290 likes | 582 Views
Ketidakseimbangan kondisi fisiologis. Stressor. Daya tahan tubuh melemah. Faktor keturunan. Gangguan tubuh yg spesifik. Kuliah 5 perilaku coping resiliensi. Penyesuaian diri & coping thd stress.
E N D
Ketidakseimbangan kondisi fisiologis Stressor Daya tahan tubuh melemah Faktor keturunan Gangguan tubuh yg spesifik
Penyesuaiandiri & coping thd stress • Efektivitas penyesuaian diri individu tergantung pd bgmn coping thd stres dlm hidupnya. Perilaku coping • Upaya untuk melakukan perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam rangka memenuhi tuntutan internal/eksternal (atau konflik diantara keduanya) yang bersifat spesifik dan dirasakan mengancam bagi individu. (Folkman & Lazarus)
Segala upaya individu utk menyesuaikan diri thd tantangan dan tuntutan dari stres, segala upaya penyesuaian yang dilakukan untuk mengurangi efek negatif dari stres (Red Cross: Community-based Psychological Support)
Menurut Folkman & Lazarus mengelola stress dapat meliputi langkah-langkah: • menerima, mentoterir, menghindar atau meminimalkan stresor. • Mengendalikan lingkungan. Coping merupakan upaya secara sengaja utk mengelola stres dapat bersifat efektif atau tidak (Compas, Malcarne, & Fondacaro).
Macam-macam coping Lazarus: • Problem focused coping Upaya untuk bertindak langsung pd sumber stress dlm bentuk (1) problem solving terencana (2) konfrontasi • Emotion-focused coping Upaya Coping yg ditujukan ke dalam diri memperkuat respon emosi utk hadapi stresorregulasi emosi, bukan stressornya mencari dukungan emosional, meditasi, kontemplasi, wishful thinking, denial Brandstadter : • Assimilative mengubah lingkungan • Akomodatif merubah diri sendiri.
Problem focused coping atau koping yang berfokus pada masalah. • Problem focused copingadalahsuatu upaya coping dengan mengubah hubungan antara diri dengan lingkungan sebagai strategi problem solving atau sebagai upaya mengubah/ mengelola stimulus stres (Prokop, dkk., 1991) • Problem focused copingditujukan untuk mengurangi tuntutan dari situasi yang penuh stres atau menggunakan segala sumber daya yang ada untuk mengatasi stres. Seseorang biasanya menggunakan koping jenis ini ketika meyakini bahwa sumberdaya yang dimilikinya dapat dipakai untuk mengatasi tuntutan situasi, selain itu seseorang juga menggunakan ini karena yakin bahwa situasi tersebut dapat dirubah. • Sebagai contoh: ketika menghadapi suatu penyakit, maka segera memeriksakan diri ke dokter, istirahat cukup dan mengurangi pekerjaan yang ada.
Emotion-focused coping atau koping yang berfokus pada emosi. • Emotion focused copingmerupakanupaya coping dengan mengurangi beban emosi atau usaha untuk mengubah/mengelola respon emosi seseorang terhadap stimulus stres (Prokop, dkk., 1991). Emotion focused coping ditujukan untuk mengontrol respon emosional terhadap situasi penuh stres. Seseorang biasanya menggunakan emotion focused coping ini ketika menghadapi suatu situasi berat dan merasa tidak dapat melakukan apapun untuk merubah kondisi stresnya. • Sebagai contoh: kehilangan seseorang yang dicintai karena meninggal dunia, terkena bencana alam yang tiba-tiba dll. Selain itu koping emosi ini juga bisa dilakukan ketika seseorang menyadari bahwa segala kemampuan yang dimiliki tidak dapat digunakan untuk mengatasi situasi yang penuh stres.
Lazarus: dilihat dari arahnya Ada 2 jenis coping: direct action & palliation • Direct action : perilaku yg ditujukan utk merubah kesenjangan antara individu dan lingkungan meliputi antisipasi menghadapi ancaman, agresi thd sumber ancaman, menghindari sumber ancaman. • Bila individu merasa tdk berdaya menghadapi ancaman kondisi psikologis yg biasa dikenal sbg apatyatau depresi
Palliative: upaya yg berorientasi somatis utk mengurangi tekanan fisik dan psikologis dng alkohol, drugs & model pertahanan intrapsikis yg dikenal sbg defence mechanism dalam berbagai bentuknya bertujuan mengubah sifat negatif dari ancaman menjadi lebih tdk mengancam, meskipun sebenarnya secara objektif kondisi ancaman tetap sama
Schwarzer: • Reactive coping responthdancamanygsdhterjadi • Anticipatory coping: upayautkmenghadapitantanganygtertunda tphampirpastiterjadidlmwaktudekat. • Preventive coping upayamenyiapkandirimenghadapikejadianygblmpastidlmjangkapanjang. • Proactive-coping: upayamembangunsumberdayaygdptmemfasilitasiupayakearahpencapaiantantangandanpengembanganpribadi.
