1 / 63

ABSES DAN PERITONITIS

ABSES DAN PERITONITIS. Caroline 030505011 Furqoni C M 030505028Y Muthia Rachma 0305050396 Oloan 0304057087 Rizki Reza M 0606070945 Wulan Yuliastuti 0606061046. ABSES. ABSES. Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri.

radley
Download Presentation

ABSES DAN PERITONITIS

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. ABSES DAN PERITONITIS Caroline 030505011 Furqoni C M 030505028Y Muthia Rachma 0305050396 Oloan 0304057087 Rizki Reza M 0606070945 Wulan Yuliastuti 0606061046

  2. ABSES

  3. ABSES • Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. • Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. • Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.

  4. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. • Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses. • Hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut.

  5. Jika suatu abses pecah di dalam, maka infeksi bisa menyebar di dalam tubuh maupun di bawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses. • Abses bisa terbentuk di seluruh bagian tubuh, termasuk otak, paru-paru, payudara, serta organ-organ di abdomen khususnya hati.

  6. ABSES OTAK • Infeksi otak awalnya berasal dari penyebaran langsung bibit penyakit dari sumber infeksi di daerah lain yang berdekatan dengan otak (seperti infeksi pada telinga tengah, infeksi sinus, abses pada gigi) atau melalui peredaran darah yang berasal dari sumber infeksi di seluruh tubuh. • Masuknya kuman penyakit ke dalam jaringan otak dapat terjadi secara langsung akibat trauma lesakkan (misalnya peluru yang menembus otak) sehingga terjadi pembentukkan abses. Abses otak juga dapat disebabkan karena tindakan pembedahan pada otak dan trauma di daerah wajah.

  7. penyebab abses otak • Berbagai mikroorganisme dapat ditemukan pada abses otak, yaitu bakteri, jamur dan parasit. • Bakteri yang tersering adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus anaerob, Streptococcusbeta hemolyticus, Streptococcus alpha hemolyticus, E. coli dan Bacteroides. • Abses oleh Staphylococcus biasanya berkembang dari perjalanan otitis media atau fraktur kranii.

  8. penyebab abses otak • Bila infeksi berasal dari sinus paranasalis penyebabnya adalah Streptococcus aerob dan anaerob, Staphylococcus dan Haemophilus influenzae. • Abses oleh Streptococcus dan Pneumococcus sering merupakan komplikasi infeksi paru. • Abses pada penderita jantung bawaan sianotik umumnya oleh Streptococcus anaerob.

  9. penyebab abses otak • Jamur penyebab abses otak antara lain Nocardia asteroides, Cladosporium trichoides dan spesies Candida dan Aspergillus. • Walaupun jarang, Entamuba histolitica, suatu parasit amuba usus dapat menimbulkan abses secara hematogen. • Kira-kira 6­2% abses otak disebabkan oleh flora campuran, kurang lebih 25% abses otak adalah kriptogenik (tidak diketahui sebabnya).

  10. gejala abses otak • Gejala yang timbul bervariasi dari seorang dengan yang lain, tergantung pada ukuran dan lokasi abses pada otak. • Lebih dari 75% penderita mengeluh sakit kepala, sakit yang dirasakan terpusat pada daerah abses dan rasa sakit semakin hebat dan parah. • Kuranglebih separuh dari penderita mengalami demam tetapi tidak tinggi. • Gejala-gejala lainnya adalah mual dan mintah, kaku kuduk, kejang, gangguan kepribadian dan kelemahan otot pada salah satu sisi bagian tubuh.

  11. diagnosis abses otak • Untuk mendiagnosis abses otak dilakukan pemeriksaan CT scan (computed tomography) atau MRI scan (magnetic resonance imaging) yang secara mendetil memperlihatkan gambaran potongan tiap inci jaringan otak. • Abses terlihat sebagai bercak/ noktah pada jaringan otak. Kultur darah dan cairan tubuh lainnya akan menemukan sumber infeksi tersebut. • Jika diagnosis masih belum dapat ditegakkan, maka sampel dari bercak/noktah tersebut diambil dengan jarum halus yang dilakukan oleh ahli bedah saraf.

