuan guru dan minat siswa. Model ini diilustrsaikan sebagai berikut: c. Inter & antar disiplin, minat individu dan sumber belajar, terdiri dari 9. Inter fokus dengan hanya satu bidang, model ini memberikan kesempatan kepada guru dan siswa untuk mengembangkan satu bidang kajian, tetapi dikaji dari berbagai unsur, akan tetapi hanya yang diminati oleh siswa. Semua keinginan harus ditopang oleh sumber belajar yang memadai. Model ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:

  41. 10.Intensif dan ekstensif dengan fokus satu masalah namun mencakup beberapa bidang kajian. Model ini merupakan model jaringan kerja yang secara simultan dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan sejumlah topik yang dikemas oleh berbagai konsep ilmu. Model ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:

  42. B. Pemecahan Masalah IPS/PKN (Problem Solving) Pengajaran melalui pemecahan masalah terdiri atas limalangkah (Hamid Hasan: 1996), yaitu : 1. Identifikasi masalah 2. Pengembangan alternatif 3. Pengumpulan data untuk menguji alternatif 4. Pengujian alternatif 5. Pengambilan keputusan C. Isu Kontroversial Muessing (1975:4) mengatakan isu kontroversial dengan kalimat “sesuatu yang mudah diterima oleh seseorang atau kelompok, tetapi juga mudah ditolak oleh orang atau kelompok lain”. Isu kontroversial secara langsung menyebabkan kelompok atau orang berbeda pendapat. Hal ini disebabkan asosiasi perasaan kelompok (orang) tertentu pada kelompok orang yang terlibat dalam apa yang disajikan. Selain faktor keterkaitan emosional, kecenderungan seseorang atau kelompok untuk memihak seseorang atau kelompok tertentu didasari oleh pertimbangan-pertimbangan pemikiran tertentu

  43. Pengajaran melalui isu kontroversial dalam IPS sangat penting. Isu kontroversial dapat dijumpai dalam banyak kasus mengenai teori atau pendapat dalam IPS. Teori yang dibangun berdasarkan data lapangan tertentu seringkali tidak mewakili kenyataan di berbagai tempat tertentu. Kenyataan ini selalu hidup dalam IPS, oleh karena itu isu kontroversial adalah suatu yang alamiah dalam IPS. Nirtzsche dalam buku Muessing (1975:21) mengatakan: “kesalahan utama menurut pandangan ini adalah keyakinan yang berlebihan terhadap suatu kebenaran, padahal yang diperlukan adalah keberanian untuk mempertanyakan keyakinan itu”. Keyakinan yang ada dalam ilmu adalah tentatif (sementara) dan harus terbuka untuk suatu perubahan apabila ternyata ada sesuatu yang baru. Meskipun isu kontroversial memiliki kapasitas yang tinggi untuk melatih mahasiswa berbeda pendapat, dan mengembangkan pendapat baru berdasarkan perasaan yang dijumpai dalam perbedaan tersebut, namun ada hal-hal yang harus diperhatikan dosen dalam memilih isu kontroversial : (a) Isu kontroversial tidak boleh menimbulkan pertentangan suku, agama dan ras, (b) sebaiknya dekat dengan kehidupan mahasiswa masa kini, (c) sebaiknya sesuatu yang sudah menjadi milik masyarakat dan (d) seyogyanya berkenaan dengan masalah setempat, nasional, maupun internasional.

  44. D. Studi Kasus Sebelum dosen memulai perkuliahan, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelumnya, agar proses perkuliahan dapat berjalan lancar dan tercapai tujuan yang ditargetkan. Kasus (Hamid Hasan: 1996) adalah suatu peristiwa, kejadian, fenomena yang berhubungan dengan kehidupan manusia di masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Namun demikian kasus yang populer umumnya diambil dari kehidupan masa sekarang. Dalam pengajaran dengan kasus langkah-langkah berikut ini dapat dilakukan (Hamid Hasan: 1996) : 1. Menentukan pokok/sub pokok bahasan 2. Mengembangkan bahan pelajaran 3. Mengembangkan asus 4. Merencanakan proses 5. Melaksanakan penilaian

  45. E. Studi Kasus “Gilliom” Menurut Gilliom (1977) ada 9 jenis studi kasus, yaitu • Kasus pengadilan 6. Laporan saksi mata • Episoda terbuka 7. Vignettes • Uraian tafsiran 8. Kronik • Dasar dokumen 9. Uraian/naratif • Memoir Uraian selanjutnya mengikuti apa yang dikemukakan oleh Gillion : 1. Kasus pengadilan, adalah peristiwa yang berhubungan dengan keputusan pengadilan mengenai suatu peristiwa. Keputusan pengadilan yang dimaksud dapat saja berupa keputusan sesungguhnya dari pengadilan negeri ataupun pengadilan di atasnya, bahkan sampai kepada keputusan Mahkamah Agung (MA). Keputusan yang digunakan hendaklah keputusan yang masih mengundang perdebatan dan bukan keputusan yang dianggap orang sebagai sesuatu yang wajar.

