280 likes | 880 Views
Agregat BATUAN DAN PERMASALAHAN Amri,2005). Batu-batuan yang sangat banyak dipakai dalam pembangunan gedung, irigasi, dan lain-lian mempunyai sifat & karakteristik yang berbeda-beda .
E N D
AgregatBATUAN DAN PERMASALAHANAmri,2005) • Batu-batuan yang sangat banyak dipakai dalam pembangunan gedung, irigasi, dan lain-lian mempunyai sifat & karakteristik yang berbeda-beda. • Akibat perbedaan sifat dan karakteristik setiap batuan, maka setiap jenis batuan tidak dapat digunakan untuk segala macam maksud pekerjaan pembangunan. • Karakteristik batuan seperti kekerasan yang tinggi, ketahanan pada temperatur yang tinggi, ketahanan pada cairan & zat yang reaktif. • Khususnya untuk pekerjaan beton, dimana volume batuan yang digunakan sangat dominan, maka pengetahuan tentang batuan mutlak diperlukan.
DEPOSIT BATUAN • Deposit fluviatile, dapat ditemukan didasar sungai dan kualitasnya tergantung pada unsur dan kondisi sungai pada saat deposit batuan diambil.
Batuan beku (batuan vulkanis) • Batuan beku merupakan hasil aktifitas gunung berapi dimana batuan ini banyak terdapat di Indonesia, diperkirakan 70% gunung berapi di dunia terletak di Indonesia. • Batuan beku dalam, dihasilkan dari, temperatur proses pembekuan magma yang terjadi di dalam permukaan bumi yang mempengaruhi sangat tinggi serta kurang bereaksi dengan udara. Sifat batuan ini mempunyai kekerasan, kepadatan, kekekalan tinggi, baik digunakan sebagai bahan beton. • Batuan beku luar, proses pembekuan magma terjadi dekat permukaan bumi. Dihasilkan dalam kondisi tekanan rendahnya temperatur, proses berlangsung dalam waktu yang singkat. Batuan ini mempunyai kepadatan, kekerasan, kekekalan yang lebih rendah, kurang baik digunakan sebagai agregat beton, kecuali untuk pekerjaan beton ringan.
AGREGAT DAN PERMASALAHAN • 67-75 % dari volume beton terdiri dari agregat, dengan menggunakan komposisi agregat semaksimal mungkin akan diperoleh harga beton yang lebih murah. • Sifat dan karakteristik agregat sangat menentukan kualitas akhir beton yang dikerjakan. • Jenis agregat menurut asalnya dapat dibagi menjadi agregat alam dan agregat buatan (agregat sintetis). • Agregat alam langsung diperoleh dari alam melalui pemecahan sehingga batuan tersebut berbentuk pasir dan krikil dan butirannya berbentuk bundar. • Agregat buatan dibuat untuk menggantikan fungsi agregat alam. Contoh agregat buatan antara lain: agregat lempung bekah, bermis, perlit, agregat udara.
Jenis agregat menurut susunan gradasi butirnya • Agregat dengan gradasi baik • Agregat dengan kasar dan seragam • Agregat dengan gradasi halus dan seragam • Agregat dengan gradasi celah • AGREGAT MENURUT SUSUNAN BUTIRNYA • Agregat halus ukuran butir dari 0,075-4,8 mm atau 5,0 mm • Agregat kasar ukuran butir lebih besar 5,00 mm
Susunan Butiran Agregat halus • Menurut SNI 03-1750-1990, susunan butir agregat halus harus memenuhi persyaratan sebagai berikut; • Sisa di atas ayakan 4 mm harus maximum 2 % berat. • Sisa di atas ayakan 1,0 mm harus maximum 10 % berat. • Sisa di atas ayakan 0,25 mm harus maximum 95 % berat. • Sedangkan batasan susunan klasifikasi butir agregat halus dapat dilihat pada grafik susunan butir zone 1 hingga zone 4.
Cara Penilaian Agregat • Nilai agregat tergantung pada; • Mutunya • Tersedianya • Harganya • Jenis konstruksi yang akan menggunakan bahan tersebut. • Penilaian cocok tidaknya bahan agregat; • Ukuran serta gradasi • Kebersihannya • Kekerasannya • Kemulusannya • Bentuk butiran • Bentuk permukaan butiran
Gambar : Agregat dengan gradasi baik Agregat dengan gradasi baik • Adalah agregat susunan butirnya dari butiran halus hingga kasar secara teratur.
