320 likes | 656 Views
Sabda Kehidupan. Oktober 2010. "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" ( Mt 22,39).
E N D
Sabda Kehidupan Oktober 2010
"Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Mt 22,39)
Sabda ini sudah ada dalam Kitab Perjanjian Lama. Dalam menjawab sebuah pertanyaan, Yesus mengikuti tradisi para nabi dan para rabi yang masih sedang mencari prinsip yang menyatukan seluruh Hukum Taurat, yaitu ajaran Allah dalam Kitab Suci.
Rabbi Hillel, yang hidup pada masa Yesus, pernah mengatakan: “Jangan melakukan kepada sesamamu apa yang engkau benci. Inilah seluruh Hukum Taurat. Selebihnya adalah penjelasan dari ajaran pokok ini”.
Bagi para guru agama Yahudi, kasih terhadap sesama bersumber pada kasih kepada Allah yang telah menciptakan manusia menurut citraNya sendiri. Oleh karena itu, manusia tidak dapat mengasihi Allah tanpa mengasihi ciptaanNya: inilah alasan utama untuk mengasihi sesama manusia, yang juga merupakan "suatu prinsip yang agung dan umum dalam Hukum Taurat”.
Yesus menekankan prinsip ini serta menambah bahwa perintah untuk mengasihi sesama manusia mirip dengan perintah yang pertama dan yang paling utama, yaitu mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, dan dengan segenap akal budi.
Dengan menekankan kemiripan antara kedua perintah ini, Yesus menyatukannya secara definitif, seperti juga akan dilakukan oleh seluruh tradisi kristiani. Sebagaimana dikatakan oleh Rasul Yohanes: “Barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya”.
Injil mengatakan dengan jelas bahwa sesama kita adalah semua orang, pria atau wanita, sahabat ataupun musuh, yang mesti kita hormati, perhatikan dan hargai. Kasih terhadap sesama bersifat universal dan sekaligus personal. Kasih ini merangkul seluruh umat manusia dan dinyatakan secara konkrit kepada orang yang terdekat kepada kita.
Tetapi siapakah yang dapat memberikan kita hati yang begitu besar? Siapakah yang dapat menimbulkan dalam diri kita kebaikan hati yang sedemikian besar sehingga kita menganggap sebagai sesama kita bahkan orang-orang yang jauh dan masih asing bagi kita? Siapakah dapat membuat kita mampu mengatasi cinta diri sehingga kita mampu memandang diri kita dalam diri orang lain?
Ini adalah anugerah dari Allah, bahkan kasih Allah sendirilah yang ''telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita”.
Oleh karena itu, kasih ini bukanlah kasih yang biasa, bukan hanya persahabatan biasa, bukan hanya filantropi, melainkan kasih yang telah dicurahkan di dalam hati kita sejak pembaptisan kita: kasih ini adalah kehidupan Allah sendiri, kehidupan Tritunggal Mahakudus, yang kita juga dapat hidupi.
Maka kasih adalah segalanya, namun untuk menghidupinya sepenuhnya, kita mesti mengenal ciri-cirinya sebagaimana ditunjukkan dalam Injil dan Kitab Suci pada umumnya. Ciri-ciri ini dapat diringkas ke dalam beberapa aspek dasar.
Pertama-tama, Yesus yang telah wafat bagi seluruh umat manusia guna mengasihi semua orang, mengajarkan kita bahwa cinta kasih yang sejati adalah kasih yang ditujukan kepada semua orang. Bukan seperti kasih manusiawi sebagaimana yang sering kita alami, yang hanya memiliki jangkauan terbatas: keluarga, teman-teman, tetangga...
Kasih sejati yang dikehendaki oleh Yesus tidak mengenal diskriminasi: tidak membedakan apakah seseorang itu simpatik atau antipasti, cantik atau jelek, besar atau kecil, sebangsa atau orang asing, dari satu gereja atau dari gereja lain, saudara seiman atau penganut agama lain. Kasih ini mengasihi semua orang. Maka kita mesti berbuat yang sama: mengasihi semua orang.