  12. pengobatan abses otak • Ada 2 pendekatan yang dilakukan dalam terapi abses otak, yaitu: • Antibiotika untuk mengobati infeksi. Jika diketahui infeksi yang terjadi disebabkan oleh bakteri yang spesifik, maka diberikan antibiotika yang sensitif terhadap bakteri tersebut, paling tidak antibiotika berspektrum luas untuk membunuh lebih banyak kuman penyakit. Paling sedikit antibiotika yang diberikan selama 6 hingga 8 minggu untuk menyakinkan bahwa infeksi telah terkontrol.

  13. pengobatan abses otak • Aspirasi atau pembedahan untuk mengangkat jaringan abses. Jaringan abses diangkat atau cairan nanah dialirkan keluar tergantung pada ukuran dan lokasi abses tersebut. Jika lokasi abses mudah dicapai dan kerusakkan saraf yang ditimbulkan tidak terlalu membahayakan maka abses diangkat dengan tindakan pembedahan. • Pada kasus lainnya, abses dialirkan keluar baik dengan insisi (irisan) langsung atau dengan pembedahan yaitu memasukkan jarum ke lokasi abses dan cairan nanah diaspirasi (disedot) keluar.

  14. pengobatan abses otak • Jarum ditempatkan pada daerah abses oleh ahli bedah saraf dengan bantuan neurografi stereotaktik, yaitu suatu tehnik pencitraan radiologi untuk melihat jarum yang disuntikkan ke dalam jaringan abses melalui suatu monitor. • Keberhasilan pengobatan dilakukan dengan menggunakan MRI sken atau CT sken untuk menilai keadaan otak dan abses tersebut. Antikonvulsan diberikan untuk mengatasi kejang dan penggunaanya dapat diteruskan hingga abses telah berhasil diobati.

  15. ABSES PARU • Kebanyakan abses paru muncul sebagai komplikasi dari pneumonia aspirasi akibat bakteri anaerob di mulut. Penderita abses paru biasanya memiliki masalah periodontal (jaringan di sekitar gigi). Sejumlah bakteri yang berasal dari celah gusi sampai ke saluran pernafasan bawah dan menimbulkan infeksi. • Jika bakteri tersebut tidak dapat dimusnahkan oleh mekanisme pertahanan tubuh, maka akan terjadi pneumonia aspirasi dan dalam waktu 7-14 hari kemudian berkembang menjadi nekrosis (kematian jaringan), yang berakhir dengan pembentukan abses.

  16. penyebab abses paru • Mekanisme pembentukan abses paru lainnya adalah bakteremia atau endokarditis katup trikuspidalis, akibat emboli septik pada paru-paru. Pada 89% kasus, penyebabnya adalah bakteri anaerob. Yang paling sering adalah Peptostreptococcus, Bacteroides, Fusobacterium dan Microaerophilic streptococcus. • Organisme lainnya yang tidak terlalu sering menyebabkan abses paru adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, Streptococcus pneumonia, Klebsiella pneumonia, Haemophilus influenza, spesies Actinomyces dan Nocardia, serta Basil gram negatif.

  17. penyebab abses paru • Penyebab non-bakteri juga bisa menyebabkan abses paru, diantaranya: • Parasit (Paragonimus, Entamoeba) • Jamur (Aspergillus, Cryptococcus, Histoplasma, Blastomyces, Coccidioides) • Mycobacteria

  18. gejala abses paru • Gejala awalnya menyerupai pneumonia yaitu kelelahan, hilang nafsu makan, berat badan menurun, berkeringat, demam, dan batuk berdahak. • Dahaknya bisa mengandung darah. Dahak seringkali berbau busuk karena bakteri dari mulut atau tenggorokan cenderung menghasilkan bau busuk. • Ketika bernafas, penderita juga bisa merasakan nyeri dada, terutama jika telah terjadi peradangan pada pleura.

