1 / 35

TARHIB (MENYAMBUT) RAMADHAN : Menjadikan Ramadhan sebagai Bulan Ibadah dan Madrasah

TARHIB (MENYAMBUT) RAMADHAN : Menjadikan Ramadhan sebagai Bulan Ibadah dan Madrasah. Oleh Muhbib Abdul Wahab Disampaikan dalam Kuliah Dhuha Di Masjid al-Mujahidin Kedoya Ahad, 22 Juni 2014. Prolog.

gunda
Download Presentation

TARHIB (MENYAMBUT) RAMADHAN : Menjadikan Ramadhan sebagai Bulan Ibadah dan Madrasah

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. TARHIB (MENYAMBUT) RAMADHAN:Menjadikan Ramadhan sebagai Bulan Ibadah dan Madrasah Oleh Muhbib Abdul Wahab Disampaikan dalam Kuliah Dhuha Di Masjid al-Mujahidin Kedoya Ahad, 22 Juni 2014

  2. Prolog • Dalam sejarah, Nabi Muhammad Saw. berpuasa Ramadhan hanya 9 (sembilan) kali selama hidupnya. Sudah berapa kalikah kita berpuasa Ramadhan? • Nabi memulai berpuasa Ramadhan pada usia kurang lebih 53 atau 54 tahun, usia produktif dan matang. Sudah bermaknakah puasa yang selama ini kita lakukan? • Setiap Ramadhan, Nabi Muhammad Saw. “tadarus bersama” Jibril dan mengkhatamkan wahyu al-Qur’an yang sudah diterimanya. Bagaimana menjadikan al-Qur’an itu sebagai menu wajib yang harus kita “santap” selama Ramadhan? • Bagaimana kita menyambut dan mempersiapkan diri untuk beribadah Ramadhan?

  3. Arti Shiyam (Shaum) • Puasa (shiyam, shaum) dari segi bahasa artinya menahan dan mengendalikan diri (al-imsak wa al-kaffu ‘an al-syai’). • Pengertian ini dapat ditemukan dalam ayat: إني نذرت للرحمن صوما فلم أكلّم اليوم إنسيا (سورة مريم: 26) (Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.” (QS. Maryam/19: 26) • Kata “shaum atau shiyam” dan beberapa turunannya disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 13 kali, dan digunakan dalam konteks kewajiban berpuasa (QS. Albaqarah: 183), pembolehan hubungan suami-istri di malam hari bulan puasa (QS. Albaqarah: 187), puasa sebagai denda (QS Albaqarah: 196, al-Maidah: 89), dan sifat-sifat orang-orang mukmin dan mukminat (QS al-Ahzab: 35)

  4. Pengertian Shiyam • Shiyam adalah menahan diri untuk tidak makan, minum, berhubungan suami-istri, dan yang membatalkan atau merusak nilai puasa sejak terbit fajar (sebelum azan subuh) hingga terbenam matahari (azan maghrib) dengan niat karena Allah. • Definisi tersebut mengisyaratkan bahwa yang harus dikendalikan dalam berpuasa adalah syahwat perut dan “di bawah perut” (farj), dan segala sesuatu yang dimasukkan dalam tubuh, termasuk infus dan obat-obatan (Wahbah az-Zuhali, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, II: 566).

  5. Hakikat Shiyam • Hakikat puasa (shiyam) adalah menahan dan memenej diri. Tujuannya adalah meraih derajat kehidupan yang penuh takwa (QS Albaqarah [2]: 183), sehingga shaimin (orang-orang yang berpuasa) itu tidak lagi terjajah oleh hawa nafsunya atau menjadi manusia yang berwatak binatang. • Oleh karena itu, ibadah puasa bukan sekedar menahan diri untuk tidak makan, minum, dan berhubungan suami-istri di siang hari Ramadhan, melainkan juga mampu memenej totalitas diri secara lahir dan batin. • Umat terdahulu dan agama selain Islam juga pernah diwajibkan puasa dengan tata cara masing-masing. Penegasan Alquran bahwa puasa juga diwajibkan kepada umat terdahulu (QS. Al-Baqarah [2]: 183) menunjukkan bahwa ibadah ini sangat mulia dan bermakna bagi kehidupan manusia. Puasa itu merupakan ibadah universal, berlaku bagi semua.

