390 likes | 880 Views
DIPERSIAPKAN OLEH: DR. IR. HERIEN PUSPITAWATI, MSC., MSC . DEPT. ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA 2014. KULIAH KE-4 MK PENGANTAR ILMU KELUARGA (IKK 211- 3 SKS) MAHASISWA STRATA-1. DEPARTEMEN ILMU KELUARGA & KONSUMEN. INSTITUT PERTANIAN BOGOR.
E N D
DIPERSIAPKAN OLEH: DR. IR. HERIEN PUSPITAWATI, MSC., MSC. DEPT. ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA 2014 KULIAH KE-4MK PENGANTAR ILMU KELUARGA (IKK 211- 3 SKS) MAHASISWA STRATA-1
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA & KONSUMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KULIAH PIKTEORI SOSIAL-KONFLIK
KELUARGA MENURUT PARADIGMA SOSIAL-KONFLIK LATAR BELAKANG • Beberapa kritikan terhadap teori struktural-fungsional berkisar pada sistem sosial yang berstruktur, dan adanya perbedaan fungsi atau diferensiasi peran (division of labor). • Institusi keluarga dalam perspektif struktural-fungsional dianggap melanggengkan aspek-aspek ini. Ini dianggap sebagai cikal bakal dari timbulnya ketidakadilan dalam masyarakat.
David Lockwood (1956) melontarkan kritik terhadap teori Parsons. Menurutnya, teori Parsons terlalu menekankan keseimbangan dan ketertiban. Ini dianggap suatu pemaksaan bagi individu untuk selalu melakukan konsensus agar kepentingan kelompok selalu terpenuhi. • Selanjutnya, individu harus selalu tunduk pada norma dan nilai yang melandasi struktur dan fungsi sebuah sistem. Padahal menurut Lockwood, suasana konflik akan selalu mewarnai masyarakat, terutama dalam hal distribusi sumberdaya yang terbatas. • Artinya, sifat dasar individu dianggapnya cenderung selfish (mementingkan diri sendiri), daripada mengadakan konsensus untuk kepentingan kelompok. Sifat pementingan diri sendiri menurut Lockwood akan menyebabkan diferensiasi kekuasaan yang ada menimbulkan sekelompok orang menindas kelompok lainnya. • Selain itu masing-masing kelompok atau individu mempunyai tujuan yang berbeda-beda bahkan sering bertentangan antara satu dan lainnya, yang akhirnya akan menimbulkan konflik.
Latar ….. • Teori Sosial Konflik muncul pada abad 19 dan 20 sebagai respon dari lahirnya dual revolution, yaitu demokratisasi dan industrialisasi. • Mulai populer pada thn 1960an sejalan dengan gelombang kebebasan individu di Barat, tetapi telah berkembang sejak abad 17. • Sehingga munculah sosiologi konflik modern, di Amerika khususnya, sebagai akibat dari realitas konflik dalam masyarakat Amerika (Mc Quarrie, 1995: 65). • DIVORCE RATE, UNHAPPY MARRIAGES INDIKATOR BAHWA KELUARGA DALAM KEADAAN KONFLIK • ERA “CELEBRATION OF SELF INTERESTS” CULTURAL REVOLUTION OF THE ‘60SANTI SEGALA KEMAPANAN, TERMASUK INSTITUSI KELUARGA
TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL LEBIH DIJADIKAN PEGANGAN UNTUK KELUARGA KONSERVATIF • TEORI KONFLIK SOSIAL LEBIH DIJADIKAN PEGANGAN BAGI KELUARGA KONTEMPORER
TEORI KONFLIK SOSIAL • Menonjolkan situasi konflik dan perubahan sosial dalam melihat struktur sosial masyarakat, dimana perspektif konflik dianggap sebagai “the new sociology” sebagai kritik terhadap teori struktural fungsional yang berkaitan dengan sistem sosial yang terstruktur dan adanya perbedaan fungsi dan diferensiasi peran (division of labor).
