250 likes | 498 Views
KEBIJAKSANAAN HARGA BERAS. Oleh: PUJI WALUYO 10 010 009. Kebijakansanaan Pemerintah Dalam Harga Beras. Beras merupakan komoditi penting karena pengaruhnya kepada semua rakyat. Apabila harga beras rendah maka pendapatan dan kesejahteraan petani rendah petani menjadi korban.
E N D
KEBIJAKSANAAN HARGA BERAS Oleh: PUJI WALUYO 10 010 009
Kebijakansanaan Pemerintah Dalam Harga Beras • Beras merupakan komoditi penting karena pengaruhnya kepada semua rakyat. • Apabila harga beras rendah maka pendapatan dan kesejahteraan petani rendah petani menjadi korban. • Apabila harga beras terlalu tinggi maka yang menjadi korban konsumen. • Berdasarkan resiko/dampaknya pada semua pihak terpaksa pemerintah mengambil kebijaksanaan untuk melindungi bagian dari masyarakat yang menderita.
Kebijaksanaan pemerintah ini dapat digolongkan menjadi beberapa bagian antara lain: • Pembatasan jumlah produk/areal produksi. • Apabila harga gabah terlalu rendah, maka untuk melindungi para petani ada kalanya jumlah areal dikurangi, untuk tiap petani ditentukan jatah/quota areal. • Dengan demikian penawaran/supply turun & harga gabah naik.
Apabila harga gabah naik maka konsumen menjadi korban, karena ia harus membayar harga yang lebih mahal, barangnya kurang. • Petani menerima harga lebih tinggi tetapi barang yang dijual sedikit. • Keadaan ini lebih baik atau buruk tergantung pada Elastisitas Permintaannya.
a) Permintaan (D) = Inelastis P S’ S D B E’ 2 E A R 1 D S I S’ Q 0 • Hasil turun dari 0S ke 0S’, harga naik dari SE ke S’E’ atau dari 0A ke 0B. • Jumlah penjualan (revenue) yang diterima petani produsen mula2 sebesar 0SEA • kemudian menjadi 0S’E’ B. • Disini kelihatan bahwa bid. 1 yang hilang < bid. 2 yang diterima sebagai tambahan • oleh petani, sehingga petani menerima hasil penjualan (revenue) yang lebih besar. • Dan pembatasan jumlah produksi ini menguntungkan petani.
Ditambahkan lagi karena produksinya turun, biayanya (Cost) juga • turun sehingga Net Revenue (Provit) lebih tinggi lagi. b) Permintaan (D) = Elastis S’ S D E’ B 2 E A R 1 D Q 0 • Hasil turun dari 0S ke 0S’ harga naik dari SE ke S’E’ atau dari • 0A ke 0B
Jumlah yang diterima petani mula2 sebesar 0SEA, kemudian menjadi 0S’E’B. • Bidang 1 yang hilang > bidang 2 yang ditambahkan sehingga petani menerima hasil penjualan (Revenue) yang lebih kecil (selisih bid. 1 – bid. 2). • Jika selisih ini lebih besar dari turunnya biaya produksi (karena turunnya produksi) maka Net Revenue nya (Provit) petani turun, sehingga pembatasan jumlah produksi ini merugikan petani. • Jadi kebijaksanaan pembatasan areal / produksi harus dilihat elastisitas permintaannya. • Konsumen jelas dirugikan, produsen belum tentu untung.
2. Penentuan Floor-price dan pembelian kelebihan hasil oleh pemerintah. • Pemerintah dapat menjamin kepada petani suatu tingkat harga yang lebih tinggi daripada harga ekuilibrium dengan menentukan suatu Floor-price, tingkat harganya disebut Floor-price. • Pada tingkat harga yang lebih tinggi ini tidak seluruh hasil produksi terbeli oleh konsumen. • Sisanya dibeli oleh pemerintah dengan harga Floor-price untuk ditimbun. Jika tidak demikian, maka harga akan turun kembali ketingkat semula.
S P S’ D E’ F B E A D 0 Q S’ S • Jumlah yang ditawarkan adalah 0S, harga ekuilibrium adalah SE=0A. • Jika tidak ada kebijakan pemerintah, penerimaan total (total revenue) • petani – produsen adalah 0SEA. • Sekarang pemerintah menentukan Floor-price setinggi 0B, jumlah • yang dibeli konsumen turun sampai 0S’. • Sisanya sebesar S’S dibeli oleh pemerintah dengan harga Floor-price.
