400 likes | 1.43k Views
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL. Praktikum Kewirausahaan Agroindustri Kamis 24 Mei 2012. Analisis Finansial digunakan untuk mengetahui apakah usaha yang diusahakan layak dan menguntungkan untuk dikembangkan atau dikatakan masih dalam tingkat efisiensi.
E N D
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Praktikum Kewirausahaan Agroindustri Kamis 24 Mei 2012
Analisis Finansial digunakan untuk mengetahui apakah usahayang diusahakan layak dan menguntungkan untuk dikembangkan atau dikatakan masih dalam tingkat efisiensi
AnalisisinvestasimenjadiaspekkrusialdalamperusahaanagroindustriAnalisisinvestasimenjadiaspekkrusialdalamperusahaanagroindustri • Padadasarnyametodologiygdigunakanuntukmenilaikondisifinansialpadaperusahaanagroindustrisamadgnperusahaankomersillainnya • Namun, tidaksemuamanajermampumengintepretasikanhasilanalisisfinansialygdiperolehdenganbenar
Asumsi Dasar Asumsi dasar yang digunakan dalam analisis kelayakan finansial usaha Bakpao Labu adalah sebagai berikut : Modal usaha seluruhnya berasal dari modal sendiri. Umur Proyek adalah 5 tahun, penetapan umur proyek didasarkan pada umur ekonomis peralatan yang digunakan perusahaan Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito Bank Rakyat Indonesia bulan Mei 2012 sebesar 10 % pertahun. Perhitungan biaya terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional didasarkanpada harga yang berlaku pada tahun 2012 hingga tahun 2017 Biaya penyusutan komponen investasi dihitung dengan umur investasi yang akan berjalan
6) Harga dari bakpao labu ini sangat terjangkau bagi semua kalangan, baik kalangan menengah ke bawah maupun kalangan menengah ke atas. Seperti produk bakpao unyil yang dijual dengan harga yang lebih murah dari produk bakpao yang memiliki bentuk lain. Untuk bakpao labu dengan dengan bentuk hati dan bulat emo, dipatok dengan harga Rp. 4.000,- untuk isian daging ( ayam / sapi ) dan Rp. 3.000,- untuk isian selain daging. Dan untuk bakpao labu unyil, isi daging ( ayam / sapi ) dipatok dengan harga Rp. 1.500,- dan Rp. 1.000,- untuk bakpao labu unyil dengan isi coklat, keju, dan blueberry.
Penentuan Pasar Potensial dan Kapasitas Produksi Dalam 1 Tahun • Positioning produk sebagai ‘Leader’ dengan persentase 40%. • Berdasarkan data konsumen Bakpao berkisar usia antara 20-30 tahun. • Jumlah penduduk kota Batu 189.793 jiwa dengan estimasi umur 20-30 tahun berjumlah 94.895 jiwa. • Sehingga pasar potensial dapat di hitung = 40% x 94.895 = 37.958 jiwa • Berdasarkan kuesioner rata-rata orang mengkonsumsi Bakpao dalam 1 bulan sebanyak 2 kali. Dari data tersebut berarti dalam 1 tahun seseorang mengkonsumsi Bakpao sebanyak 24 kali. • Sehingga dapat ditentukan kapasitas produksi dalam 1 tahun = 24 x 37.958 = 910.992 buah bakpao. • Jumlah produksi dalam per hari yang harus terpenuhi = 910.992 / 365 hari = 2.495 produksi
Analisis Biaya Biaya Investasi ( Biaya Tetap )
2. Biaya Produksi ( Biaya Tidak Tetap) • Biaya Bahan Baku
Biaya Operasional Total biaya tidak tetap = Biaya bahan baku + biaya operasional = Rp. 251.097.840 + Rp. 51.549.600 = Rp. 302.647.440,-