BENTUK KONFLIK SOSIAL • KONFLIK PERAN DI DALAM KELUARGA • KONFLIK KOMUNIKASI DALAM KELUARGA • KONFLIK KELAS DALAM MASYARAKAT (KELAS BORJUIS VS PROLETAR; KELAS GENDER; KELAS SOSIAL EKONOMI) • KONFLIK ADAT VS PENDATANG
Sosiologi konflik mempunyai asumsi bahwa masyarakat selalu dalam kondisi bertentangan, pertikaian, dan perubahan. • Semua itu adalah sebagai bagian dari terlibatnya kekuatan-kekuatan masyarakat dalam saling berebut sumberdaya langka dengan menggunakan nilai-nilai dan ide (Ideologi) sebagai alat untuk meraihnya (Wallace &Wolf, 1986).
FOKUS DAN SKOPE ASUMSI • Asumsi Dasar: Manusia tidak mau tunduk pada Konsensus. • Manusia adalah individu otonom yang mempunyai kemauan sendiri tanpa harus tunduk kpd norma dan nilai. Manusia secara garis besar dimotivasi oleh keinginannya sendiri. • Konflik adalah endemik dalam grup sosial. • Tingkatan masyarakat yang normal lebih cenderung mempunyai konflik daripada harmoni. • Konflik merupakan suatu proses konfrontasi antara individu, grup atas sumberdaya yang langka, konfrontasi suatu pegangan hidup yang sangat berarti. • KONSENSUS DAN NEGOSIASI adalah tehnik yang digunakan untuk mengelola konflik.
Empat hal yang Penting dalam Memahami Teori Konflik Sosial • Kompetisi (atas kelangkaan sumberdaya seperti makanan, kesenangan, partner seksual, dan sebagainya yang menjadi dasar interaksi manusia bukanlah konsensus seperi yang ditawarkan fungsionalisme, namun lebih kepada kompetisi. • Ketidaksamaan struktural, kuasa, perolehan yang ada dalam struktur sosial. • Individu dan kelompok yang ingin mendapatkan keuntungan dan berjuang untuk mencapai revolusi. • Perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari konflik antara keinginan (interest) yang saling berkompetisi dan bukan sekadar adaptasi. Perubahan sosial sering terjadi secara cepat dan revolusioner daripada evolusioner.
Paradigma Karl Marx • Kegiatan ekonomi sebagai faktor penentu utama semua kegiatan masyarakat, dan • Melihat masyarakat manusia dari sudut konflik di sepanjang sejarahnya. Marx, dalam Materialisme Historis-nya memasukkan determinisme ekonomi sebagai basis struktur yang dalam proses relasi sosial dalam tubuh masyarakat akan menimbulkan konflik antara kelas atas dan kelas bawah.
Asumsi Karl Marx • Relasi sosial walaupun sebuah sistem penuh dengan kepentingan pribadi atau sekelompok orang • Sistem sosial secara sistematis menciptakan konflik • Konflik adalah suatu yang tdk terhindarkan dlm sebuah sistem sosial • Konflik akan terjadi dlm aspek pendistribusian SDA yang terbatas, terutama kekuasaan (power)
TOKOH TEORI SOSIAL KONFLIK Orang yang paling berpengaruh dalam mengembangkan paham materialisme. Ia percaya bahwa semua makhluk hidup, termasuk manusia juga, terbentuk dari substansi materi saja. Begitu pula kesadaran dan ruh manusia. Ia timbul karena adanya pergerakan partikel-partikel dalam otak. Paham materialisme menganggap sifat dasar manusia adalah semata-mata untuk memenuhi kepentingan egonya (serigala bagi manusia lainnya) (homo homini lupus), atau all against all. Karenanya, kehidupan masyarakat diwarnai dengan pola relasi dominasi dan penindasan. THOMAS HOBBES (1588 – 1679)
Karl Marx (1818-1883) Marx menggantikan dialektika ideal menjadi dialektika material, yang diambil dari filsafat Fuerbach, sehingga sejarah merupakan proses perubahan terus menerus secara material. Pada abad ke 19 di Eropa dimana dia hidup, terdiri dari kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin sebagai kelas proletar. Kedua kelas ini berada dalam suatu struktur sosial hirarkhis, dan borjuis melakukan eksploitasi terhadap proletar dalam sistem produksi kapitalis. Dengan ini Marx mejadi orang yang tidak tertarik pada agama
KARL MARX (1818-1883) • Pemahaman materialisme: Konflik dlm masyarakat bersumber dari aktivitas ekonomi masyarakat • Pola relasi materialistik dan ekonomi: Basis dari segala superstructure Basis Pola Relasi Sosial • Kondisi produksi sumberdaya alam jenis produksi menciptakan norma, hukum, agama dan budaya berbeda-beda • Alat untuk memproduksi • Pola relasi produksi dalam masyarakat status kepemilikan
Georg Simmel (1858–1918) Sosiolog fungsionalis Jerman mencoba mendekati teori konflik dengan menunjukkan bahwa konflik merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang mendasar; berkaitan dengan sikap bekerja sama dalam masyarakat.
