190 likes | 1.54k Views
Modal Sendiri dan Ekuitas. Modal Saham Saldo Laba Right, Warrant, dan Opsi atas Saham Penyesuaian Modal Selisih Penilaian Kembali. A. Modal Saham. ⇨ merupakan bagian dari ekuitas suatu perseroan terbatas yabg dikontribusikan pemilik. Jenis saham: ∙ saham biasa
E N D
Modal Sendiri dan Ekuitas • Modal Saham • Saldo Laba • Right, Warrant, dan Opsi atas Saham • Penyesuaian Modal • Selisih Penilaian Kembali
A. Modal Saham ⇨ merupakan bagian dari ekuitas suatu perseroan terbatas yabg dikontribusikan pemilik. Jenis saham: ∙ saham biasa ∙ saham preferen, hak preferensi: a. pembagian aktiva lebih dulu pada saat likuidasi b. pembagian deviden c. convertible d. dapat ditebus kembali Agio : selisih lebih antara nilai nominal dan harga pasar Disagio : selisish kurang antara nilai nominal dan harga pasar Cara pembayaran saham: tunai, angsuran, penukaran dengan saham perusahaan lain Contoh: ∙ PT Darma menempatkan 1000 lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp. 10.000 dengan harga Rp. 15.000 per lembar Pencatatan: Kas 15.000.000 Modal saham 10.000.000 Agio saham 5.000.000
Treasury Stock: pembelian kembali saham oleh perusahaaan penerbit saham tersebut Pencatatan treasury stock: ∙ Cost method : sebesar jumlah yang semula diterima apabila saham itu akan dikeluarkan lagi ∙ Par value method : apabila saham dianggap ditarik dari peredaran Penerimaan dari treasury stock dapat dianggap sebagai deviden apabila: a. Dalam tahun lampau diperoleh laba b. Kelebihan penerimaan diatas harga perolehannya Saham preferen dapat ditukar dengan saham biasa: ⇨selisih NB saham preferen (nominal + agio) dengan NNom saham biasa dapat merupakan agio saham biasa (kalau lebih besar) ⇨ dibebankan kepada laba yang ditahan (kalau lebih rendah) Contoh: PT Iwan mempunyai 1000 lembar saham prioritas convertible dengan harga nominal @Rp. 10.000.000. Agio saham Rp. 2.500.000. Pada 2 Januari 2000 diumumkan saham itu dapat ditukarkan dengan saham biasa dengan nilai nominal @ 5.000.000, dengan proporsi 1 lb saham prioritas mendapat 3 lb saham biasa
Pencatatan oleh PT Iwan Modal saham prioritas 10.000.000 Agio saham prioritas 2.500.000 Laba ditahan 2.500.000 Saham biasa (3.000 x 5.000) 15.000.000 Untuk tujuan pajak: ⇨ pembebanan kepada laba ditahan 2.500.000 dianggap sebagai pembagian deviden kepada pemegang saham prioritas ⇨ PT Iwan harus memotong PPh pasal 23 sebesar 15%, kecuali pemegang saham itu sebuah badan ⇨ penerima saham memperhitungkan dividen 2.500.000 dan mengkreditkan PPh pasal 23 B. Saldo Laba dan Distribusi Laba 1. Saldo Laba(laba ditahan) ⇨ PSAK No. 21 : saldo laba menunjukkan akumulasi hasil usaha periodik setelah memperhitungkan pembagian deviden dan koreksi laba periode lalu.
⇨ sumber : hasil laba-rugi perusahaan ⇨ sumber dari hasil operasi perusahaan : earning & profit (penghasilan & laba) Contoh: PT Darma dalam tahun 2000 memperoleh penghasilan kena pajak Rp. 100.000.000. Penghasilan itu diperoleh setelah eliminasi penghasilan antar badan Rp. 34.000.000 dan pengeluaran untuk karyawan yang berupa fasilitas dan kenikmatan Untuk keperluan perpajakan, penghasilan dan laba 2000 PT Darma yang dapat ditransfer ke saldo laba dihitung sbb: Penghasilan kena pajak Rp. 100.000.000 Pajak penghasilan 21.250.000 78.750.000 Penghasilan bukan objek pajak 34.000.000 + 112.750.000 Pengeluaran bukan pengurang PKP 20.000.000 – Penghasilan dan laba 92.750.000 ◘ Konsep earning and profit ini merupakan pendekatan ekstra komptabel untuk menghitung besar saldo laba yang tersedia untuk pembagian deviden.
