230 likes | 466 Views
Beberapa Pemikiran Tentang Penataan Ruang NAD dan SUMUT Pasca Bencana. JANUARI 2005. POTENSI ALAMIAH WILAYAH INDONESIA : Tempat pertemuan 3 Lempeng Besar - Lempeng Australia - Lempeng Pasifik - Lempeng Eurasia. Potensi Bencana Geologi :
E N D
Beberapa Pemikiran Tentang Penataan Ruang NAD dan SUMUT Pasca Bencana JANUARI 2005
POTENSI ALAMIAH WILAYAH INDONESIA :Tempat pertemuan 3 Lempeng Besar - Lempeng Australia- Lempeng Pasifik- Lempeng Eurasia Potensi Bencana Geologi : Pola pergerakan lempeng aktif dan cenderung menyatu untuk membentuk gunung api (Sumatera – Laut Banda) Potensi Geologi : simpanan sumberdaya mineral & energi
KARAKTERISTIK WILAYAH PESISIR : • Meliputi 81.000 km garis pantai serta 17.508 pulau • Dihuni ± 110 juta jiwa atau 60% penduduk Ina dlm radius 50 km dari garis pantai • 47 kota pantai dari Sabang-Jayapura sebagai pusat pelayanan aktivitas ek-sos pada 37 kawan laut • Potensi kelautan : pertambangan (60 cekungan minyak), perikanan (6,7 juta ton/thn pada 9 dari 17 titik penangkapan ikan dunia), pariwisata bahari (21 spot potensial), biodiversity sangat tinggi • Sumberdaya masa depan yang belum berkembang secara optimal (perikanan baru termanfaatkan 58,5% & nilai investasi dalam 30 thn hanya 2% dari total investasi nasional) • Merupakan kawasan perbatasan yang sensitif (berimplikasi pada pertahanan-keamanan NKRI)
KONSEP PENATAAN RUANG MAKRO-STRATEGIS • KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM GEOLOGI : • Salah satu klasifikasi dalam kawasan lindung menurut RTRWN Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional • (Pola pemanfaatan ruang kawasan lindung & kawasan budidaya) • yang mencakup : • Kawasan yang memiliki tingkat kerentanan gerakan tanah tinggi • Kawasan rawan bencana III gunung api • Zona patahan aktif • Kawasan yang pernah atau berpotensi mengalami tsunami • Kawasan yang pernah atau berpotensi mengalami abrasi • Kawasan yang pernah dan/atau berpotensi mengalami aliran lahar • Kawasan yang pernah dan/atau berpotensi bahaya gas beracun
KONSEP RTRWN …….Lanjutan • Resiko bencana alam masukan signifikan dlm RTRWN,karena : • Besarnya konsentrasi penduduk di kawasan pesisir • Besarnya potensi ekonomi di kawasan pesisir • Belum sinergi antara kepentingan ekonomi & lingkungan (kepentingan lingkungan seringkali dikorbankan untuk kepentingan ekonomi) • Konflik pemanfaatan ruang lintas sektor & wilayah • Belum terciptanya keterkaitan fungsional antara hulu-hilir (cenderung merugikan pesisir) • POLA PENGELOLAAN KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM : • Pengaturan kegiatan manusia di kawasan tsb untuk melindungi manusia dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia • ARAHAN POLA PENGELOLAAN KAWASAN PERMUKIMAN : pemanfaatan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim di kawasan permukiman dengan menyediakan lingkungan yang sehat & aman dari bencana alam, serta memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup
KONSEP PENATAAN RUANG MIKRO-OPERASIONAL • PENGEMBANGAN/PENGELOLAAN KAWASAN BUDIDAYA : • RELOKASI : apabila dampak ekonomi & lingkungan sangat besar maka kawasan budidaya berada jauh dari garis pantai. Bila kondisi ekstrim, perlu menghindari sama sekali kawasan yang memiliki kerentanan sangat tinggi • AKOMODASI : bersifat penyesuaian terhadap perubahan alam atau resiko dampak seperti reklamasi, peninggian bangunan atau perubahan pola agriculture • PROTEKSI : melalui hardstructure seperti pembangunan penahan gelombang (breakwater) atau tanggul banjir (seawalls) dan yang bersifat softstructure seperti revegetasi mangrove atau penimbunan pasir (beach nourishment)
KONSEP MIKRO OPERASIONAL….Lanjutan 2 • PENGEMBANGAN/PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG : • PRIORITAS : sempadan pantai, sungai, mangrove, terumbu karang, suaka alam margasatwa/cagar alam/habitat flora-fauna, dan kawasan yang sensitif atau rentan terhadap perubahan alam • PULAU-PULAU KECIL YANG MEMILIKI FUNGSI KHUSUS,seperti : tempat transit fauna, habitat flora/fauna langka/dilindungi, dan kepentingan pertahanan-keamanan, dan sebagainya.