Max Weber (1864-1920) Pemikir sosial Jerman, mungkin adalah orang yang di zamannya paling merasa tertantang oleh determinisme ekonomi Marx yang memandang segala sesuatu dari sisi politik ekonomi. Berbeda dengan Marx, Weber dalam karya-karyanya menyentuh secara luas ekonomi, sosiologi, politik, dan sejarah teori sosial. Weber menggabungkan berbagai spektrum daerah penelitiannya tersebut untuk membuktikan bahwa sebab-akibat dalam sejarah tak selamanya didasarkan atas motif-motif ekonomi belaka.
C. Wright Mills (1916-1962) Sosiolog Amerika 1960-an mengecam fungsionalisme melalui kritiknya tentang elit kekuasaan di Amerika saat itu. Mills melakukan riset terhadap struktur kekuasan Amerika, suatu hubungan dominatif, dimana stuktur sosial dikuasi elit dan rakyat adalah pihak ada di bawah kontrol politisnya (militer, politisi, dan para pengusaha (ekonomi). Mills (1959) menyatakan bahwa struktural-fungsionalisme (Parsonian) dalam keluarga, justru telah menimbulkan konflik peran karena kedudukan para perempuan dianggap sebagai “budak kecil tercinta”.
Ralf Dahrendorf (1950-an...) Sosiolog Jerman, yang menerangkan konflik kelas dalam masyarakat industrial pada tahun 1959 yang sangat berbeda dari teori Marx karena ia menganalisis konflik tanpa memperhitungkan politik ekonomi yang ada (apakah kapitalisme atau sosialisme). Jika Marx bersandar pada pemilikan alat produksi, maka Dahrendorf bersandar pada kontrol atas alat produksi. Dalam terminologi Dahrendorf, pada masa pos-kapitalisme, kepemilikan akan alat produksi (baik sosialis atau kapitalis) tidak menjamin adanya kontrol atas alat produksi.