  6. Taqwa Sebagai Tujuan dan Indikatornya • Esensi taqwa yang menjadi target ibadah puasa adalah kehati-hatian, menjaga atau mawas diri agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat dan dosa. Ramadlan merupakan momentum yang tepat untuk pembentukan karakter takwa. • Menurut para ulama, indikator karakter taqwa itu setidak-tidaknya ada sepuluh, yaitu: • Menjaga perut agar hanya mengonsumsi yang halal, baik, dan bergizi. Puasa melatih untuk menahan diri dari rasa lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. • Memelihara lisan agar tidak berdusta, menggunjing (gosip), bertutur kata tidak sopan dan sia-sia. “Di antara tanda baiknya keberislaman seseorang adalah bahwa ia mampu meninggalkan perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat.” (HR Muslim)

  7. Lanjutan… 3. Menjaga mata agar tidak digunakan untuk melihat dunia dengan pandangan rakus, foya-foya, dan hedonistik. Dunia dan isinya hanya dilihat sebagai ayat dan karunia Allah yang harus dijadikan sebagai pelajaran dan disyukuri. • Menjaga tangan agar tidak melakukan yang haram, tetapi senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya. • Menjaga kedua kaki untuk tidak melangkah menuju kemaksiatan, tetapi senantiasa memacu langkah menuju cinta-Nya. 6. Menjaga dan menutrisi hati dengan tazkiyatun nafsi (penyucian diri): pengosongan hati dari sifat tercela menuju penghiasan dan aktualisasi diri dengan sifat-sifat terpuji. Puasa merupakan bulan taubat, muhasabah (introspeksi diri), dan optimalisasi kecerdasan spiritual.

  8. Lanjutan… 7. Menjaga pikiran untuk senantiasa berpikir jernih dan positif, mengembangkan daya nalar dengan senantiasa merenungi ayat-ayat Allah dalam Alquran maupun alam raya. 8. Memaksimalkan ketaatan. Ramadhan mendidik umat Islam, tertutama pada sepuluh hari terakhir untuk “mengencangkan ikat pinggang” dengan banyak beristighfar, zikir, tadarus Alquran, i’tikaf, dan penyucian harta dengan berzakat dan bersedekah. 9. Menjaga pola hidup sehat dan bersih. Ramadlan mendidik kita untuk disiplin waktu: bangun tidur lebih awal, shalat subuh berjamaah, tepat waktu dalam makan-minum, dan sebagainya. “Berpuasalah, niscaya kalian menjadi sehat.” (HR At-Tabarani). 10. Meningkatkan ukhuwah dan solidaritas sosial. Puasa menempa diri untuk “menyapa”, mengakrabi dan berbagi kepada saudara-saudara kita melalui masjid, paling tidak ketika shalat tarawih berjamaah. Puasa untuk melatih kita untuk peduli terhadap sesama melalui zakat, infaq, sedekah. “Rasulullah adalah orang yang paling derwaman di dalam bulan Ramadlan.” (HR. Muslim)

  9. Puasa sebagai Kebutuhan • Berbagai penelitian ilmiah dan terperinci terhadap organ tubuh manusia dan aktivitas fisiologisnya menemukan bahwa puasa sangat dibutuhkan oleh tubuh, sama seperti halnya makan, bergerak, istirahat, dan tidur. • Jika manusia tidak bisa tidur, dan tidak makan selama rentang waktu yang lama, maka ia akan sakit, karena tubuhnya tidak beristirahat secara cukup. Maka, tubuh manusia pun akan mengalami hal yang tidak menguntungkan jika ia tidak berpuasa. • Apabila puasa dipandang sebagai kebutuhan, dan bukan sekedar kewajiban, maka energi positif dari dalam diri kita akan memotivasi dan membuat kita berpuasa dengan senang dan ringan, tidak berat dan banyak mengeluh. Puasa menjadi amalan yang biasa, alami, tapi sarat nilai.