3. Harga Pokok Produksi ( HPP ) dan Harga Jual • Total Biaya Produksi 1 th= Biaya tetap + biaya tidak tetap = Rp. 105.600.000 + Rp. 302.647.440 = Rp. 408.347.440,- • HPP (Per tahun) =Total biaya 1th • Jumlah produksi 1 tahun • = 408.347.440 • 907.200 • = Rp. 450,1184,-
Mark Up = (40% x total biaya 1th) + Biaya tetap 1 tahun • Biaya tidak tetap 1 tahun • = (40% x Rp. 408.347.440) + Rp. 105.600.000 • Rp. 302.647.440 • = 0,88 Harga jual = (Mark Up x HPP) + HPP • = (0,88 x 450,1184) + 450,1184 • = Rp. 844,5734
Kelayakan Investasi 1. NPV (Net Present Value) • Perhitungan NPV dalam suatu penilaian investasi merupakan cara yang praktis untuk mengetahui apakah proyek menguntungkan atau tidak. • NPV adalah selisih antara Present Value dari arus Benefit dikurangi Present Value PV dari arus biaya. • Secara matematis NPV dirumuskan sebagai berikut : Bt = Benefit pada tahun ke-t Bt = Penerimaan yang diperoleh dari tahun t Ct = Biaya yang dikeluarkanpadatahun t t = lamanya waktu investasi i = tingkat bunga
Dalam metode NPV terdapat tiga kriteria investasi, yaitu : NPV lebih besar dari nol, secara finansial proyek layak untuk diusahakan dan dapat menghasilkan keuntungan. NPV sama dengan nol, secara finansial proyek sulit untuk dilaksanakan dan tidak akan menghasilkan keuntungan maupun mendatangkan kerugian. NPV kurang dari nol, secara finansial lebih baik proyek tidak dilaksanakan karena akan menimbulkan kerugian
2. Internal Rate of Return ( IRR ) • Untuk mengetahui sejauh mana proyek memberikan keuntungan, digunakan analisis IRR. • IRR dinyatakan dengan persen (%) yang merupakan tolok ukur dari keberhasilan proyek. • Penggunaan Investasi akan layak jika diperoleh IRR yang persentasenya lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang ditentukan, karena proyek berada dalam keadaan yang menguntungkan, demikian juga sebaliknya jika IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga bank yang ditentukan, berarti proyek merugi dan tidak layak untuk dilaksanakan
Secara matematis IRR dirumuskan sebagai berikut : NPV1 = Perhitungan NPV positif mendekati nol denganbunga modal sebesar i1 persen NPV2 = Perhitungan NPV negatif mendekati nol dengan bunga modal sebesar i2 persen i1 = Discount factor (DF) pertama, tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif I2= Discount factor (DF) kedua, tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif
3. Payback Periode ( PP ) • Tingkat pengembalian investasi diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang dikeluarkan melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek. • Menghitung Payback Period tidak perlu memperhitungkan tingkat bunga dan Present Value dengan menggunakan discount factor. Penghitungan Payback Period hendaknya dilakukan setelah menghitung IRR dan kriteria investasi lainnya. • Semakin cepat tingkat pengembalian investasi maka proyek layak untuk diusahakan dan sebaliknya semakin lambat investasi yang digunakan itu dikembalikan maka proyek tidak layak untuk diusahakan.