Ralf Dahrendorf • Masyarakat ada 2 wajah: Konsensus dan Konflik, tetapi lebih mengutamakan wajah konflik • Hub. Dialektika antar kelas mirip dengan praksis Marx, tetapi bukan semata-mata kepemilikan SD tetapi kekuasaan juga. • Dalam relasi sosial ada ICA (Imperatively Coordinated Association)– Perkumpulan Koordinasi yang dilandasi bentuk-bentuk perintah yang sangat penting • Setiap unit social ada ICA, dimana dg adanya diferensiasi kekuasaan atau peran, pola relasi sosial antara atasan dan bawahan mendapat legitimasi oleh organisasi itu sendiri terpaksa tunduk karena hukum/ norma atau hukum yang baru
TOKOH-TOKOH LAIN …. RANDAL COLLINS (1975, 1987): -APLIKASI TEORI MARX DAN ENGELS DALAM KELUARGA DENGAN CARA MENGKRITIK MODEL S-F -SF MELANGGENGKAN SISTEM PATRIARKI STRUKTUR VERTIKAL KONFLIK KERUNTUHAN KELUARGA KELUARGA HORIZONTAL -PADA STABILITAS DAN KESATUAN TERBENTUK BUKAN KARENA AZAS HARMONI DAN KONSENSUS, TETAPI OLEH PEMAKSAAN (ICA) -RELASI SOSIAL DALAM KELUARGA ADALAH KONFLIK, KARENA SIFAT ALAMI MANUSIA ADALAH “SELF-INTEREST” -KEDUDUKAN PRIA SEBAGAI”BORJUIS”, DAN WANITA SEBAGAI “PROLETAR”
DAVID COOPER (1970): “THE DEATH OF FAMILY” -KELUARGA ADALAH PENJARA, ALAT UNTUK MENERAPKAN IDEOLOGI EKSPLOITASI, MERUSAK SPONTANITAS DAN INISIATIF INDIVIDU
DASAR TEORINYA ADA SEJAK FREDERICH ENGELS MENULIS BUKU “ORIGINS OF THE FAMILY, PRIVATE PROPERTY, AND THE STATE” (1884) NO PRIVATE PROPERTY HUNTING & GATHERING PRIVATE PROPERTY AGRARIS (MENETAP) KELUARGA PATRIARKI HASIL PERTANIAN MENINGKAT MONETERISASI EKONOMI INDUSTRIALISASI KAPITALISME
- -PERTENTANGAN KELAS BERASAL DARI KELUARGA -PENINDASAN KELAS BERASAL DARI KELUARGA -DISTRIBUSI POWER DALAM KELUARGA TIDAK MERATA (KARENA BERDASARKAN PATRIARKHI) -POWER BERDASARKAN USIA DAN GENDER -POWER ADALAH SUMBERDAYA TERBATAS SUMBER KONFLIK KELUARGA PATRIARKI KAPITALISME POWER TIDAK MERATA SEMUA MENURUT ATURAN, PERAN DAN FUNGSI FAMILY/ COMMUNITY INTERSTS POWER TIDAK MERATA SURVIVAL FOR THE FITTEST INDIVIDUAL INTEREST
MODE OF PRODUCTION MENCIPTAKAN KONDISI IDEOLOGI, POLITIK, DAN MORAL RELATIVITAS SUPERSTRUCTURE DAPAT DIUBAH-UBAH TERGANTUNG KEPENTINGAN
Superstructure -agama/budaya - Penciptaan Kelas-Kelas (S-F) INI YANG DIROBOHKAN OLEH SOSIAL-KONFLIK Division of Labor Mode of Production Masyarakat Berkelas- Kelas/ Hirarkis -Kelas pemilik vs. kelas pekerja -kapitalis/borjuis vs. proletar -Tuan vs. budak -Penguasa vs. rakyat
PROPOSISI OLEH MARX • Semakin tidak merata distribusi sumberdaya atau kekuasaan yang jumlahnya terbatas, semakin tinggi tingkat konflik antara kelompok dominan dan kelompok subordinat dalam sebuah sistem. • Semakin besar kesadaran kaum subordinat akan kepentingan kolektifnya, mereka akan mempertanyakan legitimasi ketidakadilan dalam distribusi kekayaan dan kekuasaan. • Apabila kesadaran kelompok semakin tinggi dengan tingkat emosionalnya yang “marah” dan lebih terorganisasi dengan baik, maka semakin besar kemungkinan mereka untuk mengadakan konflik langsung dengan kelompok dominan. • Semakin tinggi tingkat konflik, semakin besar polarisasi antara kelompok subordinat dan ordinat dalam sebuah sistem. • Semakin terpolarisasi antarkedua kelompok tersebut, semakin tinggi tingkat kekerasan yang ditimbulkan oleh konflik. • Semakin tinggi tingkat kekerasan, semakin besar perubahan struktural yang terjadi dan akan terjadi redistribusi sumberdaya yang terbatas tersebut.