  10. Manfaat & Keajaiban Puasa • Menurut Dr. Ahmad Taj dalam tulisannya, al-Shiyam Mu'jizat Ilmiyyah, puasa tidak hanya dapat mengerem gejolak hawa nafsu yang membara, tapi juga dapat mengoptimalkan tingkat tanggung jawab seseorang dalam mengemban tugas. • Puasa juga tidak menimbulkan depresi psikologis karena rentang waktu berpuasa yang berkisar antara 12-16 jam itu justeru dapat meningkatkan denyut jantung sampai 12%, sehingga kondisi fisik dan psikis menjadi lebih bugar dan dinamis. • Puasa itu mencerdaskan emosi dan spiritual. Di antara aspek kecerdasan emosi yang dilatihkan Allah melalui puasa adalah kejujuran dan kesabaran. Sabda Nabi SAW: "Puasa adalah separoh dari kesabaran." (HR Abu Dawud).

  11. Lanjutan… • Puasa bisa membantu badan dalam membuang sel-sel yang sudah rusak, sekaligus hormon ataupun zat-zat yang melebihi jumlah yang dibutuhkan tubuh. • Puasa, sebagaimana dituntunkan oleh Islam, adalah rata-rata 12-16 jam, kemudian baru makan untuk durasi waktu beberapa jam, merupakan metode yang sangat baik untuk membangun kembali sel-sel baru. • Menurut dr. Walford, manusia pada umumnya mengonsumsi makanan melebihi yang dibutuhkan oleh tubuhnya, sehingga memberatkan organ pencernaan dan jantung untuk mengolahnya. Berpuasa secara benar dapat mengurangi risiko penyakit yang berkaitan dengan pencernaan dan lambung.

  12. Beberapa Kesaksian tentang Puasa • Ajaran puasa banyak membuat non-Muslim beralih menjadi Muslim karena mengetahui manfaat dan dampak medis positif yang ditimbulkannya. • Mr. Clark, Direktur Keamanan Nasional Amerika masa Presiden Nixon, penderita migran dalam waktu yang cukup lama. Setelah mencoba puasa ramadhan, penyakitnya sembuh, kemudian masuk Islam. • Giant, asal Kanada, menderita tekanan darah tinggi. Sudah berobat dan minum aneka obat, tapi tidak juga sembuh. Lalu dinasehati teman muslimahnya untuk berpuasa. Ia mencoba puasa, dan alhamdulillah sembuh.

  13. Lanjutan… 3. Margaretta, asal Inggris, masuk Islam karena mendapati puasa mempunyai banyak manfaat psikis, seperti: melatih kesabaran, menumbuhkan rasa tanggung jawab, menguatkan tekad dan komitmen, dan membudayakan sikap empati terhadap fakir-miskin. 4. Terry, asal Amerika, merasakan manfaat lahir batin yang luar biasa dari puasa. Ramadhan menyatukan umat Islam, menumbuhkan rasa empati dan kesediaan berbagi, terutama bagi fakir miskin.

  14. Puasa sebagai Madrasah Moral • Puasa didesain oleh Allah SWT menjadi: • Sekolah Moral yang membentuk jiwa muthma’innah • Mendisiplinkan diri dalam berbibadah, bekerja, beramal, dan berkarya • Merasakan kehadiran Allah dalam hidup • Mengemban amanah Allah • Memperkuat kemauan dalam segala hal yang baik • Melatih berpikir jernih dan berhati ikhlas • Membiasakan menyayangi dan mempedulikan sesama. • Menggelorakan semangat kebersamaan, berjama’ah, dan mendahulukan kepentingan bersama atau empati terhadap sesama.

  15. Keutamaan Madrasah Ramadhan • Bulan Ramadhan adalah bulan maghfirah (pengampunan dosa). Orang yang melaksanakan puasa di bulan Ramadhan, akan diampuni dosa-dosanya yang lampau. Ramadhan merupakan bulan penyucian diri dari dosa-dosa dan sifat-sifat tercela. • Rasulullah bersabda, ''Siapa yang berpuasa ramadhan karana iman dan mengharapkan ridha Allah SWT niscaya diampuni dosa-dosa yang telah berlalu baginya.'' (HR. al-Bukhari Muslim).

