E N D
ILMU UNTUK APA? • Alat/sarana utama untuk: • Membuat sesuatu (produk) • Meningkatkan kualitas produk (baru) • Menggunakan sesuatu produk (baru) • Melaksanakan & mening-katkan kualitas tugas/ pengabdian. TANPA ILMU RUSAK
ILMU HUKUM PIDANA Sozial- wissenschaft Bag. Rechts- wissenschaft Geistes- wissenschaft IHP Normatif/ Legalistik Empiris (naif)/ Fungsional Filsafati/ Kritis Das Sollen normatif HP OBJEK IHP Faktual/ empirik PERBUATAN JAHAT/ KEJAHATAN Das Sein
ILMU HUKUM PIDANA • Ilmu tentang NORMA : • Ilmu HP positif • ilmu MENERAPKAN norma (hk. Pid.); • pendekatan “rasional” (kematangan logika); HP Ilmu tentang NILAI (Ide dasar) : • Mengkaji nilai (ide dasar) untuk MEMBUAT/MEM-PERBAHARUI norma (HP); • Pendekatan konsepsional (rasional/policy & nilai keji-waan/filosofi/keilmuan). NORMA ---------------------------- NILAI (Ide Dasar/Konsep)
Fakta/masalah sosial Konsep a.l. mslh Kejahatan Wawasan Ide Dasar APAKAH ILMU HUKUM ? "normatieve maatschappij wetenschap" ILMU NORMATIF (das Sollen) ttg. HUBUNGAN KEMASYARAKATAN (das Sein) Berubah/dinamis ILMU HK : bukan ilmu pasti -> ilmu ttg. Perubahan.
Resume :ILMU HUKUM • "ilmu normatif (das Sollen) tentang hubungan kemasyarakatan (das Sein)", atau • ilmu mengenai konsep/wawasan (pandangan/ ide-ide dasar) dalam mengatur dan memecahkan masalah-masalah (hubungan) kemanusiaan dan kemasyarakatan. • ilmu normatif tentang "konsep/wawasan hubungan kemanusiaan dan kemasyarakatan".
ILMU HUKUM INDONESIA? Kalau I. HK ilmu normatif ("konsep/wawasan”) tentang “hubungan kemasyarakatan", ILMU HKM INDONESIA • ilmu normatif tentang konsep kehidupan bermasyarakat (di) Indonesia; • ilmu normatif tentang konsep “berkehidupan kebangsaan yang bebas” di Indonesia; • Ilmu normatif atau ilmu tentang "tatanan berkehidupan kebangsaan" (di berbagai aspek "ipoleksosbud") berdasarkan Pancasila.
MENGAPA PERLU ILMU HP INDONESIA? R.I H.B. WvS KUHP Individualism/ liberalism PS (Monodualism)
GEISTES-wissenschaft SOZIAL-wissenschaft RECHT-wissenschaft STRAFRECHT-wissenschaft NORMATIF EMPIRIS (naif) FILSAFATI • Tidak abstrak yuridis dilihat hubungannya dengan aspek empirik. • “Naif” karena tetap me”reduksi” hanya aspek empirik yang “dapat diukur” • Memahami secara sintesis dari sudut nilai & hakikat • - mengapa fakta itu demikian ? • bgmn seharusnya? • (“sebaiknya”) • Berpikir “reduktif” hanya yang yuridis relevant. • HP : kesatuan aturan hukum yang sistematis-konsisten. Pdngn “Fungsional” Pandangan “Legalistik” Pdngn “Kritis”
ILMU HUKUM PIDANA Das Sein perilaku empirik FAKTUAL ILMU HP Das Sollen normatif (seharusnya) NORMATIF • Marc Ancel membagi “modern criminal science” : • 1. Criminology faktual; • 2. Criminal Law normatif; • 3. Penal Policy fenomena legislatif
ILMU HP NORMATIF HP Positif (ius constitutum) I. HP Positif ILMU HP HP Yad. (ius constituendum) POLITIK HP (Penal Policy) HP Asing (ius comperandum) PERBANDINGAN Hkm. Pidana HP Adat (tidak Tertulis) HP ADAT