Ringkasan Proposisi… Kekuasaan (Power) adalah Sumberdaya terbatas inilah yang menciptakan konflik Perubahan dimulai dari proses penyadaran adanya ketidakseimbangan sistem keadilankonflik terbuka mirip dengan konsep Marx Namun Dahrendorf mengatakan konflik tidak pernah berakhir– terus menerus sehingga menciptakan dinamika masyarakat sepanjang jaman KONFLIK KELOMPOK PEMENANG KELAS PENGUASA ICA (Imperatively Coordinated Association)–KONFLIKDST.
CENDERUNG VERTICAL CENDERUNG HORIZONTAL STRUKTURAL-FUNGSIONAL SOSIAL-KONFLIK ATURAN NORMA SANGAT KUAT ADA PEMAKSAAN NORMA-ATURAN ADA ATURAN KELAS—POWER ADA STRATA SOSIAL (BORJUIS-PROLETAR—LAKI-LAKI-PEREMPUAN) ATURAN NORMA BARU (NORMA LAMA DIROBOHKAN) INDIVIDUAL-SELF INTEREST ADA KESETARAAN SOSIAL
PRAKSIS UNTUK PERUBAHAN STRUKTURAL Jargon: - Anti kapitalisme - Anti kemapanan/ Anti Status-Quo - Anti keluarga/ norma-norma konservatif - Agama adalah opium - Demi Keadilan dan Kesetaraan/ Persamaan hak - Pembebasan kaum tertindas/ subordinasi KOMUNISME, SOSIAL-DEMOKRASI, WELFARE-STATE
PERBEDAAN PRAKSIS / APLIKASI TEORI STRUKTURAL-FUNGSIONAL DAN SOSIAL-KONFLIK DALAM KEHIDUPAN KELUARGA DAN MASYARAKAT
RINGKASAN TEORI KONFLIK SOSIAL • Teori konflik muncul sebagai respon dari lahirnya dual revolution, yaitu demokratisasi dan industrialisasi, sehingga kemunculan sosiologi konflik modern merupakan akibat dari realitas konflik dalam masyarakat. Teori konflik adalah alternatif dari ketidakpuasaan terhadap analisis fungsionalisme struktural yang menilai masyarakat dengan paham konsensus dan integralistiknya • Beberapa tokoh teori sosial konflik adalah Thomas Hobbes, Karl Marx, Georg Simmel, Max Weber, C. Wright Mills, Ralf Dahrendorf, Lewis Coser dan Randall Collins • Asumsi dasar teori konflik adalah masyarakat atau organisasi berfungsi sedemikian di mana individu dan kelompoknya berjuang untuk memaksimumkan keuntungan yang diperolehnya; secara tak langsung dan tak mungkin dihindari adalah perubahan sosial yang besar seperti revolusi dan perubahan tatanan politik.
RINGKASAN…. • Menurut perspektif sosial-konflik, hubungan yang penuh konflik terjadi juga dalam keluarga. Peran yang dilembagakan oleh institusi keluarga, menurut persepsi konflik sosial telah menciptakan pola relasi yang opresif. Menurut teori ini, situasi konflik dalam kehidupan sosial tidak dianggap sebagai sesuatu yang abnormal atau disfungsional, tetapi bahkan dianggap sesuatu yang alami dalam setiap proses sosial. Adanya konflik bersumber dari struktur dan fungsi keluarga itu sendiri. Seorang suami dengan kedudukannya sebagai kepala keluarga akan menimbulkan konflik terbuka dengan istrinya yang mempunyai kedudukan ibu rumah tangga. • Teori sosial konflik menawarkan keluarga sebagai wahana alternatif efektif untuk pengembangan sumberdaya manusia tanpa resiko penolakan dan tantangan. Pendukung teori dan ideologi konflik justru menganggap keluarga sebagai sumber malapetaka, kesengsaraan, dan ketidakadilan, terutama bagi perempuan.