  19. diagnosis abses paru • Rontgen dada bisa menunjukkan adanya abses paru. Abses paru tampak sebagai rongga dengan bentuk yang tidak beraturan dan di dalamnya tampak perbatasan udara dan cairan. • Abses paru akibat aspirasi paling sering menyerang segmen posterior paru lobus atas atau segmen superior paru lobus bawah. Ketebalan dinding abses paru bervariasi, bisa tipis ataupun tebal, batasnya bisa jelas maupun samar-samar. Dindingnya mungkin licin atau kasar. Gambaran yang lebih jelas bisa terlihat pada CT scan. • Biakan dahak dari paru-paru bisa membantu menentukan organisme penyebab terjadinya abses.

  20. pengobatan abses paru • Untuk penyembuhan sempurna diperlukan antibiotik, baik intravena (melalui pembuluh darah) maupun per-oral (melalui mulut). • Pengobatan dilanjutkan sampai gejalanya hilang dan rontgen dada menunjukkan bahwa abses telah sembuh. Untuk mencapai perbaikan seperti ini, biasanya antibiotik diberikan selama 4-6 minggu. Pada rongga yang berukuran besar (diameter lebih dari 6 cm), biasanya perlu dilakukan terapi jangka panjang.

  21. pengobatan abses paru • Perbaikan klinis, yaitu penurunan suhu tubuh, biasanya terjadi dalam waktu 3-4 hari setelah pemberian antibiotik. Jika dalam waktu 7-10 hari setelah pemberian antibiotik demam tidak juga turun, berarti telah terjadi kegagalan terapi dan sebaiknya dilakukan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut untuk menentukan penyebab dari kegagalan tersebut. • Hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada penderita yang memberikan respon yang buruk terhadap pemberian antibiotik adalah penyumbatan bronkial oleh benda asing atau tumor; atau infeksi oleh bakteri, mikobakteri maupun jamur yang resisten.

  22. pengobatan abses paru • Pada abses paru tanpa komplikasi sangat jarang dilakukan pembedahan. • Indikasi pembedahan biasanya adalah kegagalan terhadap terapi medis, kecurigaan adanya tumor atau kelainan bentuk paru-paru bawaan. Prosedur yang dilakukan adalah lobektomi atau pneumonektomi.

  23. INFEKSI DAN ABSES PAYUDARA • Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit yang normal (Staphylococcus aureus). Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu). • Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan.

  24. Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu. • Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu oleh sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih mudah mengalami infeksi.

  25. gejala infeksi dan abses payudara • Gejalanya berupa: • nyeri payudara, • benjolan pada payudara, • pembengkakan salah satu payudara, • jaringan payudara membengkak, nyeri bila ditekan, kemerahan dan teraba hangat, • nipple discharge (keluar cairan dari puting susu, bisa mengandung nanah), • gatal-gatal, • pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena, • demam.

  26. diagnosis infeksi dan abses payudara • Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika tidak sedang menyusui, bisa dilakukan mammografi atau biopsi payudara.

  27. pengobatan infeksi dan abses payudara • Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15-20 menit, 4 kali/hari. Diberikan antibiotik dan untuk mencegah pembengkakan, sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara yang terkena. • Jika terjadi abses, biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah, serta dianjurkan untuk berhenti menyusui. • Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen). Kedua obat tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya.

  28. pencegahan infeksi dan abses payudara Untukmencegahterjadinya mastitis bisadilakukanbeberapatindakanberikut: • menyusuisecarabergantianpayudarakiridankanan, • untukmencegahpembengkakandanpenyumbatansaluran, kosongkanpayudaradengancaramemompanya, • gunakanteknikmenyusui yang baikdanbenaruntukmencegahrobekan/lukapadaputingsusu, • minumbanyakcairan, • menjagakebersihanputingsusu, • mencucitangansebelumdansesudahmenyusui.

