1 / 30

Tata Laksakna Pengawinan

Tata Laksakna Pengawinan. Oleh: Prof. Dr. Ir. Pollung H, Siagian MS Parsaoran Silalahi, SP.t. A. Babi Pejantan. Babi Pejantan. 1. Pemeriksaan darah Permeriksaan untuk penyakit brucellosis dan leptospirosis. 2. Dewasa Kelamin

ciel
Download Presentation

Tata Laksakna Pengawinan

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Tata Laksakna Pengawinan Oleh: Prof. Dr. Ir. Pollung H, Siagian MS Parsaoran Silalahi, SP.t

  2. A. Babi Pejantan

  3. Babi Pejantan 1. Pemeriksaan darah Permeriksaan untuk penyakit brucellosis dan leptospirosis. 2. Dewasa Kelamin Yaitu umur dimana spermatozoa aktif terdapat sewaktu ejakulasi. Pejantan harus berumur 8 bulan baru dapat digunakan untuk keperluan bibit.

  4. 3. Pemeriksaan Fertilitas Seekor babi pejantan harus selalu diperiksa sebelum dikawinkan untuk melihat kemampuan membuahi betina dengan mengevaluasi air maninya. Sifat-sifat yang diperiksa adalah: • Warna • Motilitas • Morfologi • Rasio hidup dan yang mati • Volume

  5. 4. Beban Mengawini Perbedaan sifat semen pejantan disebabkan perbedaan dalam umur dan frekuensi pengawinan dan hal ini didasarkan pengurangan jumlah sperma pada frekuensi pengawinan yang tinggi

  6. 5. Membantu Mengawinkan Pejantan • Pengawinan pertama merupakan masa krisis bagi pejantan muda • Pengamatan secara seksama terutama pada pengawinan pertama sangat diperlukan • Sebaiknya jantan muda dikawinkan dengan induk yang telah pernah beranak (induk)

  7. 6. Rasio Pejantan dengan Betina Jumlah babi pejantan yang dibutuhkan oleh sekelompok ternak tergantung kepada: • Jumlah babi induk yang produktif, • Babi dara pengganti, • Umur pejantan, • Ukuran babi betina, • Frekuensi pengawinan betina pada satu masa birahi.

  8. Dengan rencana pengawinan dalam satu periode birahi, maka jumlah pejantan yang dianjurkan adalah sebagai berikut :

  9. B. Babi Betina

  10. B. Babi Betina 1. Pemeriksaan Darah Pemeriksaan Leptospirosis dan Brucellosis kira-kira tiga minggu sebelum dikawinkan 2. Dewasa kelamin atau Birahi Pada Babi Dara Ditandai dengan babi dara melepaskan sel telur (ovulasi) dan mengalami birahi untuk pertama kalinya (umur 190 – 200 hari). Hal ini berarti permulaan dari suatu fase folikular pada siklus

  11. 3. Umur Babi Dara Dikawinan Babi dara sebaiknya dikawinkan saat berumur 8 bulan atau pada birahi kedua dengan bobot badan 90-100kg. Peternak memerlukan beberapa cara untuk merangsang pencapaian dewasa kelamin • Melepaskan babi dara ke pejantan menjelang umur 150-170 hari • Pejantan yang digunakan harus berumur lebih dari 10 bulan sehingga aktif merangsang birahi

  12. Rangsangan yang diterima babi dara lebih efektif untuk mencapai umur dewasa kelamin • Pengeluaran babi pejantan dilakukan setiap hari selama 15-30 menit • Penggunaan sejumlah pejantan dengan merotasikannya tiap hari dapat meningkatkan pengaruhnya.

  13. 4. Pemacuan (Flushing) Pemacuan adalah pemberian ransum terhadap ternak babi dengan kandungan energi yang tinggi beberapa waktu sebelum dikawinkan. Pemacuan diperlukan untuk meningkatkan laju pelontaran sel telur.

  14. Deteksi Birahi dan Waktu Pengawinan yang Tepat Ciri-ciri babi birahi : • Alat kelamin berwarna merah dan kebasahan • Dari lubang alat kelamin keluar cairan kental • Sering bergerak dan gelisah • Suka menaiki babi lain dalam kandang • Berusaha lebih sering kencing terutama kalau ada jantan • Jika dilakukan penekanan pada bagian punggung maka posisinya akan dalam keadaan siap kawin • Daun telinga tegak, kaki kaku, dan gemetar pada bagian otot paha atau pinggang.