Moore & Constantine: menemukan pada budaya barat yg lebih individualistik menghargai nilai kebebasan dan keunikan direct coping strategies asertif, self disclosure, konfrontasi, ekspresi terbuka dr perasaan, pikiran indivisu konsisten dng coping bersifat problem-focused dan emotion-focused • Budaya kolektif memberi nilai lebih pada strategi coping relasional seperti mencari dukungan & pertolongan dr keluarga dan teman drpd mencari dukungan formal spt pengobatan & konseling. • Bentuk lainnya adalah forbearance (bersabar&menahan diri) yaitu minimalisasi masalah agar tdk membebani orang lain menghindari ekspresi emosi yg intens di depan orang lain; dpt berkaitan dg spiritualitas dan penerimaan kejadian buruk oleh lingkungan, yg akan menumbuhkan perasaan tenang dan terkontrol.
Konsep Strategi Coping • Biologis/Fisiologis– berkaitan dengan perubahan kondisi fisiologis akibat respon fight or flight • Kognitif – Bagaimana kita berfikir ttg situasi stres • Behavioral – perilaku berkaitan dengan proses mental • Learned– Strategi yang telah dipelajari dari hasil belajar melalui modeling/ observasi • Intentioned (bertujuan) – dilakukan secara terpaksa atau sukarela.
Resiliensi Suatu pola adaptasi positif ketika berhadapan dengan kesulitan yang sedang atau telah berlalu (Wright & Masten) Wright and Masten menyatakan orang yg memiliki resiliensi tdk berarti kebal dg trauma atau selalu berfungsi dg sempurna Mereka dpt menunjukkan resiliensi dlm satu titik atau aspek namun tdk pada aspek lain.
Resiliensi dapat dilihat dari: • Adanya hasil penyesuaian diri yang baik meskipun individu memiliki resiko tinggi • Menunjukkan kompetensi yang konstan ketika menghadapi stres • Mampu memulihkan diri dari trauma (Wikipedia)
Karakteristik anak yg berkorelasi dengan resiliensi a.l: • Temperamen yg adaptif/Sosial • Kemampuan kognitif yang kuat • Strategi regulasi emosi & perilaku yg effectif. • Pandangan yg positif thd diri sendiri • Sikap positif • Keyakinan/merasa khidupan yg berarti • Karakteristik yg dinilai berharga oleh lingkungan & diri sendiri (bakat, humor, penampilan
Resiliensi Keluarga “…coping and adaptational processes in the family as a functional unit” (Walsh) Proses-proses coping dan adaptasi dalam keluarga sebagai sebuah unit fungsional Proses-proses dlm keluarga Mediasi & dukungan Stres • Individu anggota keluarga • Unit keluarga Krisis
Prinsip resiliensi keluarga • Resiliensi Individual seharusnya dipahami dalam konteks keluarga dan kehidupan sosial yg lebih luas, sebagai interaksi mutual dari individu, keluarga, sosial budaya dan institusional. • Krisis yg terjadi dlm berbagai kejadian dan stres yg terus berlangsung, akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga, shg resiko tdk hanya berupa disfungsi secara individual tapi juga konflik relational dan keretakan dalam keluarga;
Proses-proses dlm keluarga menjadi mediator thd dampak stres bagi semua anggota keluarga dan hubungan diantara mereka. • Proses-proses protektif untuk terbentuknya resiliensi terjadi krn adanya perlindungan thd stres dan fasilitasi terhadap proses adaptasi. • Respon yg maladaptif meningkatkan kerentanan dan resiko bagi individu dan terjadinya relasi yang menimbulkan tekanan. • Semua individu dan keluarga memiliki potensi utk mencapai resiliensi yg lebih besar.
Tiga kunci utk mencapai resiliensi keluarga • Sistem keyakinan dlm keluarga - Memaknai kejadian buruk – ada sense of coherence (orientasi hidup sbg hal yg dpt dipahami, dikelola, berarti) - Cara pandang/sikap yang positif - Keimanan dan spiritulaitas • Pola organisasi: - Fleksibel – memiliki kapasitas utk berubah - Keterikatan (kohesivitas) – keterikatan struktural/emosional - Sumberdaya sosial dan ekonomic– jaringan yang luas • Proses Komunikasi - Kejelasan dalam brkomunikasi - Keterbukaan dlm ekspresi emosi – ada interaksi emosi dan rasa saling percaya. - Problem solving yg bersifat kolaboratif– dalam mengelola konflik
Lingkungan keluarga yg stabil/ suportif Orang tua terlibat dlm aktivitas & pendidikan anak Orang tua memiliki karakteristik yg berhubungan dg resiliensi anak Karakteristik keluarga yg berhubungan dg resiliensi • Kehidupan Sosial ekonomi yg baik • Orang tua dg pendidikan baik • Afiliasi yg kuat thd • agama • (Masten, 2001 dalam Wind & Marshall, 2004)
Model yg dikembangkan Lazarus: Proses terbentuknya Coping Antecedents Keinginan individu, hirarkhi tujuan, Keyakinan ttg diri sendiri & lingkungan, sumberdaya pribadi Proses Penilaian Arti hubungan Hubungan individu- lingkungan Hasil Coping • Emosi • Fungsi individu • Moral • kesehatan Lingkungan : Hambatan, ancaman, tantangan, kesempatan, keuntungan Arti ‘baru’ dr hubungan
Wind, L. H. & Marshall, M. Coping and Resilience, Terrorism & Disaster center, University of Oklahoma Health Sciences Center.