  29. ABSES ABDOMEN • Abses abdomen seringkali terjadi akibat cedera, infeksi atau perforasi usus, dan infeksi organ perut lainnya. • Abses di bawah diafragma terjadi jika cairan yang terinfeksi (misalnya karena pecahnya usus buntu) naik ke atas akibat tekanan perut atau organ perut dan akibat tarikan ketika diafragma bergerak selama proses pernafasan. Gejalanya berupa batuk, nyeri yang timbul ketika menghirup nafas, dan nyeri di bahu (referred pain, karena diafragma dan bahu memiliki saraf yang sama dan otak salah mengartikan sumber nyerinya).

  30. jenis-jenis abses abdomen Abses di pertengahan perut bisa terjadi akibat: • pecahnya usus buntu, • perforasi usus besar, • penyakit peradangan usus, • penyakit divertikulum. • Biasanya timbul nyeri di daerah terbentuknya abses. • Penyebab terjadinya abses panggul sama dengan penyebab terjadinya abses di pertengahan perut ditambah dengan infeksi ginekologis (kandungan). Gejalanya berupa nyeri perut, diare akibat iritasi usus, dan desakan berkemih atau sering berkemih akibat iritasi kandung kemih.

  31. jenis-jenis abses abdomen • Abses retroperitoneal (abses di belakang rongga perut) terletak di belakang peritoneum (selaput tipis yang melapisi rongga dan organ perut). Penyebab terjadinya abses retroperitoneal adalah perdangan usus buntu (apendisitis) dan peradangan pankreas (pankreatitis). Nyeri biasanya dirasakan di punggung sebelah bawah dan semakin memburuk jika penderita menggerakkan tungkainya ke arah pinggul.

  32. jenis-jenis abses abdomen • Abses ginjal bisa disebabkan oleh bakteri yang berasal dari suatu infeksi yang terbawa ke ginjal melalui aliran darah atau akibat suatu infeksi saluran kemih yang terbawa ke ginjal dan menyebar ke dalam jaringan ginjal. Abses di permukaan ginjal (abses perinefrik) hampir selalu disebabkan oleh pecahnya suatu abses di dalam ginjal, yang menyebarkan infeksi ke permukaan dan jaringan di sekitarnya. Gejala dari abses ginjal adalah: • demam, menggigil, • nyeri di punggung sebelah bawah, • nyeri ketika berkemih, • air kemih mengandung darah (kadang-kadang).

  33. jenis-jenis abses abdomen • Abses limpa bisa disebabkan oleh suatu infeksi yang terbawa oleh aliran darah ke limpa, cedera pada limpa, dan penyebaran infeksi dari abses di dekat limpa (misalnya abses dibawah diafragma). Nyeri bisa dirasakan di perut sebelah kiri, di punggung atau di bahu sebelah kiri. • Abses di dalam pankreas biasanya terbentuk setelah suatu serangan pankreatitis akut. Gejalanya berupa demam, nyeri perut, mual dan muntah, yang seringkali timbul 1 minggu atau lebih setelah penderita sembuh dari pankreatitis.

  34. jenis-jenis abses abdomen • Abses hati bisa disebabkan oleh bakteri atau amuba (parasit bersel tunggal). Amuba dari suatu infeksi usus sampai ke hati melalui pembuluh getah bening. Abses hati nanti akan dibahas lagi lebih jauh. • Abses prostat biasanya terjadi akibat suatu infeksi saluran pencernaan yang menyebabkan prostatitis (infeksi kelenjar prostat). Abses prostat paling sering terjadi pada usia 40-60 tahun. Penderita merasakan nyeri ketika berkemih, sering berkemih atau sulit untuk berkemih. Kadang penderita merasakan nyeri dalam di pangkal penis dan air kemihnya mengandung darah atau nanah.

  35. diagnosis dan pengobatan abses abdomen • Diagnosis abses abdomen ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk menentukan lokasi yang pasti, dilakukan pemeriksaan CT scan atau USG. Pengobatan • Pada hampir semua kasus abses abdomen, nanah harus dibuang, baik melalui pembedahan maupun dengan bantuan sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit. • Dilakukan analisa nanah di laboratorium guna menentukan organisme penyebab infeksi, sehingga bisa diberikan antibiotik yang paling efektif untuk organisme yang bersangkutan.