  15. Waktu Pengawinan (Alami dan IB) Ternak babi

  16. 6. Laju kebuntingan Faktor berikut adalah yang mempengaruhi laju kebuntingan • Waktu pengawinan Pengawinan ternak babi harus terjadi 12 jam sebelum dan 12 jam sesudah pelontaran sel telur. Pada babi dara sebaiknya dikawinkan 12 dan 25 jam setelah mulai birahi, dan induk dikawinkan 18 dan 36 jam setelah mulai birahi.

  17. Musim Ketidaksuburan pada musim panas telah diketahui di banyak negara. Cekaman panas adalah salah satu penyebab kegagalan embrio, tidak subur karena gangguan terhadap fungsi indung telur dan ketidak suburan pejantan. Melakukan penyiraman sewaktu-waktu, udara dingin atau bahkan ruang udara yang baik untuk induk kering dan pengawinan secara lepas dapat mengatasi ketidaksuburan.

  18. Pejantan Catatan reproduksi dari individu pejantan harus dipantau secara teratur untuk mengenal pejantan mana yang mempunyai penampilan yang jelek • Umur dan bangsa babi Laju kebuntingan babi dara lebih rendah daripada induk, laju kebuntingan hasil persilangan lebih tinggi daripada babi murni • Lingkungan sosial Laju kebuntingan babi yang tinggal berkelompok lebih tinggi daripada babi yang dikandangkan secara individu

  19. 7. Laju Pelontaran Sel Telur Faktor berikut mempengaruhi laju pelontaran sel telur: • Umur • Musim dan bangsa • Jumlah anak perkelahiran (litter size)

  20. Pengawinan Secara Individu dan Kelompok Alasan pengawinan secara individu adalah: • Peternak tahu pasti, induk mana yang sudah atau belum dikawinkan • Jadwal induk yang akan beranak dapat diperkirakan lebih tepat • Frekuensi pengawinan jantan dapat diatur lebih tepat • Peternak mengetahui apabila induk yang dikawinkan birahi kembali karena tidak dibuahi • Peternak tahu babi betina mana yang dikawini pejantan, dan mengapa seekor babi pejantan menghasilkan anak babi yang jelek • Peternak dapat menentukan pejantan mana yang akan di afkir

  21. Pengawinan Secara Kelompok Sistem pengawinan dalam kandang secara kelompok sangat umum dilakukan, dimana seekor pejatan dimasukkan kedalam kelompok babi induk (12-25 ekor). Untuk memperoleh keuntungan dari pengawinan ini pejantan harus dirotasi dalam waktu 24 jam

  22. Kawin Buatan Kawin buatan sering juga disebut inseminasi buatan (IB) Beberapa fungsi IB dengan menggunakan semen segar mempertimbangkan faktor berikut: • Peningkatan akan laju perbaikan genetik • Mempertahankan status kesehatan yang tinggi • Meningkatkan efisiensi penggunaan bibit • Pembuahan • Biaya dan keuntungan • Pengambilan semen dari usaha peternakan sendiri

  23. Perkawinan Silang Rataan keunggulan dari perkawinan silang dibanding dengan bangsa murni

  24. Perkawinan Silang dapat meningkatkan : • Jumlah anak lahir dan sapih • Daya kemampuan hidup • Laju pertumbuhan

  25. Tujuan pokok perkawinan silang adalah untuk meningkatkan hybrid vigour atau heterosis effect

  26. Jenis persilangan Persilangan Satu Ragam: yaitu persilangan yang dilakukan pada dua bangsa babi Contoh: induk Landrace dikawinkan dengan pejantan Hampshire Persilangan Dua Ragam: yaitu persilangan dengan menggunakan pejantan dari dua bangsa yang berbeda secara berganti-ganti. Babi dara hasil persilangan dikawinkan dengan salah satu pejantan dari bangsa tetuanya.

  27. Persilangan Tiga Ragam: sistem persilangan tiga ragam sama dengan persilanga dua ragam, tetapi bedanya adalah menggunakan tiga bangsa babi pejantan yang berbeda.

  28. Silang Dalam Yaitu perkawinan babi yang mempunyai hubungan darah yang masih dekat (masih saudara kandung). Tujuan dari perkawinan ini adalah untuk mendapatkan sediaan bibit dan pengembangan galur atau bangsa baru dari ternak babi.

  29. TERIMAKASIH

More Related