Break Event Point (BEP) • Analisis Break Event Point adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Analisis Break Event Point dalam perencanaan keuntungan merupakan suatu pendekatan perencanaan keuntungan yang mendasarkan pada hubungan antara cost (biaya) dengan revenu (penghasilan penjualan) • Salah satu syarat perhitungan analisis Break Event Point adalah bahwa semua biaya yang terkait dengan proses produksi mulai dari setiap jenis produk atau jasa yang dihasilkan terdiri dari dua jenis biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
BEP dapat dihitung dengan dua cara yaitu: • a. Atas dasar penjualan dalam unit • b. Atas dasar penjualan dalam rupiah
Analisis Sensitivitas Definisi : • Analisis yang dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana parameter investasi yang telah ditetapkan boleh mengalami perubahan akibat adanya faktor penyesuaian pada situasi tertentu selama umur investasinya, sehingga memungkinkan munculnya pengaruh yang signifikan pada keputusan yang telah diambil •Merupakan analisis kepekaan optimal suatu investasi terhadap perubahan
Parameter-parameter yang membutuhkan analisis sensivitas : • Investasi • Benefit / pendapatan • Biaya / Pengeluaran • Suku Bunga
Dengan memperhatikan nilai : I = Investasi n = Umur sisa S = sisa Ab = Benefit tahun pertama Gb = Kenaikan benefit tiap tahunnya Ac = Biaya Operasional rata – rata pertahun Contoh : I = Rp. 400 juta n = 10 S = Rp. 100 juta Ab = Rp. 80 juta Gb = Rp. 2 juta Ac = Rp. 25 juta / th i = 10 %
Sensivitas investasi : NPV = 0 0 = PWB-PWC 0 = Ab (P/A, 10%,10) + Gb (P/G, 10%,10)+ S (P/F,10%,10) – I – Ac (P/A, 10%,10) 0 = 80 (P/A, 10%,10) + 2 (P/G, 10%,10)+ 100 (P/F,10%,10) – I – 25 (P/A, 10%,10) 0 = 80 (6,14) + 2 (22,89)+ 100 (0,39) – I – 25 (6,14) 0 = 491,2 + 45,78 + 39 – 153,5 – I 0 = 422,48 – I I = Rp. 422,48 juta Maka, investasi sensitif pada nilai Rp. 422,48 juta. Dalam kisaran Rp. 400 juta – Rp. 422,48 juta, investasi masih layak, lebih dari Rp. 422,48 juta sudah tidak layak
Sensivitas benefit : NPV = 0 0 = PWB-PWC 0 = Ab (P/A, 10%,10) + Gb (P/G, 10%,10)+ S (P/F,10%,10) – I – Ac (P/A, 10%,10) 0 = Ab (P/A, 10%,10) + 2 (P/G, 10%,10)+ 100 (P/F,10%,10) – 400 – 25 (P/A, 10%,10) 0 = Ab (6,14) + 2 (22,89)+ 100 (0,39) –400– 25 (6,14) 0 = 6,14.Ab + 45,78 + 39 - 153,5 – 400 0 = 6,14 Ab – 468.72 Ab = 468,72 / 6,14 = Rp. 76,34 juta Maka, benefit sensitif pada nilai Rp. 76,34 juta. Jika realisasi benefit kurang dr angka tersebut, maka investasi sudah tidak layak dilakukan
Sensivitas Cost : NPV = 0 0 = PWB-PWC 0 = Ab (P/A, 10%,10) + Gb (P/G, 10%,10)+ S (P/F,10%,10) – I – Ac (P/A, 10%,10) 0 = 80 (P/A, 10%,10) + 2 (P/G, 10%,10)+ 100 (P/F,10%,10)– 400 – Ac (P/A, 10%,10) 0 = 80 (6,14) + 2 (22,89)+ 100 (0,39) – I – Ac (6,14) 0 = 491,2 + 45,78 + 39 – 6,14.Ac – 400 0 = 175,98 – 6,14.Ac Ac = 175,98 / 6,14 = Rp. 28,66 juta Maka, cost sensitif pada nilai Rp. 28,66 juta. Dalam kisaran Rp. 25 juta – Rp. 28,66 juta, investasi masih layak, lebih dari Rp. 28,66 juta sudah tidak layak
Kesimpulan: Ivestasi akan impas / BEP jika I = Rp. 422,48 juta dan faktor lain tetap Ab = Rp. 76,34 juta dan faktor lain tetap Ac = Rp. 28,66 juta dan faktor lain tetap i = 11,28 juta dan faktor lain tetap