  16. Lanjutan… 2. Ramadhan adalah bulan penuh rahmah (syahrur rahmah). Rasulullah SAW bersabda, ''Tatkala Ramadhan telah tiba, pintu-pintu surga dibuka, sedangkan pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu.'' (HR Bukhari Muslim). • Begitu mulianya Ramadhan, bahkan dalam hadis yang lain Rasulullah menyebut jika para hamba Allah mengetahui keutamaan yang terdapat dalam bulan Ramadhan niscaya mereka akan berharap satu tahun semuanya dijadikan bulan Ramadhan. (HR. Thabarani)

  17. Lanjutan… 2. Ramadhan bisa dijadikan momentum utama untuk membangun jiwa yang tangguh. Puasa adalah sarana penempaan jiwa, pendidikan mental spiritual, sehingga melahirkan manusia yang bermental tangguh & melimpah, bukan manusia berjiwa kerdil. 3. Puasa bisa menjadi sarana untuk belajar mengendalikan diri. Dengan melaksanakan puasa, seseorang harus menahan diri dari nikmatnya makan dan segarnya minuman. Ia harus berusaha bertarung dengan lapar dan dahaga. Puasa membentuk jiwa yang sabar dan tahan banting, tidak mudah marah.

  18. Lanjutan… 4. Orang yang puasa juga harus menahan diri dari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT, seperti dusta, berkata kotor, bersumpah palsu, bergunjing (ghibah), dan lainnya. Sebab, puasa sejatinya bukan hanya tidak makan dan tidak minum, tapi juga 'puasa' dari menuruti hawa nafsu. Puasa memerdekakan jiwa dari belenggu hawa nafsu, syahwat dan bisikan setan. 5. Puasa melatih kejujuran dan menjaga amanah. Puasa juga menjadi momentum latihan untuk menempa kejujuran dan membuktikan amanah karena merasa dalam pengawasan (muraqabah) Allah langsung.

  19. Lanjutan… 6. Merasakan penderitaan fakir miskin. Dengan puasa seseorang akan merasakan perihnya lapar dan haus. Perasaan seperti ini akan membangkitkan sikap empati kepada kaum miskin yang sering menderita karena serba kekurangan. 7. Puasa melatih berpikir dewasa dan jernih. Ketika perut kosong, pikiran akan jernih dan tenang sehingga mampu memutuskan dan menyelesaikan masalah dengan tenang dan tepat. Dengan puasa, seseorang akan bersikap lebih bijak, berpikir lebih jernih, dan bertindak lebih dewasa.

  20. Lanjutan.. 8. Puasa juga mendidik kita untuk memiliki kecerdasan spiritual. Pembiasaan bangun pada waktu sahur mengandung hikmah bahwa Muslim harus disiplin waktu,  beribadah dan bekerja. • Waktu sahur, kata Nabi SAW., adalah waktu yang paling tepat, tidak hanya untuk memulai aktivitas baru, melainkan untuk beristighfar dan mendekatkan diri kepada Allah, karena pada waktu sahur inilah para malaikat turun ke bumi untuk menghampiri dan  "mendata" para hamba-Nya yang sedang bermunajat kepada-Nya dan menyampaikannya kepada Allah SWT agar permohonan mereka dikabulkan.

  21. Lanjutan… • Pembiasaan diri bangun pada waktu sahur memungkinkan kita dapat menghirup udara paling bersih dan segar, sehingga kebutuhan oksigen tubuh dapat dipenuhi, dan pada gilirannya pikiran kita menjadi lebih jernih dan cerdas. Nabi SAW menegaskan bahwa Allah senantiasa memberikan berkah (kebaikan, keutamaan) kepada umatnya yang selalu bangun  pagi hari (waktu sahur) (HR Al-Thabarani). • Puasa memotivasi orang menjadi lebih disiplin waktu, berpola hidup sehat, teratur, dan hemat.

  22. Menuju Puasa Bermakna • Agar ibadah puasa yang kita laksanakan selama Ramadhan ini dapat diterima oleh Allah SWT dan bermakna, hendaknya ibadah puasa tersebut memenuhi syarat-syarat sahnya puasa. Yang lebih penting lagi adalah niat. Niat harus benar-benar ikhlas, semata-mata karena Allah SWT kemudian tidak disertai dengan perilaku yang membatalkan puasa. • Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, “Rasulullah SAW bersabda, setiap amal anak bani Adam adalah untuknya kecuali puasa, ia adalah untukku dan ada pahala dengannya. Dan sesungguhnya puasa itu adalah benteng pertahanan, pada hari ketika kamu puasa janganlah berbuat keji, jangan berteriak-teriak (pertengkaran), apabila seorang memakinya sedang ia puasa maka hendaklah ia katakan, “Sesungguhnya saya sedang puasa.” Demi jiwa Muhammad yang ada di tangan-Nya sungguh bau busuknya mulut orang yang sedang puasa itu lebih wangi di sisi Allah pada hari kiamat daripada minyak kesturi.