Dengan ini maka: • Konsumen membayar harga lebih tinggi dan mendapat barang (produk) yang kurang jumahnya. • Biaya total (total cost) bagi pemerintah untuk kebijaksanaan ini adalah sebesar S’SFE’. • Penerimaan (revenue) petani naik dari 0SEA menjadi 0SFB, jadi naik dengan AEFB. 3. Pemerintah mensubsidi selisih antara harga yang dibayar konsumen & Floor-price. • Pada kebijaksanaan ini petani dijamin suatu Floor-price seperti contoh sebelumnya tetapi sekarang karena padi merupakan bahan pangan rakyat maka bahan ini tidak boleh busuk dalam penyimpanan & harus di jual kepada konsumen dengan tingkat harga di pasar (ekuilibrium). • Jadi konsumen tetap membayar harga ekuilibrium yang rendah & mendapat jumlah yang terjual pada tingkat harga itu.
Sedang produsen menerima harga Floor-price yang ditentukan oleh pemerintah, juga untuk jumlah yang dibeli oleh konsumen. • Selisih antara harga ekuilibrium & Floor-price ini dibayar oleh pemerintah berupa subsidi kepada petani. • Disini konsumen tidak dirugikan. P D S B F Support price = Floor-price E A D 0 S Q Jumlah yang dihasilkan adalah jumlah yang dibeli oleh konsumen = 0S. Konsumen membayar harga ekuilibrium SE = 0A.
Produsen menerima subsidi dari pemerintah sebesar selisih antara harga yang dijamin pemerintah & harga yang dibayar oleh konsumen, yaitu EF = AB. • Subsidi pemerintah = biaya dari pada kebijaksanaan ini = AEFB. • Perbandingan antara biaya (total cost) pemerintah untuk kebijaksanaan pembelian kelebihan hasil (ad 2) dan untuk kebijaksanaan subsidi kepada petani (ad 3). • Sekarang kita lihat kebijaksanaan mana yang lebih murah atau lebih mahal bagi pemerintah, apakah pembelian kelebihan untuk ditimbun (ad 2) atau pemberian subsidi kepada para petani (ad 3 ). • Hal ini bergantung pada elastisitas permintaan.
a) b) S P S’ S P S’ D D E’ E’ F F B B 2 2 E A A E R R 1 1 D D 0 S Q S’ 0 S’ Q S b. (ad 2) Pemerintah membeli kelebihan utk ditimbun, biaya total = S’SFE’. (ad 3) Subsidi kpd petani sebesar selisih antara harga pasar & Floor-price, biaya total = AEFB. AEFB < S’SFE’ : pembelian pemerintah lbh mahal drpd subsidi kpd petani (1 > 2). a. (ad 2) Pemerintah membeli kelebihan utk ditimbun, biaya total = S’SFE’. (ad 3) Subsidi kepada petani sebesar selisih harga pasar & Floor-price, biaya total = AEFB. AEFB > S’SFE’ : subsidi lebih mahal dr pembelian kelebihan (2 > 1).
Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian atau perlu diperhitungkan dalam menentukan kebijaksanaan ini adalah: • Keuntungan dari subsidi adalah konsumen dapat mengkonsumsi jumlah yang lebih banyak dengan harga yang murah. Dalam keadaan dimana tingkat hidup masih rendah, hal ini penting sekali. • Jika maksud pemerintah adalah menimbun beras pada waktu produksi berlimpah2 untuk cadangan waktu paceklik, maka pembelian kebijakan oleh pemerintah lebih penting dari pada subsidi. 4. Ceiling Price • Ceiling price adalah harga yang tertinggi yang diperbolehkan oleh pemerintah, yang biasanya ditetapkan untuk melindungi konsumen, jika harga ekuilibrium yang terjadi di pasar terlalu tinggi.
P S • Hal ini sering terjadi pada waktu jumlah produksi / penawaran kurang, misal pada waktu paceklik atau panen gagal. E’ A T Ceiling price C R Excess Demand D D’ 0 S Q Jika diserahkan pada mekanisme pasar maka harga (ekuilibrium) terjadi pada titik E’ adalah setinggi 0A. Pada harga ini yang dapat membeli beras hanyalah orang2 yang kaya, sedang orang yang berpendapatan rendah tidak dapat membeli beras tersebut.