Yang kedua, menjadi yang pertama dalam mengasihi, tidak menunggu untuk dikasihi sebagaimana biasanya kasih manusiawi: mengasihi orang-orang yang telah mengasihi kita. Sebaliknya, kasih sejati mengambil langkah pertama, sebagaimana Allah Bapa yang telah mengasihi kita ketika kita masih berdosa, artinya ketika kita tidak mengasihi, tetapi Bapa tetap mengutus PutraNya untuk menyelamatkan kita.
Maka: mengasihi semua orang dan menjadi yang pertama dalam mengasihi. Kemudian, kasih sejati memandang Yesus dalam diri setiap sesama. Pada penghakiman terakhir Yesus akan berkata: “Kamu telah melakukannya untuk Aku”. Dan pernyataan ini berlaku baik untuk perbuatan-perbuatan kasih maupun perbuatan-perbuatan jahat yang kita lakukan.
Cinta kasih sejati mengasihi teman, dan juga musuh: berbuat baik kepada mereka dan mendoakan mereka.
Yesus menghendaki juga agar kasih yang telah Dia bawa ke dunia menjadi kasih timbal balik: yaitu agar semua orang saling mengasihi, sampai mencapai kesatuan. Semua ciri cinta kasih ini membantu kita untuk semakin memahami dan semakin menghayati Sabda Kehidupan bulan ini.
Ya, kasih sejati mengasihi sesama seperti dirinya sendiri. Dan hal ini mesti kita hayati secara harafiah: sesungguhnya kita mesti memandang diri kita sendiri dalam diri sesama serta melakukan kepadanya apa yang kita inginkan bagi diri kita sendiri.
Kasih sejati adalah kasih yang tahu menderita dengan orang yang menderita, bergembira dengan orang yang bergembira, memikul beban orang lain - sebagaimana dikatakan Rasul Paulus - menjadi satu dengan orang yang kita kasihi. Maka kasih ini bukanlah perasaan belaka atau perkataan indah, melainkan perbuatan yang konkrit.
Para penganut agama lain juga berusaha menghayati apa yang disebut dengan "Hukum Emas" yang terdapat dalam semua agama, yang menghendaki agar kita memperlakukan sesama sebagaimana kita ingin diperlakukan. Gandhi mengatakannya dengan sangat sederhana dan jelas: “Saya tidak dapat menyakiti engkau tanpa melukai diriku sendiri”
Maka dalam bulan ini kita diberi kesempatan untuk memfokuskan diri kembali pada kasih terhadap sesama, yang memiliki wajah yang berbeda-beda: tetangga kita, teman sekelas, sahabat dan anggota keluarga kita.
Tetapi sesama kita adalah juga semua orang yang menderita karena perang ataupun bencana alam yang kita kenal melalui berita televisi. Dahulu situasi-situasi tersebut tidak kita dapat kenal berada karena jauh sekali dari kita. Sekarang mereka juga sudah menjadi sesama kita yang terdekat.
Cinta kasih akan menyarankan kepada kita, saat demi saat, apa yang perlu kita lakukan dan akan menjadikan hati kita sebesar hati Yesus sendiri.
"Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Mt 22,39) “Sabda Kehidupan”, renungan bulanan Gerakan Focolare. Teks oleh Chiara Lubich, Oktober 1999.Grafik oleh Anna Lollodan p. Placido D’Omina (Sisilia, Italia) Uraian Sabda Kehidupan diterjemahkan ke dalam 96 bahasa dan berbagai dialek, serta mencapai jutaan orang melalui media cetak,radio, televisi dan Internet – WEBpage Focolare: www.focolare.orgSabda Kehidupan versi PPT dalam berbagai bahasa: www.santuariosancalogero.org