2. Distribusi Laba ⇨ deviden : distribusi laba kepada para pemegang saham Bentuk pembagian deviden: ⇨ uang kas, harta selain kas, surat hutang, saham perusahaan sendiri Distribusi dividen menyebabkan berkurangnya jumlah saldo laba Pengecualian : a. dividen saham dalam bentuk pemecahan saham b. Dividen likuidasi c. Pembagian lainnya yang bukan merupakan dividen dalam pengertian akuntansi komersial, tetapi diperlakukan seperti itu dalam perpajakan Pengertian deviden dalam perpajakan: a. Pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran b. Penerimaan atau perolehan dari pembelian kembali sebagian atau seluruh saham yang disetor c. Pembayaran kembali sebagian atau seluruh penyetoran modal, sepanjang terdapat laba dari tahun-tahun lampau, kecuali dalam pengecilan modal statuter d. Pembayaran kepada atau penerbitan tanda-tanda laba e. Laba yang dibagikan kepada pemegang obligasi yang berpartisipasi dalam laba f. Pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi persero yang dibebankan sebagai biaya perusahaan
Tiga tanggal yang dipertimbangkan dalam pembagian deviden: Tanggal pengumuman, pendaftaran, dan pembayaran ∙ deviden secara resmi terhutang saat dilakukan pengumuan pembagian deviden Contoh1: Tanggal 20 Desember 2000 PT Darma mengumumkan akan membagi deviden sejumlah Rp. 10.000.000. Pada tanggal 5 Januari 2001 dividen dibayar tunai Pencatatan: a. 20 Desember Saldo laba 10.000.000 Hutang deviden 8.500.000 Hutang PPh pasal 23 1.500.000 b. 5 Januari HUtang dividen 8.500.000 Hutang PPh pasal 1.500.000 Kas 10.000.000
Kalau pada contoh diatas dividen tidak dibayar tunai, tetapi dilunasi dengan penyerahan sekuritas PT Q yang mempunyai nilai nominal Rp. 10.00.000 dengan kurs 110 (semula diperoleh dengan kurs 105) maka pencatatan berdasarkan nilai pasar tampak sebagai berikut: Investasi sekuritas PT Q 500.000 Laba atas investasi sekuritas 500.000 Saldo laba 11.000.000 Hutang deviden 11.000.000 Hutang deviden 11.000.000 Investasi sekuritas PT Q 11.000.000 Contoh 2: PT Darma membagikan deviden yang berupa treasury stock dengan harga pasar Rp. 11.500.000. Harga perolehan saham itu Rp. 10.500.000. Pencatatan yang dibuat oleh badan (tanpa memperhatikan PPh pasal 23 dan pasal 26) sebagai berikut: Saldo laba 11.500.000 Treasury stock 10.500.000 Agio saham transaksi TS 1.000.000
C. Riht, Warrant, dan Opsi atas Saham • Perusahaan yang berkeinginan melakukan emisi saham dapat memberikan kesempatan pertama untuk membeli saham kepada: • pemegang saham lama (dalam bentuk pre-emptive stock right) • pemegang sekuritas yang lain • opsi kepada pejabat atau karyawan perusahaan • Pencatatan penerbitan right : dalam memorial • Bagi investor, pengumuman right secara komersial diikuti dengan relokasi biaya (harga) perolehan saham. • Harga perolehan relokasi dipakai sebagai unsur penambah harga saham baru Contoh: PT Iwan memiliki 100 lembar saham PT Andi (dari total 1000 lembar). Nilai Nominal saham Rp. 10.000 dan dibeli dengan harga Rp. 18.000 per lembar. PT Andi mengumumkan tiap 4 lembar saham lama dapat membeli 1 lembar saham emisi baru dengan harga Rp. 11.000. Saham lama dijual di pasar dengan harga sebesar Rp. 14.500 (tanpa right), sedangkan right dapat dijual dengan harga Rp. Rp. 500. Alokasi harga perolehan yang dilakukan PT Iwan sebagai berikut:
Right = 500/(14.500 + 500) x Rp. 18.000 = Rp. 600 per lembar • Saham = Rp. 18.000 - Rp.600 = Rp. 17.400 Atas alokasi harga perolehan dicatat: Hak atas saham PT Andi (600 x 100) Rp. 60.000 Investasi saham PT Andi Rp. 60.000 Bila hak atas saham itu dimanfaatkan, dicatat: Investasi saham PT Andi Rp. 335.000 Kas Rp. 275.000 Hak atas saham PT Andi Rp. 60.000 Nilai saham baru sebanyak 25 lembar yang dibeli sebesar 25 x Rp. 11.000, ditambah dengan harga right Rp. 60.000 dan jumlah totalnya Rp. 335.000 Kalau right dijual semua dengan harga Rp. 875 per lembar, dibuat catatan sbb: Kas (100 x 875) Rp. 87.500 Hak beli saham PT Andi Rp. 60.000 Laba penjualan hak beli saham PT Andi Rp. 27.500
• Warrant • Penerbitan saham preferen atau obligasi sering diikuti dengan hak untuk membeli saham biasa perusahaan. Contoh: PT Surya menerbitkan 100 lembar saham preferen dengan nominal Rp. 10.000 dengan harga Rp. 12.000. Pemegang saham preferen itu dapat memesan saham biasa dengan nominal Rp. 5.000 dengan harga Rp. 6.500. Segera setelah penerbitan saham preferen warrant terjual dengan harga Rp. 1.000, sedangkan saham preferen tanpa warrant dijual dengan harga Rp. 11.500 Harga perolehan warrant = 1.00/(11.500 + 1.000) x 12.000 = Rp. 960.000 atau sebesar Rp. 960 per lembar. Pada saat penjualan 100 lembar saham preferen oleh PT Surya dibuat catatan sbb: Kas Rp. 12.000.000 Saham preferen Rp. 10.000.000 Agio saham preferen 1.040.000 Warrant saham biasa 960.000
Bila warrant dipakai semua, dicatat: Kas Rp. 6.500.000 Warrant atas saham biasa 960.000 Saham biasa Rp. 5.000.000 Agio saham biasa 2.460.000 Bila warrant dibiarkan kadaluarsa, dicatat: Warrant atas saham biasa 960.0000 Tambahan setoran modal kadaluarsa-warrant 960.000 • secara komersial, kadaluarsanya warrant dianggap sebagai transaksi modal tidak ada keuntungan yang dilaporkan • Opsi saham • Merupakan pemberian hak berpartisipasi karyawan dalam pemilikan perusahaan • Nilai yang dicatat dalam realisasi program sebesar nilai pertukaran yang terjadi
D. Penyesuaian Modal karena Kuasi Reorganisasi Kuasi reorganisasi (atau restrukturisasi kapital) merupakan prosedur penataan kembali modal yang dilakukan untuk menutup kerugian struktural (kerugian terus-menerus) atau defisit dalam jumlah yang material tampilan struktur perusahaan menjadi lebih baik Contoh: Neraca PT Darma per 31 Desember 2000, sebagai berikut
Untuk menutup jumlah negatif saldo laba, dilakukan kuasi reorganisasi sbb: • Peralatan dinilai kembali sebesar harga pasar menjadi Rp. 920.000 (semula 1.400.000) • Dalam aktiva lancar terdapat persediaan yang overstated Rp. 80.000 dan Rp. 40.000 merupakan piutang tak tertagih • Nilai nominal saham diturunkan menjadi Rp. 40 per saham (semula Rp. 100) Pencatatan yang dilakukan sbb: • Saldo laba Rp. 480.000 Akumulasi depresiasi Rp. 480.000 • Saldo laba Rp. 120.000 Aktiva lancar Rp, 120.000 • Modal saham (nom Rp.100) Rp. 1.500.000 Modal saham (nom Rp. 40) Rp. 1.500.000 Tambahan modal disetor Rp. 900.000 • Tambahan modal disetor Rp. 1.100.000 Saldo laba Rp. 1.100.000
Setelah kuasi reorganisasi Kuasi reorganisasi PT Darma dapat menimbulkan beberapa implikasi sbb: • Pengurangan nilai persediaan dan penghapusan piutang memerlukan suatu penelitian yang seksama sebab ketentuan pajak menganut asas material (bagaimana faktanya). Secara jelas pengurangan nilai persediaaan tidak diperkenankan, sedangkan penghapusan piutang harus didukung oleh beberapa fakta. • Devaluasi peralatan (aktiva tetap) tak mudah diizinkan karena pajak menganut harga historis • Penghapusan rugi (defisit Rp. 500.000) dapat menghilangkan hak konpensasi kerugian sebagaimana diatur dalam pasal 6 ayat (3) UU PPh 1984
F. Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap • Akuntansi menganut harga historis dan harga pertukaran. • Penyimpangan dasar harga historis dapat diterima apabila: • Terdapat perubahan harga yang cukup material dan secararelatif bersifat permanen • Memperoleh fasilitas perpajakan • Untuk penjualan saham di pasar modal • Untuk tujuan penggabungan usaha Prinsip penilaian kembali dr tahun 1971,1979,1986: • sama-sama berdasarkan harga indeks, baik harga perolehan maupun depresiasi tahunan dihitung kembali dengan harga indeks. Ketentuan revaluasi sejak tahun 1996: • Harus dilakukan dengan bantuan lembaga appraisal yang disahkan Mentri Keuangan berdasarkan harga pasar wajar • Hanya boleh dilakukan terhadap aktiva yang dimiliki lebih dari 5 tahun. • Nilai sisa lebih dari penilaian kembali aktiva dikenakan pajak penghasilan final 10% setelah terlebih dahulu dikompensasikan dengan kerugian yang masih berhak atas kompensasi kerugian. • Bila ada selisih penilaian kembali setelah pajak itu dikapitalisasikan dan dibagikan dalam bentuk saham bonus, pembagian deviden tidak dikenakan pajak penghasilan • Penyusutan dari aktiva yang dinilai kembali itu dilakukan bukan berdasarkan sisa manfaat, tetapi berdasarkan masa manfaat (semula) sesuai dengan ketentuan perpajakan
Contoh: PT Dian, selain aktiva kelompok 1 (masa manfaat 4 tahun) dan kelompok 2 (masa manfaat 8 tahun), mempunyai harta berupa tanah dan bangunan Rp. 300.000. Nilai buku dari harta kelompok 2 Rp. 150.000.000. Perusahaan berniat melakukan revaluasi dengan jasa appraisal “Iwan & rekan”. Nilai appraisal tanah dan bangunan Rp. 500.000.000, nilai harta kelompok 2 Rp. 200.000.000. Perusahaan masih mempunyai kerugian yang dapat dikompensasikan Rp. 125.000.000. Dengan penilaian kembali itu akan diperoleh nilai lebih Rp. 250.000.000. Karena kerugian yang masih dapat dikompensasikan Rp. 125.000.000, pajak penghasilan yang dapat dibayar final 10% sebesar Rp. 12.500.000. Nilai lebih itu kemudian dikapitalisasi dalam bentuk saham dan dibagikan kepada para persero. Pencatatan yang dilakukan: 1. Untuk mencatat revaluasi Tanah dan bangunan Rp. 200.000.000 Harta kelompok 2 50.000.000 Pajak penghasilan terhutang Rp. 12.500.000 Selisih penilaian kembali aktiva 237.500.000 2. Untuk mencatat pembayaran pajak penghasilan Pajak penghasilan terhutang Rp. 12.500.000 Kas Rp. 12.500.000
3. Untuk mencatat kapitalisasi selisih penilaian kembali Selisih penilaian kembali aktiva Rp. 237.500.000 Modal saham Rp. 237.500.000 • Untuk pembagian saham bonus tidak dilakukan pencatatan pembukuan, cukup dalam buku memorial • Bila terlebih dahulu ditentukan, saldo rugi akan ditutup ke selisih penilaian kembali aktiva yang berarti jumlah yang dikapitalisasi Rp. 112.500.000 • Biaya yang dikeluarkan untuk kantor appraisal sehubungan dengan jasa yang lain, misalnya Rp. 12.500.000 karena sesuai dengan ketentuan perpajakan biaya itu tidak boleh dikurangkan dari penghasilan kena pajak yang lain, jumlah yang dikapitalisasi menjadi Rp. 100.000.000 • Penyusutan atas nilai buku baru harta kelompok 2 Rp. 200.000 dilakukan selama masa 8 tahun, apakah memakai metode garis lurus atau saldo menurun bergantung pada metode yang dipakai perusahaan sebelum revaluasi. • Nilai buku bangunan Rp. 500.000.000 disusutkan selama 20 th dengan menggunakan metode garis lurus.