Gambar : Agregat dengan gradasi seragam (kasar) Agregat dengan kasar dan seragam • Agregat ini kurang baik digunakan untuk agregat beton, karena menghasilkan beton yang porous serta mudah mengalami proses segresi (mudahnya agregat halus naik ke permukaan karena banyak rongga-rongga terbuka) dan menghasilkan kepadatan beton yang rendah.
Gambar : Agregat dengan gradasi seragam (halus) Agregat dengan gradasi halus dan seragam • Pengaruh agregat dengan susunan gradasi halus dan seragam hampir sama dengan butiran kasar. Selain itu, hal lain yang timbul adalah penyusutan lebih tinggi serta memerlukan kadar semen relatif tinggi untuk menutupi seluruh permukaannya.
Celah Gambar : Agregat dengan gradasi celah Agregat dengan gradasi celah • Agregat bergradasi celah memiliki susunan butiran yang terputus. Agregat ini menghasilkan kualitas beton yang kurang baik karena kontribusi bahan pengikat tidak akan merata akibat sebagian pasta semen dan butiran agregat halus lainnya harus mengisi jumlah gradasi yang terputus tadi.
Kebersihan agregat • Agregat tidak bebas dari bahan kotoran yang dapat; • Menyukarkan pembuatan serta pengecoran • Menghasilkan beton yang tidak awet atau memperlihatkan beton yang permukaannya jelek • Mengurangi kekuatan tekan. • Bahan-bahan yang dapat mengotori agregat; • Lempung • Lanau • Arang batu • Mika • Fragmen-fragmen kayu • Lain-lain bahan organik • Garam-garam organik
Kekerasan agregat • Diperlukan karena dalam pembuatan beton agregat ini harus mengalami gerakan-gerakan yang keras dalam mixer, demikian juga harus menerima gesekan pada saat pemadatan. • Agregat harus dapat menahan pengausan, pemecahan degradasi (penurunan mutu) serta disintegrasi (penguraian). • Ketahanan agregat terhadap pengausan dapat ditentukan dengan menggunakan “Mesin Pengaus Los Angeles” (Mesin Vibrasi). • Penggunaan alat ini dan tata cara melakukan pemeriksaan ketahanan agregat secara rinci dalam ASTM C 131 dan AASHO T 96.
Bentuk Butiran • Bentuk butiran menempati kedudukan yang sangat penting dalam perencanaan suatu campuran beton. • Hampir semua sifat-sifat teknis dari beton ditentukan oleh sifat fisik dan kimia bahan agregat, sedangkan sifat ekomomi beton ditentukan oleh bentuk butiran dan gradasi dari agregat. • Dalam seri percobaan dengan menggunakan agregat kasar berbentuk bulat jumlah rongga udara adalah 34%. • Dalam seri percobaan dengan menggunakan agregat kasar yang bersudut jumlah rongga udara adalah 41%. • Dapat ditarik kesimpulan bahwa dibutuhkan jauh lebih banyak mortal untuk agregat bersudut daripada agregat berbutir bulat
Agregat ringan • Agregat ringan, dapat diperoleh dari alam seperti batu apung, maupun melalui proses buatan seperti expanded clay, expanded slate, klinker dll. • Dapat digunakan untuk tujuan tertentu seperti pengurangan bobot terutama untuk bangunan yang bertingkat tinggi. • Bangunan dengan berat massa yang rendah memiliki keamanan yang relatif baik terhadap gaya lateral gempa. • selain itu agregat ringan juga dimaksud sebagai unsur penahan termal dan penahan api. • Bobot isi agregat kasar 2.300-2.500 kg/cm3. • Bobot isi agregat halus 750-1100 kg/cm3 • Karena bobotnya yang ringan dan mempunyai kemampuan menyerap air besar, penakaran dilakukan berdasarkan volume.
Agregat normal • Pada umumnya agregat normal yang banyak digunakan pada pekerjaan beton normal dengan kep[adatan berkisar 2.300-2.500 kg/m3. • Agregat mormal diperoleh dari hasil pemecahan maupun alami harus dicuci terlebih dahulu dari pengaruh unsur-unsur yang merugikan sebelum digunakan.
Agregat berat • Kadang-kadang untuk satu jenis pekerjaan diperlukan massa yang besar seperti pada bendungan, atau untuk memenuhi persyaratan ketahanan terhadap radiasi. Untuk itu pekerjaan tersebut diperlukan agregat dengan berat jenis yang tinggi. • Agregat berat sangat efektif untuk menahan sinar radiasi dengan kepadatan 4.000-5.000 kg/cm3, dan tergantung pada jenis dan ukuran agregat serta derajat pemadatan agregat, namun sering terjadi kesukaran untuk mengerjakan beton dengan agregat berat untuk mendapatkan sifat kemudahan diolah tanpa proses segresi.