Ilmu HP Ilmu Menerapkan (Menggunakan) Ilmu Membuat (Memperbaharui)
RIWAYAT PERKEMBANGAN KUHP
ILMU HP POSITIF (Ius Constitutum) HP MATERIEL Objek Mt. Kuliah HP KUHP UU DI LUAR KUHP HP POSITIF HP FORMAL/ACARA HK. PELAKSANAAN PIDANA
MOBIL KUNO/ANTIK KUHP (WvS) Berlaku di Indonesia (UU:1/1946 jo. UU:73/ 1958) Keluaran 1915 Buatan Belanda (Type : S. 1915:732) Code Penal Perancis 1791 Copy/tiruan WvS Belanda 1881 Code Penal Perancis 1810 Abad 18 • Sudah 90 th (hampir 1 abad) dihitung dari 1915 • Sudah memasuki 2 abad, dihitung dari 1881 • Sudah memasuki 3 abad, dihitung dari 1791
RIWAYAT BERLAKUNYA KUHP WvSvNI 1881 CP-1810 Bld | | Org Erp BP & TA S.1866: 55 S.1872: 85 S.1915: 732 HB | | | 8/3/ ‘42 Jpg 17/8/ ‘45 Penpres No. 2/1945 UU:1/ 1946 UU:73/ 1958 RI | | | |
RIWAYAT BERLAKUNYA KUHP 8/3/ ‘42 17/8/ ‘45 WvS S.1915 No 732 GKR Perpres No. 2/ 1945 UU No.1/ 1946 UU No.73/ 1958 Member- lakukan HP yg ada pd 17-8-45 Member- lakukan HP yg ada pd 8-3-42 Member- lakukan UU:1/46 Sel. Ind. Zmn Jpg. Zmn HB m.b. 29-9-58
RIWAYAT BERLAKUNYA KUHP WvS S.1915 No 732 UU No.1/ 1946 UU No.73/ 1958 • Ps. V : Kriteria (Batu Penguji) Tdk. berlakunya perat. HP wa- risan zmn. HB; • Ps. VI : Mengubah nama “WvS v. NI” menjadi “WvS” dan dise- but dgn. nama KUHP ; • Ps. VIII : mengubah & menca- but beberapa pasal • Menambah : • Psl 52a (pemberatan pidana krn me- lakukan kejahatan dgn menggunakan bendera kebangsaan); • Psl. 142a (menodai bendera kebang- saan negara sahabat); • Psl. 154a (menodai bendera kebang- saan & lambang negara RI)
PASAL V UU NO. 1/1946 • KRITERIA tidak berlakunya peraturan hkm pidana warisan • Zaman Hindia Belanda : • Seluruhnya atau sebagian tidak dapat dijalankan; • Bertentangan dgn kedudukan RI sbg negara merdeka; • Tidak mempunyai arti lagi; FUNGSI PSL. V : “batu penguji” (“toetsteen/screening board”) • Peraturan pidana di LUAR • KUHP : • Sudarto • Han Bing Siong • Peraturan pidana di DALAM & • LUAR KUHP : • Muljatno • Oemar Senoadji
RESUME • Aturan umum Buku I KUHP tidak mengalami perubahan yang mendasar, karena asas-asas/prinsip-prinsip umum (“general principle”) hukum pidana dan pemidanaan yang ada dalam KUHP masih seperti WvS Hindia Belanda. • Masih sangat relevan pernyataan 40 tahun yang lalu dari Tim Penyusun Konsep Pertama Buku I KUHP Baru tahun 1964 yang menyatakan di dalam "penjelasan umum" nya, bahwa : • Walaupun UU No. 1 tahun 1946 telah berusaha untuk disesuaikan dengan suasana kemerdekaan, namun pada hakikatnya asas-asas dan dasar-dasar tata hukum pidana dan hukum pidana masih tetap dilandaskan pada ilmu hukum pidana dan praktek hukum pidana kolonial; • Pada hakikatnya asas-asas dan dasar-dasar tata hukum pidana dan hukum pidana kolonial masih tetap bertahan dengan selimut dan wajah Indonesia.