  23. Lanjutan… 3. Jauhi yang membatalkan & merusak pahala puasa, secara fisik maupun non-fisik (ghibah, melakukan perbuatan sia-sia, dsb.) 4. Biasakan memperbanyak amalan sunnah seperti shalat rawatib, tarawih, dhuha, sedekah, I’tikaf, beristighfar, berzikir, dan tadarus al-Qur’an. 5. Maksimalkan pendisiplinan pola hidup (pola makan, pola tidur, pola kerja, pola belajar, pola hubungan suami istri, dsb.) 6. Jadikan momentum Ramadhan sebagai pendidikan istiqamah dan ketaatan yang dapat membuahkan mental-spiritual yang melimpah.

  24. Ramadhan & Back to Qur’an • Ramadhan sendiri adalah syahr Alquran. Melalui tadarus ini kita dijak back to Alquran. Selama sebelas bulan, kita boleh jadi jarang menyimak, membaca, dan merenungkan ayat-ayat Alquran. Dalam bulan Ramadan ini, kita diingatkan agar mau mengakrabi Alquran. Sabda Nabi SAW: "Sebaik-baik kalian adalah orang yang mau belajar Alquran dan mengajarkan atau mengamalkannya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). • Tadarus Alquran selain menentramkan jiwa, juga meningkatkan spiritualitas dan moralitas kita. Bukankah akhlaq Nabi SAW adalah Alquran? Sayyid Quthb dalam pengatar tafsirnya, Fi Zhilal Alquran, menyatakan bahwa hidup di bawah naungan Alquran itu nikmat. Pertanyaannya: "Sudahkah kita dapat menikmati dan memperoleh nikmat dari pergumulan kita dengan Alquran?"

  25. Yang Membatalkan dan Mengurangi Nilai Puasa • Tindakan dan perilaku yang dapat membatalkan puasa, antara lain, berbohong, menipu, mengadu domba, ghibah (membicarakan kejelekan orang lain), ataupun menyaksikan sesuatu dengan pandangan yang penuh syahwat. • Walaupun secara hukum ibadah puasanya benar, namun jika perilaku-perilaku tersebut di atas dilakukan, maka bisa jadi pahala puasanya batal. Termasuk di dalamnya menyaksikan tayangan ghibah di layar kaca selama Ramadhan, dapat membatalkan pahala puasa.

  26. Lanjutan… • Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata, ''Sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda, barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan bohong dan amalan kebohongan, maka tidak ada bagi Allah hajat (untuk menerima) dalam hal ia meninggalkan makan dan minumnya.'' • Maksudnya Allah tidak merasa perlu memberi pahala puasanya. Puasa yang bermakna bukan hanya bermakna bagi yang berpuasa, tetapi juga bermakna bagi orang.

  27. Ramadhan dan Jihad • Menurut Ibn al-Qayyim al-Jauziyah, jihad al-nafs itu merupakan jihad terbesar dan terberat dibandingkan dengan jihad al-syaithan, jihad al-kuffar wa al-musyrikin, dan jihad al-munafiqin. Sebab, musuh yang dihadapi adalah diri sendiri. • Sementara itu, dalam diri manusia terdapat al-nafs al-bahimiyyah (jiwa kebinatangan) yang cenderung mempengaruhinya untuk memperturutkan hawa nafsunya. Jika al-nafs al-insaniyyah (jiwa kemanusiaan) itu tidak lebih berdaya dari jiwa kebinatangannya, maka hidup manusia akan selalu disetir oleh hawa nafsunya. Yang paling berbahaya lagi adalah orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan.

  28. Lanjutan… • Allah SWT mensyariatkan puasa, antara lain, agar Muslim selalu waspada (bahasa Arab: taqwa) terhadap musuh yang ada dalam diri setiap Muslim. Karena itu, Rasulullah SAW. pernah menyatakan bahwa "Puasa itu perisai" (HR. Muslim).Puasa harus dapat membentengi diri shaimin dari kemungkinan berbuat dosa (maksiat). • Dengan demikian, jihad al-nafs merupakan perisai yang paling ampuh dalam menghadapi musuh dalam diri sendiri dan godaan setan yang selalu mengahantui Muslim setiap saat. Bahkan Rasulullah SAW. pernah bersabda: "Sesungguhnya setan itu berada dalam semua aliran darah anak Adam." (HR al-Turmudzi). Artinya godaan setan itu merambah ke seluruh anggota badan manusia, dan setiap anggota badan itu berpeluang terjerumus dalam bujuk rayu setan.