KEBUTUHAN INTERVENSI KEBIJAKAN PENATAAN RUANG Revitalisasi Dan Operasionalisasi Rencana Tata Ruang Nspm, kelembagaan, sistem informasi, data base, peta Strategipendayagunaan penataan ruang Proses penataan ruang Kerjasama dengan lembaga-lembaga yang interest dengan penanganan dampak bencana alam (internasional dan nasional)
STRATEGI MAKRO PEMANFAATAN RUANG KAWASAN TEPI - AIR (PESISIR) Strategi Strategi Strategi Strategi Relokasi Protektif Akomodatif Aplikasi Pola Pola Bangunan Pengaturan Pembangunan dimundur - Ulang Pengaman kan Bangunan Pantai • • • • • • Rekomendasi Penyiapan kawasan penyangga Perencanaan Darurat ( sistem Pembangunan struktur keras ( pintu Rekomendasi Penyiapan kawasan penyangga Perencanaan Darurat ( sistem Pembangunan struktur keras ( pintu (buffer zone) melalui penetapan peringatan dini dan evakuasi ) air, penahan intrusi , pemecah (buffer zone) melalui penetapan peringatan dini dan evakuasi ) air, penahan intrusi , pemecah kawasan lindung di pesisir/tepi gelombang , tanggul banjir /dam, kawasan lindung di pesisir/tepi gelombang , tanggul banjir /dam, • • Pengaturan ketat tata guna lahan Pengaturan ketat tata guna lahan air sebagai “ ruang untuk air” dsb ) air sebagai “ ruang untuk air” dsb ) dengan instrumen zoning dengan instrumen zoning • • • • regulation Penghutanan mangrove secara Aplikasi struktur lunak (sand dunes, regulation Penghutanan mangrove secara Aplikasi struktur lunak (sand dunes, massal pemeliharaan pantai / nourishment , massal pemeliharaan pantai / nourishment , • • Pengembangan model desalinasi Pengembangan model desalinasi constructed wetlands ) • constructed wetlands ) • Pemindahan bangunan hingga Pemindahan bangunan hingga • • Peningkatan sistem drainase Peningkatan sistem drainase • • jarak aman ( relokasi bertahap , Pendekatan alamiah ( penghutanan jarak aman ( relokasi bertahap , Pendekatan alamiah ( penghutanan ( sistem polder, peningkatan ( sistem polder, peningkatan khususnya bagi bangunan kembali , penanaman kelapa/bakau , khususnya bagi bangunan kembali , penanaman kelapa/bakau , kapasitas saluran/pompa ) kapasitas saluran/pompa ) dengan resiko tinggi ) dinding penahan/batu ) dengan resiko tinggi ) dinding penahan/batu ) • • Perubahan pola budidaya Perubahan pola budidaya • • Pengaturan allignment ( dengan Pengaturan allignment ( dengan ( aquaculture , pemfungsian jalan ( aquaculture , pemfungsian jalan masukan teknologi ) masukan teknologi ) sekaligus sebagai tanggul ) sekaligus sebagai tanggul )
STRATEGI MAKRO PEMANFAATAN RUANG KAWASAN TEPI-AIR (PESISIR) Berdasarkan Tipologi Kawasan dan Resiko Bencana