SISTEM HUKUM PIDANA ( SISTEM PEMIDANAAN ) DI INDONESIA
KUHP = Bagian dari Sistem HP (Sistem Pemidanaan) SISTEM HP/ PEMIDANAAN FUNGSIONAL Hukum Pidana Materiel Hukum Pidana Formal Hukum Pelaksanaan Pidana KUHP & UU LUAR KUHP
SISTEM HP/ PEMIDANAAN SUBSTANTIF Aturan Umum (General Rules) Aturan Khusus (Special Rules) Buku II & III KUHP Buku I KUHP UU LUAR KUHP
SENTENCING SYSTEM SYSTEM OF PUNISHMENT STATUTORY RULES ATURAN KHUSUS (Special Rules) ATURANUMUM (General Rules) Bk. I KUHP (Psl. 1 – 103) Bk. II KUHP (Kejahatan) Ps. 104 - 488 Bk. III KUHP (Pelanggaran) Ps. 489 - 569 UU Di luar KUHP
KONDISI SISTEM (ATURAN) PEMIDANAAN STATUTORY RULES ATURANUMUM (General Rules) Bk. I KUHP (Psl. 1 – 103) ATURAN KHUSUS (Special Rules) Rumusan Delik Bk. II KUHP (Kejahatan) Ps. 104 - 488 Bk. III KUHP (Pelanggaran) Ps. 489 - 569 Sub-sistem pemidanaan UU Di LUAR KUHP
SISTEM PEMIDANAAN Aturan Umum (General Rules) BUKU I SISTEM PEMIDANAAN Asas & Tujuan Pemidanaan Aturan/Pedoman Pemidanaan Tindak Pidana Kesalahan(PJP) Pidana 3 (TIGA) MASALAH POKOK HK PIDANA
KUHP (WvS) Aturan Umum (Ps. 1 – 103) BUKU I KEJAHATAN (Ps. 104–488) BUKU II PELANGGARAN (Ps. 489 – 569) BUKU III
BUKU I KUHP SISTEM INDUK (CPU) ATURAN KHUSUS (Special Rules) Psl. 103 ATURAN UMUM Bk. II KUHP (Kejahatan) Ps. 104 - 488 Bk. III KUHP (Pelanggaran) Ps. 489 - 569 BAB I – VIII (Ps. 1-85) BAB IX (Pengertian) Psl. 86-102 UU Di LUAR KUHP
MASALAH POKOK HUKUM PIDANA
MASALAH POKOK HP Materiel SISTEM HP MATERIEL/SUBSTANTIF PERBUATAN (TINDAK PIDANA) ORANG (KESALAHAN/PJP) PIDANA (SANKSI) Strafbaar feit Criminal Act Actus Reus Schuld Criminal resposibility Mens rea Straf Punishment Poena
SYARAT PEMIDANAAN TUJUAN PIDANA PIDANA Tindak Pidana Kesalahan (PJP) + = + • Perbuatan • Memenuhi UU • SMH • Td. Ada Alsn • Pembenar • KBJ • Dolus/Culpa • Td. Ada Alsn. • Pemaaf
SYARAT/ASAS PEMIDANAAN TUJUAN PIDANA PIDANA Tindak Pidana Kesalahan (PJP) + = + DAAD (Unsur Objektif) DADER (Unsur Subjektif) Asas LEGALITAS (Kemasyarakatan) Asas CULPABILITAS (Kemanusiaan) Alsn Pembenar Alsn Pemaaf
SYARAT PEMIDANAAN TUJUAN PIDANA ASAS LEGALITAS ASAS CULPABILITAS (asas kemasyakatan) (asas kemanusiaan)
DOR Nembak (perbuatan) B mati (akibat) A (Orang) Hub. Objektif (KAUSALITAS) Hub. Subjektif (KESALAHAN) PIDANA + = TP PJP
B mati TEORI KAUSALITAS II. Teori INDIVIDUALISASI (post factum – in concreto) “sebab” faktor yg paling menentukan (paling kuat) f.4 Berkendaraan cepat A tidur Larut malam Bangun terlambat nabrak f.1 f.2 f.3 f.4 akibat • Teori EKIVALENSI • (Conditio sine qua non) – Von Buri Tiap faktor/syarat adalah “sebab” & nilainya sama. III. Teori GENERALISASI (Adekuat) Ante factum – in abstracto “sebab” : faktor yg pada umumnya dapat menimbulkan akibat. f.3
masalah TINDAK PIDANA
PERISTILAHAN • Indonesia : • Tindak pidana; • Perbuatan pidana; • Peristiwa pidana; • Delik. • Belanda : strafbaar feit • Inggris : criminal act; criminal offence; crime; • Latin : actus reus; delictum;
MONISTIK • TP : keseluruhan syarat pemidanaan; • menyatukan unsur objektif (patut dipidananya perbuatan) & unsur subjektif (patut dipidananya orang); • Pidana = TP DUALISTIK • TP : sebagian syarat pemidanaan; • Memisahkan TP & PJP (Kesalahan) • TP : hanya unsur objektif/lahiriah; • Pidana = TP + PJP (Kesalahan) • Perbuatan • Memenuhi UU • Ber-SMH • KBJ • Dolus/culpa • PJP (Keslhn): • KBJ • Dolus/cul- • pa • Tdk. ada • Alsn. Pem- • aaf • TP : • Perbuatan • Memenu- • hi UU • SMH
SIFAT MELAWAN HUKUM Ajaran SMH Formal • MH = melawan UU • Alasan hapusnya smh (alsn. Pembenar) : hanya berdasar UU. Ajaran SMH Materiel • MH = melawan UU & hk tidak tertulis (hk. Yg hidup); • Alasan pembenar : berdasr UU & hk tdk tertulis; • Fungsi negatif : hal-hal di luar UU dpt. menghapus (menega-sikan) smh-nya perbuatan; • Fungsi positif : hkm di luar UU dpt digunakan sbg dasar/sbr hkm positif utk. menyatakan perbuatan ber-smh (sbg. TP).