  36. ABSES HEPAR AMUBA • Abses hepar amuba disebabkan infeksi Entamoeba histolytica. Abses ini jarang berasal dari komplikasi amubiasis gastrointestinal. Abes ini biasanya paling sering terjadi pada daerah yang beriklim tropis, sub tropis dan negara berkembang. • Wilayah yang penduduknya padat dan memiliki sanitasi yang buruk, status sosial ekonomi yang rendah dan status gizi yang kurang baik serta tempat dimana strain virulen E. hystolitica yang masih tinggi merupakan faktor predisposisi utama atau prevalensi tertinggi.

  37. Faktor resiko lainnya antara lain malnutrisi, usia tua, kehamilan, penggunaan steroid, kanker, immunosupresi, alkoholisme, riwayat mengunjungi wilayah beriklim tropis dan homoseksual. Juga termasuk adanya riwayat menderita infeksi amuba, kadar kolesterol tinggi dan pascatrauma hepar.

  38. gejala abses hepar amuba Gejala abses hepar amuba yang dapat ditemukan antara lain: 1. Demam intermitten 2. Nyeri perut kanan atas 3. Hepatomegali yang nyeri spontan atau nyeri tekan 4. Keringat malam 5. Menggigil 11. Malaise 6. Mual dan muntah 12. Jaundice 7. Batuk 13. Gelisah 8. Dispnue 9. Diare 10. Penurunan nafsu makan dan berat badan

  39. gejala abses hepar amuba • Keluhan pasien abses hepar amuba terutama demam, sakit di hipokondrium kanan, dan pernah buang air besar lendir darah. • Pemeriksaan fisik terutama hepatomegali, demam, nyeri tekan di hati, fluktuasi tekan di hati, dan ikterus. • Pemeriksaan laboratorium terutama anemia (Hb kurang 10 gr %), leukositosis dan pada tinja dapat ditemukan amuba baik kista maupun tropozoid. Kadang gejalanya tidak khas, timbul pelan-pelan atau asimptomatis. Demam intermitten merupakan keluhan paling awal dari penderita abses hepar menahun. Prosentase demam sekitar 74%-97%.

  40. diagnosis abses hepar amuba Beberapapemeriksaan yang dapatdigunakanuntuk diagnosis absesheparamubayaitu: 1. Fotorontgen dada 2. USG abdomen 3. CT scan abdomen 4. MRI abdomen 5. Hitungdarahlengkap 6. Biopsihati 7. Tesfungsihati 8. Ujiserologiamuba

  41. pengobatan abses hepar amuba • Kemoterapi menggunakan antiamuba yang kemudian dilanjutkan oleh pemberian Metronidazole, Chloroquin, dan Dehydroemetine (DHE) dengan dosis yang sesuai. • Aspirasi, tindakan ini dianjurkan bila pengobatan kemoterapi tidak berhasil dalam 3-5 hari, terdapat kontraindikasi pada penggunaan metronidazol seperti kehamilan, atau abses yang beresiko mengalami ruptur.

  42. pengobatan abses hepar amuba • Drainase perkutan, merupakan prosedur yang dilakukan oleh dokter untuk mengangkat atau mengeluarkan kumpulan cairan infeksi (abses) dari bagian tubuh seperti dada, abdomen, atau panggul. Drainase juga berguna untuk mengurangi nyeri abdomen. Selama prosedur, jarum halus dimasukkan ke dalam cairan abses dibawah panduan radiologis seperti CT-Scan. • Drainase bedah dilakukan pada kasus komplikasi termasuk ruptur abses. Pembedahan diindikasikan untuk penanganan abses yang tidak berhasil membaik dengan pengobatan. Juga diindikasikan untuk perdarahan yang mengancam jiwa penderita, disertai atau tanpa ruptur abses.

  43. ABSES HEPAR PIOGENIK • Kebanyakan pasien abses hati piogenik disebabkan oleh infeksi polimikroba gram negatif aerobik dan anaerobik. • Kebanyakan sumbernya berasal dari feses dengan infeksi Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Bacteroides, Enterococcus, Anaerobic streptococci, dan Microaerophilic streptococci. Staphylococcus, Haemolytic streptococci, dan Streptococcus milleri sebagai sumber infeksi primer dari endokarditis bakterial atau sepsis dental.