  29. Lanjutan… • Semangat jihad al-nafs ini perlu dikobarkan sedemikian rupa, sehingga umat Islam tidak terjebak dalam rutinitas puasa tanpa makna. Rasulullah SAW berulangkali mengingatkan umat Islam bahwa "Amat banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan nilai apapun dari puasa itu selain dahaga dan lapar" (HR. Muslim). • Karena itu, jihad al-nafs harus dimaknai sebagai perjuangan dinamis dalam memenej potensi diri dengan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui peningkatan ibadah individual dan ibadah sosial.

  30. Muara/Buah Ramadhan • Muara dari kecerdasan spiritual puasa adalah pembentukan akhlak (moral) yang luhur. Manifestasi dari akhlak luhur dalam berpuasa adalah kepedulian terhadap sesama, terutama kaum fakir dan miskin. Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Nabi SAW adalah orang paling dermawan di bulan Ramadan. • Karena itu, di akhir bulan Ramadhan umat Islam yang mampu diwajibkan membayar zakat fitrah sebagai bentuk kepedulian sosial dan sekaligus sebagai pembersih jiwa dari sifat kikir dan bakhil.  • Jika puasa dapat mendidik umat Islam untuk memiliki kecerdasan emosional dan spiritual, niscaya berbagai persoalan yang dihadapi bangsa, seperti: korupsi, Narkoba, Miras (yang halal saja tidak boleh diminum di siang hari, apalagi yang haram), pembalakan liar, dan sebagainya dapat diselesaikan dengan baik.

  31. Tarhib (Menyambut) Ramadhan • Menurut sunnah Nabi, kita harus menyambut Ramadhan dengan suka cita. “Barang siapa yang bergembira menyambut kedatangan Ramadhan, maka ia akan masuk surga.” (HR. Thabarani), atau dalam riwayat lain “haram jasadnya masuk neraka”. Hadits ini setelah diteliti ternyata lemah (dha’if). Namun, bergembira karena menyambut Ramadhan itu suatu keniscayaan, ibarat menerima tamu yang agung dan mulia. • Gembira atau suka cita merupakan awal dari kesiapan mental untuk memaknai sesuatu yang istemewa. Jiwa yang suka cita memotivasi untuk mengoptimalkan amalan-amalan dalam Ramadhan.

  32. Lanjutan… 2. Evaluasi diri (muhasabah) terhadap puasa Ramadhan yang lalu. Apa yang masih kurang atau belum dapat dilaksanakan dengan baik, dan perlu diperbaiki pada Ramadhan tahun ini? 3. Buatlah rencana atau kurikulum Ramadhan yang menjadi target pencapaian tahun ini. Misalnya: selalu shalat tarawih berjamaah, mengkhatamkan al-Qur’an, memberi iftar, dan sebagainya.

  33. Lanjutan… 4. Menyiapkan diri (hati, mental, dan fisik) untuk memenuhi puasa Ramadhan dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan. 5. Memahami fiqh al-shiyam dengan baik, termasuk mempelajari keutamaan dan hikmah atau manfaatnya. 6. Saling memohon maaf (dan memaafkan) kepada sesama, terutama kepada kedua orang tua (jika masih ada), suami-istri & anggota keluarga. 7. Berdoa selalu kepada Allah SWT agar senantiasa diberikan kesempatan dan kesehatan untuk bisa sampai dan menuntaskan ibadah Ramadhan dengan baik dan maksimal. Nabi mengajarkan do’a: اللهم بارك لنا في رجب وشعبان، وبلغنا رمضان. (Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban ini, dan sampaikanlah kami untuk bisa berpuasa di bulan Ramadhan.”

  34. Mari kita jadikan momentum Ramadhan ini untuk back to al-Qur’an, dan menjadikan puasa kita bermakna! Terima kasih & Wassalamu’alaikum wr.wb.

More Related