Untuk menolong orang2 yang tidak mampu ini harga ditentukan lebih rendah dari harga ekuilibrium, misal setinggi 0C. • Dengan demikian maka akan terjadi “Excess demand” sebesar RT, yang dapat menimbulkan harga. • Untuk mencegah kekacauan, dapat diambil beberapa macam kebijaksanaan, a.l: • Penjatahan dengan sistem Coupon. • Cara ini menentukan permintaan bukan hanya uang, melainkan uang & kupon, sehingga kurva permintaan bergeser kekiri menjadi D’D’ dan keseimbangan terdapat pada titik E’ setinggi Ceiling price, dimana jumlah yang ditawarkan = jumlah yang diminta yaitu sebanyak 0S.
P S E A E’ T Ceiling price C D D’ 0 S Q b) Jika pemerintah mempunyai persediaan beras, misal yang ditimbun pada waktu panen, maka untuk menjamin ceiling price setinggi 0C, pemerintah dapat menjual persediaannnya ke pasar, sehingga kurva penawaran bergeser dari SS ke S’S’ & ekuilibrium terjadi pada ttk E’
Disini tidak diadakan sistem Coupon sehingga kurva permintaan tetap DD. P S’ S E A E’ Ceiling price C R D S’ 0 S Q Kebijaksanaan stabilisasi harga beras (kombinasi antara floor-price & ceiling price).
P P S’ S S S’ Floor price E E’ B A Ceiling price E’’ E A B D D S’ S’ 0 S Q 0 S Q a) Panen b) Paceklik Seandainya pemerintah mau mengadakan stabilisasi harga beras, dg mempertahankan harga pada tingkat 0B, maka pada waktu panen jika penawaran adalah SS (a), harga ekuilibrium adalah SS’ dg harga 0B (floor-price), sehingga penawaran di pasar menjadi S’S, & ekuilibrium terdapat pada titik E, pada harga 0B, gbr (a).
Pada waktu paceklik, jika penawaran turun menjadi SS pd gbr (b), harga di pasar setinggi SE = 0A’, maka jumlah yang ditimbun pemerintah pada waktu panen dilempar ke pasar, sehingga penawaran menjadi S’S’ pd gbr (a), ekuilibrium terdapat pada titik E”, pada harga 0B (ceiling price). • Dengan demikian maka harga dapat dipertahankan pada tingkat yang sama sepanjang tahun. • Tetapi hal ini dapat terjamin, jika jumlah yang dibeli pemerintah untuk menjamin harga setinggi 0B pada waktu panen (SS’) pd gbr (a), sama dengan jumlah yg diperlukan untuk dilempar ke pasar pd waktu paceklik sama menjaga harga setinggi 0B (SS’ pd gbr b.)
Jika jumlah itu tidak sama, maka ada beberapa kemungkinan sbb: • Tingkat harga yang disesuaikan. • Untuk penyesuaian ini diambil jumlah penawaran rata2 antara penawaran pada waktu panen & pada waktu paceklik. • Kalau permintaan dianggap sama sepanjang tahun, maka tingginya tingkat harga yang akan dipertahankan itu ditetapkan setinggi harga ekuilibrium yang terjadi antara penawaran rata2 tersebut dengan permintaan (E). • Dengan demikian, maka kelebihan penawaran (excess supply) pada waktu panen (EF) dapat disimpan untuk dipakai menutup kelebihan permintaan (excess demand) pada waktu paceklik (CE).
P S2 SR S1 D E2 S1 = Penawaran pada waktu panen S2 = Penawaran pada waktu paceklik Sr = Penawaran rata2 eD E B F C es E1 D S2 S1 0 SR Q Dalam hal ini tidak ada impor, dan biaya penyimpanan beras ditanggung oleh pemerintah.
b. Tingkat harga bergelombang antara 2 batas yang ditentukan. • Jika tidak ada impor & biaya penyimpanan dibebankan pada konsumen, maka harga tidak dapat dipertahankan pada tingkat yang sama sepanjang tahun. • Dalam hal ini harga diperbolehkan berfluktuasi antara 2 tingkat dengan perbedaan sebesar biaya penyimpanan beras antara waktu panen & paceklik.
P P S1 D S2 D E2 eS Biaya Penyim panan Ceiling price Floor price bp eD E1 D D 0 S1 Q 0 S2 Q I II Waktu paceklik E2 = harga ekuilibrium Cp = ceiling price eD = excess demand Waktu panen E1 = harga ekuilibrium Fp = floor price wkt panen eS = excess supply Bp = biaya penyimpanan beras dr waktu panen sampai pd waktu paceklik
SEKIAN DAN TERIMAKASIH