  44. Penyebab lainnya adalah Enterobacteriaceae, Fusobacterium, Staphylococcus aureus, Staphylococcus milleri, Candida albicans, Aspergillus, Actinomyses, Eikenella corrodens, Yersinia enterolitica, Salmonella typhi, Brucella melitensis dan fungal. • E. coli, Klebsiella pneumoniae dan Streptococcus faecalis merupakan bakteri usus sebagai kuman piogenik, penyebab abses hepar. Staphylococcus merupakan coccus gram negatif. Bacteroides dan Clostridium merupakan bakteri anaerob.

  45. Kebanyakan abses hepar piogenik merupakan infeksi sekunder yang berasal dari infeksi abdomen pada apendiks, kandung empedu, atau usus. • Abses ini dapat juga berhubungan dengan trauma atau komplikasi prosedur bedah. • Kolangitis yang berhubungan dengan batu atau striktur adalah penyebab terbanyak, diikuti oleh infeksi abdomen yang berhubungan dengan divertikulitis atau apendisitis. Sekitar 15% kasus abses hepar tidak dapat ditemukan penyebabnya (abses kriptogenik).

  46. diagnosis abses hepar piogenik Penegakan diagnosis abses hepar piogenik dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan Laboratorium • Pada pemeriksaan laboratorium yang di periksa adalah darah rutin termasuk kadar Hb darah, jumlah leukosit darah, laju endap darah dan percobaan fungsi hati, termasuk kadar bilirubin total, total protein dan kadar albumin dan globulim dalam darah.

  47. diagnosis abses hepar piogenik • Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis yang tinggi dengan pergeseran ke kiri, anemia, peningkatan laju endap darah, peningkatan alkalin fosfatase, peningkatan enzim transaminase dan serum bilirubin, berkurangnya kadar albumin serum dan waktu protrombin yang memanjang menunjukan bahwa terdapat kegagalan fungsi hati yang disebabkan AHP.

  48. diagnosis abses hepar piogenik • Peningkatan jumlah sel darah putih dan sedimen eritrosit dengan anemia ringan. Dua pertiga pasien mengalami leukositosis, seringkali diikuti oleh anemia akibat infeksi kronik dan peningkatan rata-rata sedimen eritrosit. Peningkatan aktivitas alkali phosphatase, hipoalbuminemia, dan aktivitas transaminase serum dapat abnormal. Cairan abses hasil aspirasi berbau busuk, warnanya tidak terlalu khas, dan didalamnya dapat ditemukan kuman penyebabnya pada 30-50 % kasus.

  49. diagnosis abses hepar piogenik Pemeriksaan Radiologi • Hemidiafragma kanan terangkat pada radiografi dada. USG merupakan alat pemeriksaan penunjang utama pada 92,9% pasien. • USG memperlihatkan abses hati pada 95,2% pasien. Sensitifitas USG lebih besar dari 89,4%. Pada pemeriksaan USG, abses hati piogenik tampak sebagai lesi hipoekoik multipel atau soliter, tepi tidak rata, bulat atau oval, dan kadang bersepta. Tampak bayangan cairan dan udara dengan akustik shadow.

  50. pengobatan abses hepar piogenik • Abses hepar piogenik dapat diatasi dengan terapi antibiotik atau kombinasi antara antibiotik dengan drainase berupa drainase bedah terbuka (open surgical drainage), drainase kateter perkutaneus dan aspirasi perkutaneus (percutaneous aspiration). • Kira-kira 39,3% kasus menggunakan terapi non bedah (drainase aspirasi perkutaneus dan antibiotik) dan 54,1% kasus menggunakan terapi drainase bedah. Kira-kira 69,2% kasus menggunakan terapi konservatif yaitu antibiotik dan 30,7% kasus menggunakan terapi kombinasi antara antibiotik dan drainase kateter perkutaneus.

More Related