  46. 2. Episoda Terbuka, materi ini lebih banyak digunakan untuk mengembangkan sikap, nilai, dan moral dibandingkan untuk tujuan memilih kemampuan berpikir tinggi. 3. Uraian Tafsiran, adalah kasus yang ditulis dengan maksud meng-gambarkan penafsiran penulis tentang suatu peristiwa. Bentuk kasus yang demikian disajikan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menemukan kerangka berpikir seseorang beserta bias pribadinya. Di samping itu melatih mahasiswa dalam mengenal upaya yang dilakukan orang untuk mempengaruhi pendapat umum. Bentuknya seperti editorial, artikel, tulisan lepas lainnya. 4. Dasar dokumen, menggambarkan materi kasus yang berasal dari berbagai bentuk dokumen, suatu materi tertulis yang memiliki nilai pribadi, keilmuan, hukum atau sejarah. Contoh: pidato seorang tokoh, catatan harian, laporan penelitian, hukum, surat wasiat.

  47. 5. Memoir (dibaca: memoar), adalah suatu dokumen yang lebih bersifat pribadi. Umumnya memoir menggambarkan pengalaman pribadi seseorang setelah yang bersangkutan melaluinya dan bukan catatan pada waktu kejadian itu sendiri. Misalnya memoir seorang pelaku dalam peristiwa meletusnya gunung Krakatau, dan sebagainya. Pengajaran dengan kasus memoir dapat digunakan untuk melatih mahasiswa dalam membuat keputusan dan mengembangkan penafsiran tentang apa yang sudah terjadi. 6. Laporan Saksi Mata, adalah rekaman yang dibuat oleh orang yang menyaksikan suatu peristiwa. Rekaman tersebut dapat berbentuk tulisan, foto, rekaman video. 7. Vignet (Vignettes), adalah gambar lepas yang disertai suatu keterangan singkat. Beberapa vignet dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan menentukan keterhubungan antara satu peristiwa lain yang tergambar dalam vignet. Vignet sangt penting dalam mengembangkan kemampuan analisis (mengelompokkan, memilah, menemukan hubungan, menemukan dasar berpikir yang mewarnai suatu infomasi).

  48. Foto bukan vignet, tetapi suatu rangkaian foto dapat dikelompokkan sebagai suatu bentuk studi kasus yang sejajar dengan vignet. Dalam banyak hal foto memiliki kelebihan dibandingkan dengan vignet terutama karena foto memiliki kedalaman perspektif yang sering tidak dimiliki vignet. 8. Kronik, adalah catatan peristiwa berdasarkan urutan waktu. Kronik selalu berisikan beberapa peristiwa. Pemanfaatan kronik dapat untuk mengembangkan kemampuan berpikir aplikasi ketika menemukan hal-hal yang pokok, dan juga analisis serta sintesis. Kemampuan evaluatif dapat dikembangkan untuk setiap bentuk kasus dengan memberikan penilaian terhadap naskah kasus itu sendiri. 9. Uraian/narasi, adalah ungkapan yang lebih lengkap dibandingkan kronik. Uraian/narasi dapat berkenaan dengan apa yang benar-benar terjadi, tetapi dapat juga mengenai sesuatu yang sifatnya hipotesis. Uraian/narasi dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dalam aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi

  49. F. Cooperative Learning 1. Pengertian Model Cooperative Learning Cooperative menggunakan pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama (Hamid Hasan: 1996). Dalam kegiatan kooperatif, mahasiswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dan pengajaran yang memungkinkan mahasiswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut (Johnson, et. al: 1994, Hamid Hasan: 1996). Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin (1984) mengemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual, maupun secara kelompok

  50. 2. Konsep dasar pengembangan model cooperative learning a. Perumusan tujuan belajar mahasiswa harus jelas b. Penerimaan yang menyeluruh oleh mahasiswa tentang tujuan belajar c. Ketergantungan yang bersifat positif d. Interaksi yang bersifat terbuka e. Tanggung jawab individu f. Kelompok bersifat heterogen g. Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif h. Tindak lanjut (follow up) i. Kepuasan dalam belajar 3. Langkah-langkah dalam pembelajaran model cooperative learning Langkah-langkah dalam penggunaan model cooperative learning secara umum (Stahl: 1994, Slavin: 1983) dapat dijelaskan secara operasional sebagai berikut:

More Related