GRAND SCENARIO untuk Aceh dan Sumut : • Konsep pengembangan wilayah dan Sistem Perkotaan di Aceh dan Sumut • Konsep Pengembangan Kota-kota Pantai pasca bencana REHABILITATION : 2005 - 2006 • Penyiapan Data, Informasi & Peta : • Fisik • Sosial • Ekonomi • Budaya • Psikologi • Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Skenario Pembangunan individu Kota-Kota Tepi Pantai di Aceh dan Sumut • Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan • Arahan Program Pembangunan Prasarana • Arahan Pengembangan Sektor Lainnya • Pendampingan (advisory / supervisi) Analisis Kebutuhan Indikator Perkembangan Sektor
GRAND SCENARIO untuk Aceh dan Sumut : • Konsep pengembangan wilayah dan Sistem Perkotaan di Aceh dan Sumut • Konsep Pengembangan Kota-kota Pantai pasca bencana RECONSTRUCTION : 2005 - 2009 • Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Skenario Pembangunan individu Kota-Kota Tepi Pantai di Aceh dan Sumut • Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan • Arahan Program Pembangunan Prasarana • Arahan Pengembangan Sektor Lainnya • Pendampingan (advisory / supervisi) Pelaksanaan • Monitoring & Evaluasi • Pendampingan (advisory/ supervisi)
OUTPUT • Wilayah I Pengembangan kawasan yang harmonis dengan air • Wilayah II Pengembangan kawasan dengan pertahanan resiko air • Wilayah III Pengembangan kawasan jauh dari air
PROSES • Identifikasi kondisi alam dengan peta 1:50.000 sebelum bencana • Indentifikasi wilayah bencana berdasarkan indikator bahaya • Identifikasi kawasan fungsi yang dipertahankan berdasarkan zonasi bahaya dan kondisi pasca bencana • Identifasi wilayah/kawasan perlindungan • Identifikasi wilayah pengembangan baru
INDIKATOR BAHAYA • Zona bahaya I : < 7 m diatas laut • Zona bahaya II : 7 - 12 m diatas laut • Zona bahaya III : 12 - 25 m diatas laut • Zona aman IV : > 25
KAWASAN YANG DIPERTAHANKAN Dasar kawasan dan fungsi yang dipertahankan bergantung kepada sumbangan dan besaran kertergantungan kota pada fungsi tersebut serta tingkat kerusakan setelah bencana, diantaranya berfungsi sebagai : • Pusat pemerintahan • Pusat aktivitas ekonomi-sosial : pelabuhan, industri, universitas, pusat kota, identitas kota • Jaringan prasarana regional dan nasional
TINGKAT KERUSAKAN • Zona I : Kerusakan total • Zona II : Kerusakan bangunan struktural • Zona III : Kerusakan bangunan non struktural • Zona IV : Kerusakan lahan dan sumber air
KRITERIA DAERAH/WILAYAH PERLINDUNGAN • Ketinggian merujuk pola tingkat keamanan • Menampung jumlah yang harus dilindungi • Pada jarak daya jangkau • Dikembangkan dengan pertimbangan fungsi lain yang menunjang pemanfataan sehari-hari
ALTERNATIF BARIER UNTUK MENGURANGI RESIKO Alam : Hutan Mangrove Terumbu Karang Buatan : Break Water Bendung
IDENTIFIKASI KAWASAN BARU YANG DIREKOMENDASIKAN • Pengembangan jaringan prasarana dan sarana • Pengaturan perkembangan untuk masa yang akan datang • Ketersediaan air baku • Ketersediaan sumber daya penunjang aktivitas ekonomi