JENIS TINDAK PIDANA • Pembagian juridis : 1) Kejahatan & 2) Pelanggaran; • merupakan “kualifikasi juridis”; • ada “konsekuensi juridis”nya yang berbeda. • Pembagian teoritik/keilmuan : • Dari sdt. Perbuatan : 1) delik commissionis; 2) delik omissionis; • Dari sdt. Sikap batin: 1) Delik dolus; 2) delik culpa; 3) delik pro-parte dolus, pro-parte culpa; • Dari sdt. titik berat formulasi : 1) delik formal; 2) delik materiel; • Dari sdt. proses penuntutan : 1) delik biasa; 2) delik aduan. • Delik aduan absolut : 284, 310, 332 • Delik aduan relatif : 367, 376, 394, 411
KUALIFIKASI DELIK • Kualifikasi delik adalah nama/sebutan/ penggolongan jenis tindak pidana. • Ada 2 (dua) pembagian kualifikasi delik : • Kualifikasi juridis, yaitu “kualifikasi resmi/formal” yang ditetapkan oleh pembuat UU dan mempunyai “konsekuensi/akibat juridis” tertentu. • Kualifikasi “non-juridis” atau kualifikasi teoritik/ilmiah/ keilmuan, yaitu kualifikasi (nama/sebutan/jenis delik) menurut teori atau pendapat para sarjana atau menurut istilah umum.
KUALIFIKASI JURIDIS • “kualifikasi resmi/formal” yang ditetapkan oleh pembuat UU dan • mempunyai “konsekuensi/akibat juridis (materiel & formal)” tertentu. • penentuan kualifikasi juridis mengan-dung fungsi : • harmonisasi kesatuan sistem. • “menjembatani” berlakunya aturan umum KUHP ke UU Khusus
KUALIFIKASI NON-JURIDIS(KUALIFIKASI TEORITIK/ILMIAH) • yaitu kualifikasi (nama/sebutan/jenis delik) menurut teori atau pendapat para sarjana atau menurut istilah umum. • Kualifikasi/Sebutan non-juridis ini cukup banyak, antara lain : • Dari sudut perbuatan : 1) delik commissionis; 2) delik omissionis; 3) delik commissionis per omissionem commissa (atau disebut juga “delik omisi tidak murni”- oneigenlijke omissie-delicten atau “delicta commissiva per omissionem”). • Dari sudut unsur subjektif (sikap batin): 1) Delik dolus; 2) delik culpa; 3) delik pro-parte dolus, pro-parte culpa; • Dari sudut titik berat formulasi : 1) delik formal; 2) delik materiel; • Dari sudut proses/kewenangan penuntutan : 1) delik biasa; 2) delik aduan (absolut atau relatif). • Dari sudut aspek tertentu/sudut pandang masyarakat : delik politik, delik ekonomi, delik kesusilaan/pornografi, delik agama, delik administrasi, kejahatan biasa (ordinary crime) dan luar biasa (extra ordinary crime), white collar crime, top-hat crime, cyber crime, hitech crime, dsb.
SUMBER/DASAR HUKUM PENENTUAN TINDAK PIDANA • KUHP (WvS) hanya merumuskan dasar legalisasi (landasan juridis), kapan suatu perbuatan dinyatakan sebagai “tindak pidana”; tidak memberikan “batasan/pengertian juridis”. Pasal 1 LANDASAN JURIDIS (LEGALITAS) : KONSEP KUHP • Untuk dinyatakan sebagai tindak pidana, selain perbuatan tersebut dilarang dan diancam pidana oleh peraturan perundang-undangan, harus juga bersifat melawan hukum atau bertentangan dengan kesa- daran hukum masyarakat. • Setiap tindak pidana selalu dipandang bersifat me-lawan hukum, kecuali ada alasan pembenar. PENGERIAN JURIDIS (Psl. 11)
ASAS LEGALITAS (PSL. 1 KUHP) • Pasal 1 ayat 1 KUHP : • Asas “nullum delictum sine lege” (dikenal dg “asas legalitas”). • Asas “lex temporis delicti” • Asas “non retro-aktif”; • Pasal 1 ayat 2 KUHP : • Penyimpangan asas non-retroaktif; • Bisa “berlaku surut”, apabila : • Ada perubahan perundang-undangan; • Perubahan itu menguntungkan terdakwa.
PASAL 1 KUHP MA PN PT LTD (Psl. 1:1) UU LAMA UU BARU UU BARU UU BARU UU BARU TP Psl. 1:2 • Dapat RETROAKTIF, apabila : • Ada perubahan UU • Perubahan itu menguntung- • kan TERDAKWA. TDK BISA RETRO- AKTIF